Selasa, 04 Oktober 2011

«» {My Story} ® A happy story? I hope so! «»


Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji Hee
                     Jung Yun Ho
                     Lee Dong Hae
Support Cast : Park Ri Young
                           Shin Sung Young
                           Member Suju, Member TVXQ
Genre : Comedy-Romance / Straight
Rated : PG-15
Length : Chapter 4 / Of ?
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
YunHae cmn milik Ji-Hee {nama Korea author} klo mau protes mending langsung ke YunHae aja dah, siapa suruh terlalu mencintaiku dengan sepenuh hati wkakaka... *langsung dimutilasi massa*
=================

* Author POV *


Pagi yang indah, matahari tersenyum dengan ceria, memberikan kehangatannya di seluruh kota Seoul.
Di sebuah dorm, terlihat seorang namja yang baru keluar dari sebuah kamar, sambil menggaruk-garuk kepalanya. Tubuhnya dibalut dengan kaos warna biru, dan sebuah celana pendek selutut.
Perlahan, namja itu berjalan ke arah ruang tamu, merebahkan tubuhnya di salah satu sofa, kemudian mulai meraih remote control, yang berada tepat di atas meja. Sejurus kemudian, namja itu menenggok ke kanan, dan ke kiri, mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah.
Sepi sekali?” gumamnya, sambil mengeritkan dahi.


Berkali-kali, namja itu menekan hampir semua tombol remote control, yang ada di tangan kanannya, sesekali memainkan lidahnya.
Tidak lama kemudian,sebuah desahan keluar dari mulutnya, namja itu sedikit menengadah, menatap langit-langit ruangan.
Lee Ji-Hee...” namja itu mengulum senyumannya, “Ehm... bukankah marga kita sama? Sepertinya... kita memang berjodoh.” batin namja itu, sambil menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tawanya.
Aish! Lee Donghae! Apa yang kupikirkan? Tentu saja kami punya jodoh yang bagus. Buktinya... aku selalu bisa menemukannya, tanpa susah-payah.” gumam Donghae dalam hati. Detik berikutnya, Donghae memejamkan matanya, sebuah senyuman terulas di sudut bibirnya.

Pletakkk...
Sakit...” jerit Donghae, saat sebuah jitakan keras, mendarat dengan manis(?) tepat di kepalanya. Dengan cepat dia menoleh ke belakang, melihat dengan jelas, siapa yang telah mengganggu seluruh lamunannya.
Hyung! Kenapa memukulku?” protesnya, dengan mimik wajah memelas.
Apa kau tahu? Kau... seperti orang idiot!”
Aish! Kenapa dengan hyungku yang satu ini? Apa jangan-jangan dia masih dendam padaku?” rutuk Donghae dalam hati. “Memangnya apa salahku?”
Kau tidak sadar?” namja itu mengangkat sebelah alisnya.
Sungmin hyung, bicara yang jelas.”
Kenapa kau senyum-senyum sendiri?”
Aku... tidak seperti itu.” Donghae mengalihkan pandangannya, berusaha menyembunyikan rasa malu.
Apanya yang tidak seperti itu?” Sungmin menyikut lengan Donghae pelan. “Memangnya apa yang kau pikirkan?”
Aku tidak memikirkan apa-apa?”
Masih mengelak. Ayo cepat katakan!” Sungmin tersenyum manis sambil menaik-turunkan alisnya.
Mengatakan apa?” meskipun nada suara Donghae terdengar datar, tanpa sadar, sebuah semburat merah muncul di kedua pipinya.
Sungmin menghela napas pelan. “Kalau dipikir-pikir akhir-akhir ini kelakuanmu terlihat semakin aneh.”
Aneh bagaimana? Aku baik-baik saja.”
Kemana kau akhir-akhir ini? Tiba-tiba menghilang begitu saja.”
Aku hanya jalan-jalan.”
Aku tahu kau berbohong. Kau terlihat gugup.” Sungmin memincingkan mata, menatap Donghae lekat-lekat. “Kau... sedang jatuh cinta?”
Si... siapa yang bilang?”
Tentu saja aku. Bodoh!” Sungmin menjitak kepala Donghae. “Masih tidak mau cerita? Kau tidak mau berbagi kebahagiaan denganku? Kenapa? Takut aku merebutnya darimu?”

Donghae melirik Sungmin sekilas, “Benar juga. Bukankah aku bisa membagi kebahagiananku dengannya. Setidaknya Sungmin hyung tidak seember Teukie hyung. Hehehe...” ujar Donghae dalam hati.
Donghae menarik napas dalam-dalam. “Kau tidak akan membocorkannya pada yang lain kan?”
Kau pikir aku ini Teukie hyung?” Keduanya langsung tertawa lepas. “Ayo cepat katakan. Aku ingin tahu, siapa yeoja yang bisa membuatmu seperti ini.”
Tidak akan kukatakan.” Donghae menjulurkan lidahnya.
Detik itu juga Sungmin mengangkat tangannya, berusaha menjitak kepala Donghae. Namun, dengan cepat, Donghae mampu menepisnya.
Hyung! Dengarkan dulu.” protes Donghae. “Aku tidak akan mengatakan siapa yeoja itu. Tapi... aku akan menceritakan sedikit tentangnya.” Donghae menggigit bibir bawahnya.
Tunggu sebentar.” Sungmin berlari ke arah dapur. Sejurus kemudian, Sungmin kembali duduk di sebelah Donghae, membuka bungkusan keripik kentang di tangannya. “Sekarang ceritakan.”
Donghae tersenyum, detik berikutnya, tangannya terulur, mencoba meraih bungkusan kripik kentang di tangan Sungmin.
Plakkk...
Sungmin memukul tangan Donghae, matanya menatap Donghae dengan tajam.
Masa kau akan makan sendiri?” gerutu Donghae.
Jangan banyak protes.” tukas Sungmin tajam. “Kalau ceritamu menarik, akan kusisakan untukmu.”
Donghae menghela napas pelan. “Aku harus mulai dari mana?”
Terserah.”
(=_=) “Hyung macam apa dia itu?” gerutu Donghae dalam hati.

Awal pertemuanku dengannya... aku tidak sengaja menabrak tubuhnya hingga terjatuh. Saat itu, saat melihat wajahnya, tiba-tiba saja tubuhku terasa membeku, aku bahkan tidak sadar, saat dia memarahiku. Wajahnya terlihat manis.” Donghae terkekeh pelan. “Kurasa... saat itu dia tidak tahu siapa aku, dan menurutku itu menarik. Jarang-jarang ada yeoja yang memarahiku bukan? Dan sejak saat itu, aku tidak bisa melepaskan bayangannya dari otakku.” Donghae menatap Sungmin, yang sedang tersenyum, mendengarkan ceritanya.
Aku bertemu dengannya lagi, sedikit kecewa karena ternyata... dia sama sekali tidak tahu siapa aku. Mengelikan bukan? Tapi aku cukup beruntung. Karena akhirnya aku bisa tahu siapa namanya, dan dia tahu siapa aku. Kau tahu apa yang ada dalam pikiranku saat itu?” Sungmin mengerutkan dahinya, kemudian menggeleng pelan. “Aku ingin bisa lebih dekat dengannya.”
Kau sudah bisa mendekatinya?”
Donghae mengangguk mantap. “Ehm... waktu itu... saat aku meninggalkanmu, sebenarnya... karena aku melihatnya sedang berlari, dia terlihat sedang buru-buru. Maaf, saat itu... aku benar-benar ingin mengantarnya.”
Mwo? Kau menginggalkanku demi yeoja itu? Dongsaeng kurang ajar!” dengan cepat Sungmin memiting leher Donghae.
Hyung! Tolong lepaskan. Aku benar-benar minta maaf, lain kali tidak akan kuulangi.”
Sungmin membelalakkan mata lebar, dan melepaskan leher Donghae. “Kau berfikir masih ada lain kali?”
Ya... setidaknya aku akan mencarikanmu taksi dulu, baru meninggalkanmu.” Donghae menggaruk tekuk lehernya, sambil tersenyum polos.
Kau tenang saja. Aku tidak mau lagi dibonceng olehmu.” gerutu Sungmin. “Well, boleh aku tahu? Apa yang kau suka dari yeoja itu?”
Aku juga tidak tahu.” Donghae menatap langit-langit ruangan. “Dia yeoja yang polos, selalu bicara apa adanya, tidak peka, sedikit ceroboh, hahaha... tidak ada yang menarik bukan? Tapi... saat melihat senyumannya, aku bisa merasakan semangatnya, dan entah bagaimana caranya, tanpa sadar aku telah berjalan semakin mendekatinya. Dia tidak pernah memperlakukanku secara berlebihan, mengerutu saat aku melakukan hal yang tidak dia sukai, berkali-kali mengucapkan terima kasih saat aku menolongnya.”

Kau benar-benar menyukainya?”
Donghae menggeleng pelan, “Bukan sekedar menyukainya, dia telah mengikat seluruh hatiku. Hyung... kurasa aku benar-benar mencintainya.”
Kau sudah mengutarakan perasaanmu padanya?”
Donghae mendesah, menggelengkan kepalanya pelan. “Kurasa belum saatnya.”
Maksudmu? Dia tidak menyukaimu?”
Saat ini aku sedang mencari tahu perasaannya.” Sungmin mengangguk-anggukkan kepalanya. “Hey! Kau harus mencoba masakannya. Benar-benar sangat lezat.”
Sudah sejauh itu hubungan kalian?”
Eh?”
Kau... sudah merasakan masakannya? Dan tidak mengajakku?”
Untuk apa aku mengajakmu? Itu hanya akan mengganggu saja.”
Pletakkk...
Sungmin menjitak kepala Donghae.
Benar-benar Dongsaeng kurang ajar.” gerutunya, Donghae hanya bisa mengusap kepalanya, sambil mengerucutkan bibirnya. “Hey! Kau sudah lupa moto kita?”
Keduanya tampak tersenyum licik(?) “Jangan sia-siakan semua makanan gratis.” seru Keduanya dengan penuh semangat, sejurus kemudian, terdengar suara tawa yang memekakan telinga.

Ngomong-ngomong, kau tidak mau memperkenalkannya padaku?”
Ehm... tidak sekarang, aku dan Yunho hyung, punya sebuah perjanjian kecil. kami akan... sama-sama memperkenalkan yeoja yang kami sukai. Jadi... sampai saat itu tiba, aku belum bisa mengenalkannya padamu.”
Cih! Harusnya kau itu mengaca! Selalu mengeluh, Heechul hyung terlalu dekat dengan Hongki, sampai-sampai kita semua kadang diabaikannya.” Sungmin melirik sinis ke arah Donghae. “Kau sendiri? Sedikit-sedikit Yunho hyung. Cih!” Sungmin berdiri dari duduknya, dan pergi meninggalkan Donghae.
Hyung kau cemburu?”
Saat itu juga Sungmin membalikkan badannya. “Bukan cemburu, hanya merasa... kau sangat Memuakkan.” Sungmin memberi tekanan pada kata terakhirnya.
Donghae tertawa lepas. “Kau tidak perlu cemburu pada Yunho hyung. Toh kalian semua sama-sama hyung terbaik bagiku.”
Brakkk...
Terdengar suara pintu kamar, yang dibanting oleh Sungmin.
Donghae menghela napas pelan, menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa. “Lee Ji-Hee... kuharap, kau akan selalu menjadi... sebuah cerita indah dalam hidupku.” gumamnya, sambil memejamkan mata.
==============

Sementara Itu, di Tempat Lain...


Someday I'll lay my love on you
Baby I don't wanna lose it now
Just one, nuhboon eengur
unjenga ooree man nan narchuhrum


Sebuah ponsel berdering, tidak jauh dari benda itu, terlihat seorang yeoja yang masih memejamkan matanya. Merasa sedikit terusik, yeoja itu mulai menggerakkan tangannya untuk mengapai ponsel tersebut.
Tanpa membuka mata, yeoja itu langsung mengangakat panggilan teleponnya.
“Yeoboseyo...” terdengar suara sedikit serak, yang keluar dari mulut yeoja itu.
“Ji-Hee-ya, ini aku. Kau masih tidur?”
Ji-Hee langsung membelalakkan mata, dengan cepat, dia mengangkat tubuhnya, hingga terduduk di tempat tidur.
“Yunho-ssi.”
“Hey! Kenapa masih memanggilku seperti itu? Panggil aku 'oppa'!”
“Ah... maaf... sudah kebiasaan.” Ji-Hee menggaruk-garuk tekuk lehernya. “Oppa, kenapa meneleponku?”
“Memangnya tidak boleh? Aku kan namjachigumu.”
“Bukan begitu, kau kan orang yang super sibuk.”
“Ji-Hee-ya... kau rindu padaku?”
“Errr... kenapa bertanya seperti itu?”
Entahlah... yang jelas... saat ini, aku sangat merindukanmu.”
Oppa, kau mencoba merayuku?”
Apa terdengar seperti itu?”
Errr... sedikit.”
Detik itu juga, suara Yunho yang tertawa lepas, terdengar sangat jelas. Sedangkan tangan kiri Ji-Hee, telah mendarat di pipinya, mencoba menyamarkan rona merah yang telah muncul tanpa izin darinya.

Oppa, sudah tertawanya?” Ji-Hee mengerucutkan bibirnya.
Ji-Hee, aku tidak menertawakanmu.” Ji-Hee mengeryitkan dahinya. “Aku menertawakan diriku sendiri, karena... saat mendengar suaramu, aku semakin ingin bertemu denganmu.”
Oppa, kapan kau akan kembali ke Seoul?”
Mungkin... sekitar 2-3 hari lagi.”
Ah... tidak lama lagi kita akan bertemu bukan?”
"Aku tidak sabar menantikan hari itu." terdengar suara Yunho, yang terkekeh pelan. “Apa kau menjaga dirimu dengan baik?”
Oppa, aku bukan akan kecil lagi.” protes Ji-Hee.
Aku tahu, lagipula... tidak mungkin aku 'menyukai' anak kecil bukan?”
Ah... oppa, kau sama saja dengan Ri-Young dan Sung-Young.” Ji-Hee kembali mengerucutkan bibirnya, saat mendengar suara Yunho yang terkekeh pelan.
Kapan mereka berdua kembali?”
Sepertinya besok.”
Entah kenapa, aku akan jauh lebih tenang saat mereka ada di dekatmu.”
Aish... aku baik-baik saja.”
Iya-iya... aku tahu.”
Tahu apa?”
Kau merindukanku.”
Hya! Oppa kenapa tiba-tiba membicarakan hal itu?”
Memangnya aku salah?”
Errr... akan kujawab saat kita betemu.”
Ee... Ji-Hee, aku harus pergi.”
Oppa... jaga dirimu baik-baik. Ah... satu lagi hwaiting.”
Terima kasih. Begitu tiba di Seoul, aku akan segera menemuimu.”

Ji-Hee masih terdiam di atas tempat tidurnya, menatap ponsel di tangannya lekat-lekat, sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
Kyaa... ya Tuhan... sepertinya aku benar-benar menyukainya.” Ji-Hee membenamkan kepalanya di antara tumpukan bantal. “Tunggu dulu! Dia menghubungiku saat aku masih tidur?” Ji-Hee melirik jam di dinding kamarnya. “Aish! Memalukan sekali! Bagaimana ini?”
--------------

Ting Tong... Ting Tong...
Saat mendengar bel apartmentnya berbunyi, dengan cepat Ji-Hee berlari ke arah pintu.

Ckelekkk...
Maaf, anda siapa?” tanya Ji-Hee, saat melihat seseorang sedang berdiri di depan pintu apartmentnya, dalam posisi membelakanginya.
Sejurus kemudian, Ji-Hee membelalakkan matanya lebar. “Kau? Donghae-ssi, apa yang kau lakukan di sini?”
Donghae menyodorkan beberapa kantung plastik yang di bawanya pada Ji-Hee. “Aku lapar... bisakah memasakkan sesuatu untukku?” Donghae memberikan senyuman maut(?)nya.
Detik itu juga, Ji-Hee tertawa lepas. “Kalau kau lapar, harusnya pergi ke restaurant, bukannya kemari, Donghae-ssi.”
Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur menyukai masakanmu.” ujar Donghae dengan wajah memelas.
Sepertinya kau terlalu berlebihan.”
Aku sungguh-sungguh.”
Ji-Hee mengulum senyumnya, “Mau sampai kapan berdiri di sini?”
Kau sendiri yang tidak mempersilahkan aku masuk.”
Ji-Hee menggaruk pelipisnya, kemudian tersenyum simpul. “Ehm... benar juga. Silahkan masuk, Donghae-ssi.”

Kau akan masak apa?”
Entahlah... bahan makanan yang kau bawa terlalu banyak, aku jadi sedikit binggung.” Ji-Hee menggaruk pelipisnya. “Ehm... kau mau kumasakkan apa?”
Terserah. Asal itu masakanmu, pasti terasa lezat.” Donghae mengacak rambut Ji-Hee lembut.
Benar-benar tidak membantu.” Ji-Hee memincingkan matanya. “Ah... bagaimana kalau kita buat Shabu-shabu dan Bulgogi saja?”
Baik. Apa yang bisa kubantu?” Donghae melipat lengan bajunya.
Wow... kau terlihat sedikit keren, saat melipat lengan baju seperti itu.”
Benarkah? Aku kan memang keren.”
Tapi... akan jauh lebih keren, kalau kau memakai ini.” Ji-Hee menyodorkan sebuah celemek berwarna biru, dengan motif polkadot.
Donghae mengeryitkan dahinya. “Haruskah?”
Tentu saja.” Ji-Hee membekap mulutnya sendiri, berusaha menahan tawa.
--------------

Ri-Young-ah, apa menurutmu Ji-Hee akan terkejut dengan kedatangan kita?” tanya Sung-Young, saat keduanya berjalan di koridor, menuju apartment Ji-Hee.
Tentu saja.”
Ah... aku tidak sabar melihat reaksinya.”
Aku lebih tidak sabar untuk mengintriogasinya.” Ri-Young tersenyum simpul.
Ah... benar juga. Jujur saja, aku sangat mendukung hubungan mereka.”
Benarkah?”
Tentu saja. Aku sangat menyayangi mereka berdua.”
Ri-Young tersenyum lembut. “Aku hanya bisa berharap, Yunho adalah orang yang tepat untuk Ji-Hee.”
Ah... benar juga. Kau memang lebih dekat dengan Ji-Hee, luar-dalam. Kau pasti lebih memahaminya.”
Hey! Bukan salahku. Kau sendiri yang lebih memilih yoochunmu itu, daripada berkumpul bersama kami.” Ri-Young menjulurkan lidahnya, dan Sung-Young? Dia hanya bisa menggembungkan pipinya, tidak mampu membalas kata-kata Ri-Young.

Kau bawa kuncinya?” tanya Sung-Young, saat mereka telah berdiri tepat di depan pintu apartment Ji-Hee. “Sepertinya kunciku ketinggalan di rumah.” Sung-Young masih sibuk mencari-cari kunci, di dalam tasnya.
Kau tenang saja, aku selalu membawanya.” dengan cepat, Ri-Young mengeluarkan kunci dari dalam tasnya.
Kira-kira apa yang sedang dia lakukan?”
Ehm... mungkin membaca komik.” Ri-Young terkekeh pelan.
Ckelekkk...
Ri-Young membuka pintu dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun. Perlahan, mereka berdua berjalan mengendap-endap.


Di Sisi Lain...

Ji-Hee, sepertinya ini sudah matang.”
Sebentar.”
Begitu Ji-Hee membalikkan tubuhnya, Donghae sudah berdiri di depannya, sambil menyodorkan sendok yang berisi sepotong bulgogi.
Cobalah.” Ji-Hee tersenyum simpul, kemudian mengulurkan tangannya, dengan cepat, Donghae meraih pergelangan tangan Ji-Hee. “Begini saja. Cobalah.”
Untuk sesaat, Ji-Hee mengeryitkan dahinya, sejurus kemudian, dia membuka mulutnya, menerima suapan dari Donghae.
Bagaimana?”
Ji-Hee menganggukkan kepalanya pelan. “Lezat.” ucap Ji-Hee di sela-sela kunyahannya.
Apa yang sedang kalian lakukan?” suara teriakan Sung-Young, sukses membuat Ji-Hee tersedak.
Uhuk... uhuk... uhuk...”
Ji-Hee memukul dadanya sendiri. Sung-Young mengembungkan pipinya. Ri-Young mengeryitkan dahi, melihat semua gerak-gerik Donghae, yang terlihat panik, berusaha mengulurkan segelas air pada Ji-Hee.

Ji-Hee menoleh pada Sung-Young dan Ri-Young, sambil mengerucutkan bibirnya.
Kalain sudah kembali? Kenapa tidak memberitahuku?” dengan cepat Ji-Hee memeluk kedua sahabatnya itu. “Aku sangat merindukan kalian.” ucap Ji-Hee sedikit manja.
Sebenarnya kami ingin memeberimu kejutan. Tapi... sepertinya kami yang menerima sebuah kejutan.” Ri-Young mengangkat sebelah alisnya, menatap Donghae, dengan pandangan yang sulit diartikan.
Donghae oppa, apa yang aku lakukan di sini?” tanya Sung-Young sedikit ketus.
Aku? Oh... aku ingin... makan masakan Ji-Hee.” Donghae menggaruk-garuk tekuk lehernya.
Ri-Young mengeryitkan dahi, mendengar kata-kata Donghae, kemudian mengalihkan pandangannya, menatap wajah Ji-Hee, dan reaksi Ji-Hee, hanya tersenyum simpul, sambil mengangkat bahunya pelan.
---------------

Oppa, bukankah kau sangat sibuk? Kenapa ada di sini?” tanya Sung-Young -dengan senyum yang sedikit di paksakan- saat mereka berempat duduk di ruang tengah, setelah acara makan siang berakhir.
Hari ini aku senggang.” Donghae tersenyum lembut.
Ji-Hee... bisa buatkan aku minuman dingin? Aku sangat cape.” Ri-Young meyandarkan kepalanya di punggung kursi.
Sebentar akan kubuatkan.” Ji-Hee langsung beranjak, menuju dapur.
Aku akan membantu...”
Oppa, kamilah tuan rumah di sini. Biar aku saja yang membantu Ji-Hee.” Sung-Young berdiri dari duduknya, berjalan kearah dapur, menyusul Ji-Hee.
Donghae hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Sejurus kemudian dia meraih sebuah komik yang tergeletak di atas meja.

Ri-Young melirik Donghae melalui ekor matanya. “Ada sesuatu yang aneh dengannya.” batin Ri-Young, saat itu juga dia mulai memutar otaknya.
Sebuah senyuman tersungging di bibir Ri-Young. “Donghae-ssi, kau suka membaca komik?”
Eh? Tidak juga.” Donghae memainkan komik di tangannya.
Ji-Hee sangat suka membaca komik.”
Benarkah?” terlihat sebuah semangat di mata Donghae.
Reaksi yang sedikit berlebihan.” batin Ri-Young. “Benar, kalau kau masuk kamarnya, pasti akan berfikir itu bukan kamar, tapi perpustakaan mini.” Ri-Young terkekeh pelan.
Ehm... boleh aku tahu? Selain komik, apa lagi yang dia suka?”
Kenapa aku harus memberitahumu?” Ri-Young mencondongkan tubuhnya ke arah Donghae.
Aku... ah... bukankah aku juga temannya, kurasa... sudah sewajarnya jika aku... ingin tahu sedikit tentangnya.” tanpa sadar, Donghae telah mengeluarkan keringat dingin di tangannya.
Kau tertarik padanya?” tanya Ri-Young dengan nada tenang, tapi terkesan penuh dengan intimidasi, bagi pendengaran Donghae.
Aku...”
Maaf, apa kami membuatnya terlalu lama?”
Ji-Hee-ya... terima kasih... kau telah menyelamatkanku.” teriak Donghae dalam hati.
Tentu saja tidak. Benar begitukan? Donghae-ssi.” Ri-Young tersenyum licik(?).
Jangan tersenyum seperti itu. Sangat menakutkan.” gumam Ji-Hee, sambil melemparkan bantal sofa ke arah Ri-Young.
Lantas, aku harus tersenyum seperti apa?”
Jangan tersenyum.” ucap Sung-Young, sambil menjulurkan lidahnya.
Kalian berdua cari mati.”
==============

Ada yang ingin kau ceritakan pada kami?” tanya Ri-Young, sesaat setelah Donghae meninggalkan apartment Ji-Hee.
Menceritakan apa?” Ji-Hee menggaruk pelipisnya.
Donghae oppa.” tukas Sung-Young tajam.
Ada apa dengan Donghae? Kalian dengar sendiri alasannya datang kemari bukan?” Ji-Hee memiringkan kepalanya.
Benar-benar tidak peka.” batin Ri-Young, menggelengkan kepalanya pelan.
Kau tidak berniat selingkuh bukan?” tanya Sung-Young sedikit ragu-ragu.
Mwo? Selingkuh? Shin Sung-Young, kau jagan bercanda. Aku bahkan baru menjalin hubungan dengan Yunho, oppamu. Apa hanya karena aku belum bertemu dengannya sampai saat ini, kau berfikir aku berniat selingkuh dibelakangnya?” Ji-Hee melipat tangannya di depan dada.
Bukan begitu... aku hanya...”
Hanya apa?” Ji-Hee mengangkat dagunya.

Sebaiknya kau jauhi Donghae.” ucap Ri-Young memecah perdebatan Ji-Hee dan Sung-Young.
Eh?” baik Ji-Hee maupun Sung-Young kini menatap wajah Ri-Young, dengan pandangan tidak mengerti.
Sepertinya dia menyukaimu.” kata-kata Ri-Young, sukses membuat Ji-Hee dan Sung-Young membelalakkan matanya lebar.
Ri-Young... kau baik-baik saja bukan?” Ji-Hee menyentuh dahi Ri-Young.
Ji-Hee aku serius.” Ri-Young menjauhakan tangan Ji-Hee.
Benar kata Ri-Young, sebaiknya kau mulai menjauhi Donghae oppa.”
Kalian ini aneh, aku dan Donghae hanya berteman, tidak lebih.”
Setidaknya... tolong jaga perasaan Yunho oppa.” Sung-Young menggenggam tangan Ji-Hee.
Ji-Hee menghela napas pelan. “Baiklah... lagipula... aku tidak mungkin dekat dengannya lebih dari ini, dia kan artis yang super sibuk.” Ji-Hee terkekeh pelan.
==============

Someday I'll lay my love on you
Baby I don't wanna lose it now
Just one, nuhboon eengur
unjenga ooree man nan narchuhrum


Ji-Hee meraih ponsel yang terletak di atas meja, sebuah senyuman langsung menghiasi sudut bibirnya, saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
“Oppa, kau sudah sampai di Seoul?” ucap Ji-Hee begitu mengangkat panggilan teleponnya.
“Hey! Bagaimana kau tahu?”
“Hanya menebak.” Ji-Hee terkekeh pelan.
“Sekarang kau ada di mana?”
“Di apartment, kenapa?”
“Bersiap-siaplah, aku akan segera menjemputmu.”
Memangnya mau kemana?”
Kau akan tahu nanti.”
Hya! Oppa!” Ji-Hee hanya bisa mengerucutkan bibirnya, saat menyadari sambungan teleponnya telah terputus.
============

Oppa... kita akan kemana?” tanya Ji-Hee saat berada di dalam mobil Yunho.
Ke tempat kita berdua.” Yunho mengerlingkan matanya.
Ji-Hee mengulum senyumnya. “Aku suka tempat itu.” ucapnya sedikit malu-malu.


Tidak Lama Kemudian...

Yunho menghentikan mobilnya, di sebuah bukit kecil, tempat Yunho menyatakan perasaannya pada Ji-Hee.
Keduanya turun dari mobil, melihat pemandangan indah di depannya.
Oppa kenapa mengajakku kemari?” Ji-Hee menatap wajah Yunho.
Karena aku ingin mendengar jawabanmu.” Yunho tersenyum lembut.
Jawaban?” Ji-Hee memiringkan kepalanya.
Yunho meraih tangan Ji-Hee, “Bukankah kau bilang... akan memberiku jawaban saat kita bertemu?”
Errr... apa harus kujawab?”
Tentu saja.” Yunho menatap mata Ji-Hee dalam. “Ji-Hee-ya... aku menunggu.”
Ehm... oppa, aku... merindukanmu.”
Detik itu juga, Yunho merengkuh tubuh Ji-Hee, memeluknya dengan erat, melepaskan semua perasaan rindunya pada yeojachingunya itu.
Aku tahu, kau pasti juga merindukanku.” bisik Yunho lirih.
Kenapa kau begitu yakin?”
Karena aku sangat merindukanmu.” Yunho semakin mempererat pelukannya. “Aku pernah mendengar, saat kita merindukan seseorang, itu artinya... orang itu juga sedang merindukan kita.”
Ji-Hee menggigit bibir bawahnya, saat mendengar kata-kata Yunho.

Yunho terus menggenggam tangan Ji-Hee, menatap wajah yeoja di sampingnya, dengan senyuman lembutnya.
Oppa, aku benar-benar menyukai tempat ini.” Ji-Hee menoleh pada Yunho, detik itu juga, Ji-Hee lengsung mengalihkan pandangannya. “Sejak kapan Yunho oppa melihatku seperti itu?” batin Ji-Hee.
Kau merasa dingin?” Ji-Hee membelalakkan matanya, saat merasakan rangan Yunho telah melingkar di pinggangnya.
Ti... Tidak juga.” tiba-tiba Ji-Hee merasa gugup.
Benarkah?” kali ini jantung Ji-Hee benar-benar memberontak, ingin keluar dari dalam tubuhnya, saat menyadari... Yunho dengan santainya menyandarkan kepalanya di bahu Ji-Hee.
O... ppa... kau merasa tidak enak badan?” Ji-Hee menyentuh dahi Yunho, mencoba memastikan namjachigunya dalam keadaan baik-baik saja.
Yunho memejamkan mata, sebuah senyuman menghiasi bibirnya, menikmati perhatian Ji-Hee. “Kau tenang saja, aku baik-baik saja.” Ji-Hee menghela napas lega. “Biarkan seperti ini dulu.”
==============

Oppa, kau tidak mau masuk dulu?” tanya Ji-Hee saat mobil Yunho telah berhenti tepat di depan apartment Ji-Hee.
Malam-malam... menawari namjachigumu masuk ke apartment, kau tidak takut aku melakukan sesuatu padamu?” goda Yunho.
Ji-Hee memutar bola matanya, “Oppa, memangnya kau mau melakukan apa?”
Ehm... mungkin...” Yunho menggantungkan kata-katanya, sejurus kemudian menarik tubuh Ji-Hee, dengan cepat Yunho mengecup bibir Ji-Hee.
Kecupan kilat itu mampu membuat Ji-Hee membeku, tidak ada reaksi darinya selain membelalakkan matanya lebar.
Seperti itu.” ucapan Yunho memaksa Ji-Hee untuk sadar dari shocknya.
Oppa... kau...” Ji-Hee memegang bibirnya, semburat merah telah muncul di kedua pipinya.
Ji-Hee... kau kenapa? Apa aku telah menyakitimu?” Yunho terlihat benar-benar panik, saat melihat Ji-Hee seperti orang linglung.
Ji-Hee menggelengkan kepalanya pelan. “Kau tidak menyakitiku. Hanya saja...” Ji-Hee menggigit bibir bawahnya.
Jangan-jangan... ini ciuman pertamamu.”
Ji-Hee memejamkan matanya, kemudian mengangguk pelan.

Benarkah?” entah kenapa, Yunho merasakan sebuah kelegaan luar biasa, saat mengetahui hal itu. “Ji-Hee-ya...” Yunho mengangkat dagu Ji-Hee lembut, “Maaf, membuatmu terkejut. Tapi kali ini, aku akan melakukannya dengan cara yang benar.” sebelum otak Ji-Hee mampu mencerna kata-kata Yunho, Ji-Hee kembali membeku, karena menyadari wajah Yunho semakin dekat dengan wajahnya.
Perlahan, hembusan napas Yunho mulai membentur premukaan wajah Ji-Hee. Dengan gugup, Ji-Hee mulai memejamkan matanya. Sejurus kemudian, Ji-Hee mulai merasakan, sesuatu yang lembut, hangat, telah menempel di permukaan bibirnya.
Ji-Hee merasakan sesuatu akan meledak di rongga dadanya, saat menyadari bibir Yunho mulai bergerak dengan lembut, mengelilingi setiap inci permukaan bibirnya. Saat ini, Ji-Hee hanya mampu menikmati semua perlakuan Yunho, tanpa berusaha membalasnya.
Sejurus kemudian, Yunho mulai melepaskan ciumannya. “Apa aku telah melakukannya dengan lembut?” Yunho tersenyum, saat melihat Ji-Hee mengangguk pelan. “Sudah malam, istirahatlah.” dengan cepat, Ji-Hee berusaha keluar dari mobil, namun, Yunho segera meraih lengannya. “Ji-Hee...” Ji-Hee menoleh, keduanya saling bertatapan dalam diam.

Oppa... ada yang ingin kau bicarakan?” Ji-Hee berusaha mengontrol detak jantungnya, saat ini, hal yang paling diinginkan oleh Ji-Hee adalah... segera masuk ke kamarnya, menyembunyikan semua perasaan malunya di balik tumpukan bantal.
Ah... hari minggu, kau ada acara?”
Sepertinya tidak, kenapa?”
Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang.”
Siapa?”
Nanti kau akan tahu.”
Baiklah.” Ji-Hee tersenyum manis. “Oppa, sepertinya aku harus segera masuk.”
Ji-Hee...” Yunho mengecup pucuk kepala Ji-Hee, “Semoga mimpi indah.”
Ji-Hee segera keluar dari mobil Yunho, berlari masuk ke dalam apartmentnya.
Yunho menyandarkan kepalanya di kaca mobil. “Ji-Hee... kenapa kau selalu bisa membuatku... melakukan hal-hal bodoh? Tapi jujur saja, aku tidak menyesal telah menciummu.” Yunho terkekeh pelan.
==============

Someday I'll lay my love on you
Baby I don't wanna lose it now
Just one, nuhboon eengur
unjenga ooree man nan narchuhrum


Ponsel Ji-Hee berdering, dengan cepat dia mengangkat panggilan teleponnya. “Yeoboseyo.”
“Ji-Hee, apa aku mengganggumu?”
“Tidak juga, ada apa Donghae-ssi?”
“Apa hari minggu besok kau ada acara?”
“Minggu? Maaf, aku sudah ada janji.”
“Oh...”
“Memangnya ada apa?”
“Tidak ada apa-apa, kau hanya ingin memintamu menemaniku kesuatu tempat.”
“Ah... aku benar-benar minta maaf.”
“Tidak apa-apa. Well, kau bisa menemaniku lain kali?”
“Ehm... aku tidak bisa berjanji, tapi... akan ku usahakan.”
“Baiklah kalau begitu.” terdengan suara helaan napas Donghae. “Ji-Hee, sepertinya aku harus segera pergi, nanti akan kuhubungi lagi.”
“Oke, sekali lagi aku minta maaf.”
“Tidak usah kau pikirkan. Bye.”
“Bye.”
Ji-Hee menatap ponselnya sejenak, kemudian mengangkat bahunya pelan.
==============

Hari Minggu....


Oppa, sebenarnya kau mau memperkenalkanku pada siapa?” tanya Ji-Hee saat keduanya berjalan menuju sebuah restaurant, yang cukup sepi.
Dia? Sahabat, sekaligus dongsaengku. Well, kau akan tahu nanti.” Yunho melingkarkan tangannya di pinggang Ji-Hee.
Apa... tidak apa-apa kau melakukan ini?”
Kau tenang saja. Percayalah padaku.” Ji-Hee tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
Sepertinya dia sudah datang.” Yunho menunjuk sebuah kursi yang berada di ujung ruangan.
Donghae-ya...” panggil Yunho.
Donghae? Lee Donghae super junior?” bisik Ji-Hee.
Benar sekali.” Yunho semakin mempererat pelukannya di pinggang Ji-Hee. “Kau jangan sampai terpesona olehnya.” bisik Yunho tepat di telinga Ji-Hee.
Mana ada hal seperti itu.” Ji-Hee menjulurkan lidahnya.
Sejurus kemudian, Dongae berdiri, menoleh ke belakang. Detik itu juga matanya langsung membelalak lebar. “Ji-Hee...” gumam Donghae dalam hati. “Bagaimana bisa...” semua pikirannya langsung melayang jauh, saat melihat tangan Yunho yang melingkar di pinggang Ji-Hee. “Jangan bilang...”
Jangan bilang apa?” tanya Yunho yang sudah berada tepat di depan Donghae.
Hyung. Kalian?” Donghae memandang Yunho dan Ji-Hee secara bergantian.
Kau sudah kenal dengannya bukan? Dia Ji-Hee, teman Sung-Young. Juga... yeojachinguku.”

Mwo?” teriakan Donghae membuat Yunho dan Ji-Hee sedikit terlonjak.
Hey! Jangan berteriak seperti itu.”
Maaf.” Dongahe berusaha tersenyum.
Kau sudah memesan makanan?” Donghae menggeleng lemah. “Ji-Hee, masakan di sini sangat lezat.”
Masakan Ji-Hee jauh lebih lezat.” gumam Donghae.
Detik itu juga, Yunho langsung menatap Donghae. “Maksudmu?”
Oh... aku beberapa kali pernah mencicipi masakannya.”
Yunho menoleh pada Ji-Hee. “Benarkah?”
Benar.” Ji-Hee tersenyum manis, “Terakhir kali, kamu makan berempat, bersama Ri-Young dan Sung-Young.”
Donghae-ya... aku sedikit cemburu padamu.” Yunho menghela napas pelan. “Aku saja yang namjachingunya, tidak pernah mencicipi masakannya.”
Ya... oppa... kau kan bisa mencicipinya kapanpun kau mau.”
Benar juga.” Yunho tersenyum, menatap Ji-Hee. “Kalau begitu, pulang dari sini, kita langsung pergi ke apartmentmu, kau mau mencicipi masakanmu.”
Oppa...” Ji-Hee memukul lengan Yunho. “Mana ada hal seperti itu? Bisa-bisa perutmu meletus.” Ji-Hee menjulurkan lidahnya.
Donghae hanya diam, melihat pemandangan yang mulai menyesakkan dadanya. Semua perasaan sedang berkecambuk dalam benaknya.
Saat ini, salah satu sisi hatinya berteriak, menyuruhnya untuk menarik Ji-Hee ke sisinya, tapi... sisi yang lain, menyuruhnya tetap diam, membiarkan dua orang yang paling dicintainya tersenyum penuh kebahagiaan.
Sebisa mungkin, Donghae berusaha menahan diri, meski matanya mulai tidak bisa diajak kompromi.
Aku permisi ke toilet sebentar.” ucap Donghae pada akhirnya.

Kenapa Donghae lama sekali?” gerutu Yunho.
Entahlah...” Ji-Hee mengangkat bahunya pelan.

Break Out Break Out
Kitto namidawa kanashimi jyanakute yume no ashiato
Break Out Break Out
Kimi dakeni shika dekinai kotoga aru believe yourself shinjite


Yunho mengeryitkan dahi, saat melihat nama yang muncul di layar ponselnya.
Donghae?”
Maaf Hyung, aku harus pergi. Teukie hyung menghubungiku, menyuruhku segera kembali ke dorm.”
Sekarang kau ada di mana? Kuantar kau kembali ke dorm.”
Tidak perlu, aku sudah mencari taksi. Sampaikan maafku pada Ji-Hee.”
Apa begitu mendesak? Baiklah. Hati-hati di jalan.”
Yunho menghela napas, sesaat setelah memutuskan sambungan teleponnya.
Kenapa?” tanya Ji-Hee hati-hati.
Donghae ada urusan mendadak, dia menitipkan permintaan maaf untukmu.”
Ji-Hee mengusap punggung Yunho. “Oppa, kalian berdua sama-sama orang sibuk, jadi... kurasa kau bisa memahami posisinya saat ini.”
Kau benar juga.” Yunho menyandarkan kepalanya di bahu Ji-Hee. “Kenapa rasanya begitu tenang, saat berada di dekatmu?”
Ehm... kenapa ya? Aku juga tidak tahu.” celetuk Ji-Hee.
Tepat saat itu, tanpa mereka sadari ada sepasang mata, yang terus mengawasi gerak-gerik keduanya. Sepasang mata yang mulai memerah, dan perlahan, mengeluarkan butiran air mata.
Lee Ji-Hee... kenapa harus Yunho hyung? Kalau seperti ini, apa yang harus kulakukan?”



*** TBC ***

Ehm... jujur aja, beberapa hari ini, aku bener2 gak menikmati bikin My Story, klo ditanya kenapa? Jawabannya aku sendiri juga gak tahu huohoho...
Dan setelah moodku dah balik -sekitar 80%- aku malah bikin neh cerita ini jadi super membosankan, hadeh... (_ _')
Kayaknya aku butuh hiatus lagi dah, ehm... 2-3 tahun gt hehehe... ^^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar