Rabu, 16 Februari 2011

«» Perhaps Love «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Genre : Romance / Genderswitch
Cast : Sungmin ( Namja )
Kyuhyun ( Yeoja )
Leeteuk ( Yeoja )

*Kyuhyun POV*

Aku berdiri di depan sebuah rumah yang cukup besar. Kulihat alamat yang tertera dalam kertas, dan ku cocokkan dengan alamat rumah yang saat ini ada di depanku.
Tidak salah lagi, ini dia.” batinku bersemangat.
Dengan gugup ku pencet bel. 1 kali, 2 kali, 3 kali, tetap tidak ada yang membuka pintu. “Aish... rumah sebesar ini, apa tidak ada orang di dalamnya?” gerutuku.
Jengah, aku malah asik memainkan bel, ku pencet berulang-ulang. “Toh tidak akan ada yang membuka pintu, kalau perlu, sekalian saja ku rusak.” batinku kesal.

Memboooosaaaankan!” aku berjalan hilir mudik di depan pagar, yang tingginya kira-kira 1 ½ meter. Aku menatap pagar itu sejenak, sebuah pikiran terlintas dalam benakku. Aku mengambil topi yang ada di tasku, kemudian memakainya. Perlahan, ku panjat pagar yang ada di depanku. Tidak membutuhkan waktu lama, saat ini aku sudah duduk manis di atas pagar, sambil mengunyah permen karet.

Aku menatap langit biru yang cerah. Aku menghela napas panjang.
Tidak secerah suasana hatiku saat ini.”
Perlahan pikiranku melayang, menginggat kejadian 3 hari yang lalu...
«»«»«»«»«»«»«»«»

Ujian akhir telah selesai, sekarang tinggal menunggu hasilnya. Rasanya sangat berdebar-debar, karena inilah saat-saat yang menentukan. Usaha kerasku selama 3 tahun duduk di bangku sekolah menengah, akan di umumkan sebulan lagi.
Kyuhyun... bagaimana tadi? Aish... aku sudah tidak sabar menunggu pengumuman.” ujar Kibum, teman sekamarku.
Entahlah... tapi, yang penting semua sudah berlalu.” kami berjalan menuju asrama.

Kau akan pulang?” tanya Kibum.
Ehm... aku mau pulang beberapa hari, sudah lama aku tidak bertemu Teuki unnie. Hehehe... aku mau minta ditraktir ah...” pikiranku menerawang jauh. “Well, kau tidak pulang?”
Tidak, malas, saat ini ada sepupuku yang menginap di rumah, aku malas bertemu dengannya.”
Eh... jangan-jangan kau menyukai sepupumu itu?” tanyaku asal.
Aish... tentu saja tidak!”
Hahahaha... sore ini aku akan berangkat, kau tidak papa ku tinggal sendiri?”
Kibum mengangguk sambil tersenyum.
-------------------------------------

Ah... sepertinya unnie belum pulang, untung aku membawa kunci cadangannya hahaha...”
Sudah setahun aku tidak pernah pulang, tetap tidak ada yang berubah. Rumah ini memang selalu rapi. Sebenarnya aku hanya tinggal bersama Teuki unnie, orang tua kami telah meninggal, saat aku masih sekolah tingkat pertama. Sejak saat itu, hanya unnie yang kumiliki, dialah yang selalu menjadi tulang punggung dalam keluarga kecilku.
Aku berjalan menuju kamar unnie. Ada sebuah surat tergeletak di atas meja. Awalnya, aku tidak tertarik untuk melihat, tapi... aku menangkap ada kata rumah sakit, tanpa pikir panjang aku langsung membaca kertas itu, yang ternyata sebuah laporan pemeriksaan.

Aku membelalakan mata, kemudian membekap mulutku sendiri. Ku coba membaca lagi hasil laporan itu. Benar, aku tidak salah baca, unnie... dinyatakan positif hamil? Tapi, ini tidak mungkin, siapa?
Tanpa pikir panjang aku mulai membuka laci. Ku temukan sebuah diary, perlahan ku buka diary itu, yang ternyata masih baru. Masih beberap lembar coretan yang menghiasi buku itu, tapi, ini cukup bagiku, karena hal yang ingin ku ketahui telah terpampang jelas disana.

# Hari ini Sungmin mengantarku ke rumah sakit, aku benar-benar gugup, tapi... karena ada Sungmin disisiku aku tidak takut lagi. Sungmin menggenggam erat tanganku, mencoba memberi dukungan. Semua akan baik-baik saja, itulah yang dikatakannya. Entah mengapa aku merasa sedikit lega mendengarnya. #

# Laporannya sudah keluar, aku membukanya dengan gugup, dan ternyata... Aku hamil? Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan? Sungmin... #

Bruk...
Aku menutup diary itu dengan persaan kesal. Aku kembali mengaduk isi laci, mencoba mencari sebuah petunjuk. Kemudian, kutemukan beberapa lembar foto, unnie bersama dengan seorang namaja cantik(?). Aku mengerutkan dahi, karena jujur aku yang seorang yeoja merasa minder melihat wajah namja itu. Wajahnya bagaikan malaikat, senyum manis terpampang di sudut bibirnya. Dalam foto itu dia sedang memeluk bahu unnie dengan erat, keduanya terlihat sangat bahagia.

Dua foto yang lain sepertinya diambil secara tidak sengaja. Dalam foto itu, terlihat namja itu sedang membisikkan sesuatu di telinga unnie, dan anehnya wajah unnie terlihat sangat ceria. Foto selanjutnnya, masih dengan namja yang sama. Terlihat namja itu sedang mengandeng tangan unnie erat, sepertinya mereka sedang terburu-buru. Tapi, entah mengapa aku menagkap sosoknya sangat macho, sorotan matanya seolah mengatakan, ingin melindungi unnie, yang ada disampingnya.

Aish... apa yang sedang ku pikirkan? Aku melirik foto-foto itu dengan kesal. Mungkinkah dia yang bernama Sungmin? Aku membuka sebuah agenda, dan menemukan sebuah alamat. Tertera nama Sungmin disana. “Ini dia...” teriakku sedikit bersemangat. Dengan cepat aku menyalin alamat itu. “Aku akan menyelidikimu!” ucapku sambil menyentil kertas berisi alamat orang yang bernama Sungmin.
---------------------------------

Ceklek....
Suara orang membuka pintu.
Unnie...” aku langsung memeluknya.
Eh... Kyu... kapan kau datang?” tanya unnie sedikit gugup.
Oh... baru saja.” aku kembali duduk dan sibuk menonton tv tanpa mempedulikannya.
Unnie berjalan ke arah kamarnya. “Kyu, kau tadi masuk kamarku?”
Eh... tidak, memangnya aku harus masuk ke kamarmu?” aku balik bertanya dengan nada polos, sambil menyilangkan dua jari di belakang punggungku.
Tentu saja tidak.” jawabnya sambil tersenyum.
«»«»«»«»«»«»«»«»

Tin...Tin... Tin...
Aku sedikit terlonjak, untung permen karet yang masih ada dalam mulutku tidak tertelan. Suara klakson mobil itu membuyarkan semua lamunanku. Aku menatap mobil itu dengan tajam. Sesaat kemudian, seorang namja turun dari dalam mobil.
Dia... orang yang sama dengan yang ada di foto.” batinku.
Hei... siapa kau? Bisakah kau turun dari sana?”
Ah... “ pekikku keras. Tanpa pikir panjang aku langsung meloncat, dan berdiri tepat di depan namja itu. Dia membelalakan mata, “Hai...” sapaku riang.

Dia terus menatapku dengan tajam dari atas sampai bawah, “Tidak sopan!” pikirku, “Lebih baik aku di hujani ribuan pertanyaan, daripada di pandang seperti itu. Aku kan bukan kriminal. Well, memang apa salahnya kalau duduk di atas pagar?” batinku. Aku mendengus kesal.

Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?”
Ini dia, untung aku sudah mempersiapkan sekenario yang luar biasa 'konyol'.
Apa anda tuan Sungmin?” tanyaku ceria.
Dia mengerutkan dahi sejenak, kemudian menganggukkan kepala.
Nama saya Kyuhyun (semoga unnie tidak pernah menyebut namaku) umur saya 17 tahun, saya datang dari desa (please... jangan tanya desa apa) saya datang kemari karena ditawari sebuah pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di kediaman anda.” tuturku riang.
Aku tidak pernah meminta seorang pembantu dari agen manapun! Kau boleh kembali! Aku tidak membutuhkanmu!”

Tapi tuan, anda benar tuan Sungmin kan? Dan alamat yang tertera di sini juga benar bukan? Lantas jika anda menyuruhku pergi apa yang harus kulakukan? Saya tidak memiliki tempat tinggal dikota sebesar ini (hueeekkk... aku sedikit merinding dengan semua ucapanku yang sedikit mendramatisir) Tuan?”
Dia berbalik, pandangannya sedikit berubah, apa ucapanku barusan menggugah hatinya?
Sebaiknya kita bicarakan di dalam.”
Wow... kau berhasil masuk Kyuhyun, good job!” teriakku dalam hati.

Jadi, kau benar-benar ditipu? Dan sekarang tanpa tempat tinggal, tanpa uang, kau terlantar di kota ini?”
Aku menutup wajahku, sambil terus terisak, perlahan kuintip dia dari sela-sela jariku. Kulihat dia menghela napas panjang.
Aku akan memberimu uang, kau bisa pulang ke desamu.”
Tidak bisa tuan.” dia mengerutkan dahi, sambil menatapku tajam.
Apa maksudmu?”
Jika saya pulang, keluarga saya akan cemas. Semua orang akan memandang saya dengan tatapan curiga, saya... saya... ijinkan saya bekerja untuk anda. Setelah saya mendapatkan gaji pertama, saya akan segera pergi dari sini (ayolah... aku sudah bosan berakting seperti ini) kumohon tuan... ijinkan saya bekerja sebagai pembantu di rumah anda.” aku kembali menutup wajah dengan kedua tanganku.

Suasana menjadi hening, aku menundukkan kepala, menunggu keputusannya. Suara jarum jam seolah terdengar begitu keras.
Baiklah, kau bisa bekerja untukku.”
Tuan... terima kasih.” aku berdiri dan membungkukkan badan beberapa kali.
Kau cukup manyiapkan makanan, membersihkan setiap sudut ruangan, satu lagi aku tidak suka ada satu barangpun berpindah dari tempatnya. Kau mengerti?”
Iya tuan...”

Dia berdiri. “Ikut aku!” kami berjalan menuju sebuah kamar yang cukup besar. “Kau bisa tidur disini.” dia menatapku sejenak. “Hari yang cukup melelahkan, tapi, apa kau keberatan jika menyiapkan makanan untukku?”
Tentu saja tidak tuan. Anda mau makanan seperti apa?”
Buatkan saja remen, itu sudah cukup.” dia beranjak pergi, meninggalkanku yang sendiri berada di kamar asing.
Negosiasi yang cukup menguras tenaga.” aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, kemudian memejamkan mata sejenak.
------------------------------------

Sudah empat hari aku tinggal di rumah Sungmin. Hanya beberapa informasi yang kudapat. Dia, empat tahun lebih tua dariku, seumuran dengan unnie, dia juga bekerja di tempat yang sama dengan unnie. Mungkin disanalah mereka bertemu, saling menyukai, sampai akhirnya unnie... aku cepat-cepat membuyarkan pikiranku yang mulai kacau. Dengan perasaan dongkol aku membersihkan ruang kerjanya.

Cklekk...
Aku baru pulang dari belanja. Namun, kudengar ada suara gaduh di ruang kerjanya. Aku pun langsung melesat menuju sumber suara. Kulihat dia sedang sibuk mencari-cari sesuatu?
Tuan, anda sedang mencari apa?”
KAU...” bentakanya. “Kau yang memindahkan semua kertas-kertas yang ada disini?” dia menunjuk ke arah meja.
Dia menghampiriku dengan segala luapan amarahnya. Aku hanya terdiam, menatap matanya, baru kali ini aku melihatnya kalut seperti ini.
Itu dokumen penting!” dia menghentakkan kakinya. “Aku sudah pernah bilang, aku tidak ingin ada satu barangpun yang berpindah dari tempatnya.” dia menatapku tajam. “Sekarang, aku tidak ingin di ganggu.” dia mendorongku keluar, dan menutup pintu dengan keras.

Mataku terasa panas, tanpa pikir panjang aku langsung lari keluar dari rumah. Untuk pertama kalinya aku merasa bersalah. Tadi saat aku membersihkan ruang kerjanya, aku telah membuang kertas-kertas yang dia cari. Aku semakin berlari dengan kencang.
Aku berdiri di tempat pembuangan sampah, sambil mengatur napas.
Untung masih sempat, truk pengangkut sampah belum datang.” batinku.
Aku tahu, aku sangat membencinya, tapi... kuarasa kali ini aku telah melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar. Dengan cepat aku mulai mengobrak-abrik seluruh sampah, mencari, membuka satu persatu setiap kantong sampah yang ada disana.

Cklekk...
Aku membuka pintu rumah.
Dari mana saja kau?” tukasnya tajam.
Aku hanya diam, kemudian mengulurkan tangan. Dia mendekat dan mengambil semua kertas-kertas yang ada di tanganku.
Ini...” dia menatapku, melihat keadaanku yang kotor. “Kau...”
Maaf, tadi saya tidak sengaja telah membuang semua kertas-kertas itu.” aku membungkukkan badan.
Jadi, kau mencari semua ini di...” dia memeluk tubuhku “Terima kasih.” aku bisa merasakan sebuah butiran air mata menetes di sudut mataku.
------------------------------

Hari ini seperti pagi-pagi sebelumnya, aku mulai membersihkan setiap sudut ruangan. Aku memandang rak buku sejenak, “Sepertinya aku akan menghabiskan waktu bersamamu.” ucapku sambil terkekeh. Aku mengambil kursi untuk dijadikan pijakan, agar lebih mudah membersihkan sudut yang tidak terjangkau olehku.
Tiba-tiba, kulihat dia keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Aku membelalakan mata, kemudian aku merasakan keseimbangan tubuhku mulai goyang. “Huaaaa...”

Aku membuka mata, kulihat dia menahan tubuhku, beberapa buku yang super tebal sempat menghantam bahunya.
Kau tidak papa?”
Tidak, terima kasih.” aku mencoba berdiri, tapi pergelangan kakiku terasa sangat sakit. Sepertinya dia mengetahui kondisi kakiku, karena dia langsung mengendongku. Sesaat aku menatap wajahnya yang sedikit panik, kurasakan hembusan napasnya mengenai wajahku.

DEG...
Jantungku berpacu lebih cepat. Dia merebahkanku di tempat tidur.
Sebaiknya hari ini kau istirahat!”
Aku menatap bahunya yang mulai memerah.
Bahumu...” suaraku sedikit bergetar, karena tidak bisa mengontrol jantungku.
Oh... aku tidak papa, hanya hal kecil.” dia melirik jam yang ada di dinding. “Aku harus berangkat ke kantor sekarang. Maaf, aku tidak bisa menemanimu.”
Aku baik-baik saja.” ucapku sambil tersenyum.
---------------------------------

Sudah hampir dua minggu aku tinggal di rumahnya. Selalu bersamanya, entah mengapa aku selalu melihat sisi baiknya. Aku masih membencinya, namun di satu sisi aku mulai berpikir, seorang Sungmin memang pantas untuk di sukai. Tapi, lagi-lagi aku merasa dongkol, karena kenyataan yang ada. Kalau saja mereka menjalin hubungan secara benar, aku pasti merestuinya. Entah mengapa aku mulai ragu dengan tujuanku. Sekedar menilai calon kakak ipar? Membuatnya bertanggung jawab atas perbuatannya? Ataukah memisahkan mereka? Tuhan... apa yang harus kulakukan?
------------------------------

Aku sudah menyiapkan makan malam, saatnya untuk memangilnya. Aku berjalan ke ruang kerjanya.
Tuan, makanan sudah siap.”
Tidak ada jawaban, akupun membuka pintu. Kulihat dia sedang sibuk dengan laptopnya. Aku menghampirinya, “Tuan... makan malam sudah siap.”
Dia mendongak menatapku. “Ah... iya, sebentar lagi.” ucapnya.
Tuan... kau orang yang tampan, pekerja keras, juga sangat baik. Apa kau tidak ada niat untuk membangun sebuah rumah tangga? Ehm... kurasa penggemarmu sangat banyak.”
Dia hanya tersenyum, mendengar semua ocehanku.
Ehm... mau ku kenalkan yeoja cantik?”

Brakk.....
Aku terlonjak saat dia mengembrak meja, dia berdiri dari kursinya.
Dia berjalan ke arahku, perlahan dia tersenyum, sebuah senyuman yang akan membuat hati setiap yeoja luluh seketika. Kecuali aku, karena aku berusaha mengalihkan pandanganku. Tapi, dia semakin mendekatiku, secara reflek aku langsung mundur, sampai akhirnya aku terhimpit diantara dinding dan tubuhnya. “Dinding sialan!” makiku dalam hati.
Sebenarnya apa maunya? Dia mulai mendekatkan wajahnya pada wajahku, aku mengerjap beberap kali. Aish... wajahnya semakin dekat, hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya membentur wajahku. Bingung dengan situasi ini, aku langsung memejamkan mata.

Hahahaha..... dasar gadis ingusan.”
Dia pergi meninggalkanku begitu saja.
Aku dipermainkan? Sialan!” aku menggigit bibirku. Dengan perasaan kesal bercampur malu, dan di bumbui dengan rasa ingin mencekiknya. Aku berlari menuju kamar.
Aku membenamkan tubuhku pada selimut. Berusaha mengontrol datak jantungku yang kembali berdebar dengan sangat kencang, seolah sebuah bom yang sewaktu-waktu siap meledak.

Hari ini aku pergi ke supermaket bersamanya. Sebenarnya aku malas pergi dengannya, menginggat dia telah mempermainkanku. Tapi... memang lebih hemat waktu, tenaga dan energi. Jadi, aku tidak akan mempermasalahkanya lagi.

Kami sedang sibuk memilih bahan makanan, saat suara yang tidak asing berteriak memanggil namanya. Aku langsung menutup kepalaku dengan topi dari jaket yang ku pakai.
Sungmin...” suara itu semakin mendekat. Aku ingin pergi dari sini, tapi tangan Sungmin mencengkeram erat lenganku.
Ah... Teuki... kau juga sedang belanja?”
Benar, eh... siapa itu? Pacarmu?”
Eh? Kenapa unnie menanyakan hal itu dengan nada yang begitu riang? Apa dia tidak merasa cemburu? Aku benar-benar harus pergi dari sini.” pikirku dalam hati. Aku mencoba melepaskan cengkeramannya. Tapi, hasilnya dia malah mencengkeramku semakin erat.
 
Ku perkenalkan kau dengan orang special.”
Mwo? Special? Special dari hongkong? Aish... kau benar-benar dalam masalah besar Kyuhyun. Tuhan... kumohon, tolong aku...” teriakku dalam hati.
Nona, kau sedang sakit?”
Sial, karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku tidak tahu kalau unnie saat ini sudah ada di depanku. Aku semakin menundukkan kepala.
Nona...” ada nada cemas dalam suaranya.
Aku menghela napas pelan, sepertinya ini sudah berakhir. Perlahan aku mengangkat wajahku. Kulihat unnie terkesiap.
Kyu...” pekiknya.
Hai...” aku tersenyum sambil melambaikan tangan.
Kalian saling kenal?” suara Sungmin sedikit meninggi.
--------------------------------

Kami berada di rumah Sungmin, aku menceritakan semuanya dari awal, unnie melotot padaku, Sungmin, hanya diam, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya. Seolah semua penjelasanku adalah sebuah kunci yang mampu menutup mulutnya dengan rapat.

Kau sudah salah paham.” ujar unnie sambil memejamkan mata. “Sungmin teman baik sekaligus sahabatku. Aku telah banyak merepotkannya.”
Tapi... kau... “
Aku memang hamil, tapi bukan Sungmin, ayah dari bayi yang ku kandung.”

Tintong... Tintong...
Sungmin beranjak keluar untuk membukakan pintu. Unnie memegang kepalanya.
Ku kira kau benar-benar kembali ke asrama, ternyata...” unnie menggelengkan kepalanya pelan.
Maaf... aku tidak bermaksud untuk membohongimu.”
Kulihat Sungmin kembali, disampingnya berdiri seorang namja.
Teuki... ada yang mencarimu.” ucap Sungmin sekilas, lalu duduk di kursi.

Kangin...” teriak unnie sambil berlari memeluk oarng yang bernama Kangin.
Aku mengerutkan dahi, benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini.
Dia suami kakakmu.” ucap Sungmin menjawab semua pertanyaanku.
Suami?”
Maaf Kyu, aku tidak bermaksud merahasiakan semua ini, hanya saja aku tidak ingin mengganggu konsentrasi belajarmu. Ini tahun terakhir kau duduk di bangku sekolah menengah. Karena itulah...” unnie menatap Kangin oppa, berusaha mencari dukungan. “Kami menikah, tanpa memberimu kabar. Itu hanya upacara yang sederhana”

Diary yang kubaca?”
Saat itu, aku sedang bertengkar dengan Kangin, hanya Sungmin satu-satunya tempatku mengadu.”
Kenapa kalian bertengkar?”
Unnie menghela napas panjang.
Aku menyuruhnya untuk berhenti bekerja, tapi, ternyata unniemu sangat keras kepala. Dia bersikeras membiayai semua kebutuhanmu, karena menurutnya kau masih tanggung jawabnya. Entahlah, saat itu aku terlalu sensitif, aku mulai berfikir dia malu mempunyai suami sepertiku, bahkan aku tidak pernah diperkenalkan padamu. Tapi, aku sadar, semua pikiranku salah, dan sekarang kami kembali rujuk. Semua itu berkat Sungmin.”
Aku menatap wajah mereka satu persatu, tidak ada kebohongan disana, tanpa sadar mataku terasa panas. Aku menundukkan kepala.
Maaf...” hanya itu kata-kata yang meluncur dari mulutku.
--------------------------------

Pengumuman hasil ujian telah keluar, dan aku dinyatakan lulus. Saat ini aku ingin membagi semua kebahagiaanku, keberhasilanku, pada semua orang yang ku sayangi.
Kau tidak ingin membagi kebahagiaanmu dengan Sungmin?”
Kenapa aku harus membaginya dengan Sungmin oppa?”
Karena sepertinya kau selalu memikirkannya.”
Itu tidak benar.” aku buru-buru masuk dalam kamarku.

Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. Kupejamkan mataku, ada bayangan wajahnya yang muncul saat aku memejamkan mata, karena itulah aku senang memejamkan mata. Harus ku akui aku merasa rindu padanya, tapi, apa dia juga merasakan hal yang sama? Sudah cukup aku mempermalukan diri.
Kurasa aku memang menyukainya, tapi apakah dia juga menyukaiku? Saat itu... dia hanya menatapku dingin. Aku tahu dia sangat kecewa padaku, aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar. ah... sudahlah, semua akan baik-baik saja, ayo Kyuhyun kau harus tetap bersemangat.
------------------------------

Aku baru pulang dari sekolah, mengurus semua sertifikat yang belum keluar. Tapi, tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah berita.
Kyu, apa kau sudah tahu Sungmin akan ditugaskan ke Jepang?”
Gelas yang ada dalam genggamanku terlepas begitu saja.
Kapan?”
Kyu, kau tidak papa?”
Aku menggeleng, “Kapan?” aku mengulang pertanyaanku.
Hari ini dia akan berangkat. Maaf aku juga baru tahu tadi pagi.”
Unnie aku mau ke bandara.

Aku berlari dengan kencang, tanpa mempedulikan tatapan puluhan orang, aku mencari dan mencari. Saat itu, aku melihat sosok seorang namja yang beberapa hari terakhir sangat ku rindukan. Jantungku berdebar kencang, kulihat dia tersenyum, lututku terasa lemas saat melihat senyumannya. Sambil mengatur napas, aku berjalan mendekatinya.
Sungmin oppa...”
Kyu... kenapa kau ada disini?”
Kenapa?” bisikku.
Apa? Kau bicara apa?”
Kenapa kau tidak memberitahuku? Apa kau begitu membenciku?”
Kyu... bukan begitu, aku sangat menyukaimu.”
Lantas kenapa kau bersikap seperti ini?”
Aku menyukaimu, terlalu menyukaimu, sampai-sampai aku merasa tidak pantas untuk mendapatkanmu.”
Aku membelalakan mata. “Oppa...” dia menggenggam tanganku.
Tunggu aku, hanya itu yang ku minta darimu.”
Aku menganggukkan kepala.
-------------------------------

Empat tahun kemudian...

Hari ini kau menjadi seorang pengantin, sebuah upacara sederhana dengan mengucapkan ikrar janji pernikahan di hadapan Tuhan.
Sungmin oppa mengendongku menuju rumah kami, dulu rumahnya, tapi sekarang menjadi rumah kami.
Kau bahagia?” tanyanya sambil tersenyum.
Sangat, aku mendekatkan wajahku pada wajahnya, kemudian mengecup pipinya riangan.”

Oppa menurunkanku, dia menatap wajahku lekat-lekat. Senyumnya kembali merekah, senyum yang kusukai, senyum penuh kebahagiaan. Dia mendekap tubuhku erat, kemudian secara perlahan mendekatkan wajahnya pada wajahku, dia mengecup bibirku dengan lembut, mencurahkan segala ketulusan.
Jujur, aku masih belum mengerti sepenuhnya apa itu cinta. Bagiku cinta merupakan sebuah perasaan yang kompleks. Tapi, hari ini, setelah prosesi pernikahan berakhir, aku mulai menyadari beberapa hal.
Mungkin... inilah cinta...
Yang selalu menggenggam, bukan hanya tangan, tapi juga seluruh masa depannya.
Selalu merengkuh, bukan hanya tubuh, tapi juga seluruh hati dan perasaannya.
Selalu mengecup, bukan hanya bibir, tapi juga segala kesedihan dan kebahagiaannya.
Ya... mungkin ini cinta...
Karena itulah, saat ini, dengan segenap keyakinanku, aku melangkahkan kaki di sepanjang jalan yang bernama cinta.

**** The End ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar