Kamis, 06 Oktober 2011

«» Beautiful Life ® Chapter 3 «»


Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji Hee
                     Jung YunHo as Jung YunHo
                     Lee DongHae as Jung DongHae
Support Cast : Shin Hyun Gi
                           Kang So Hwi
                           LeeTeuk
                           Cho KyuHyun
Genre : Drama-Romance / Straight
Rated : PG-13
Length : Chapter 3 / Of ?
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?) * Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, jika ada kesamaan, Nama(?) *maaf, ini mah sengaja, aku emg pke namkor temen2ku :P* Karakter(?) *mungkin aja kan?* Tempat(?) *ya... siapa tahu?* Peristiwa(?) *ehm... kayaknya kemungkinan kecil dah wkakaka...*
Hey! Siapa suruh kebetulan mirip ma imajinasiku? Nah... lho? *Langsung digorok massa*
Well, happy reading aja dah (^^v)
====================


* Ji-Hee POV *


Bukankah itu pertanyaan bodoh?” ucap Donghae, sambil menghempaskan tubuhnya di sofa terdekat.
Ne?” aku memiringkan kepalaku, benar-benar tidak mengerti apa maksudnya?
Ini rumahku.” ucap Donghae, sambil mengedipkan matanya padaku.
Tunggu dulu! Rumahnya? “Mwo?”
Kenapa reaksimu selalu berlebihan?”
Berlebihan katamu? Yang benar saja!” aku mendengus sebal, dan segera membuang mukaku dengan sebal, malas melihat tampang seorang Donghae.
Hey! Jangan cemberut seperti itu.” bisa kurasakan Kyuhyun mengusap bahuku lembut, “Jangan dengarkan kata-kata Dongahe hyung, dia memang sedikit menyebalkan.” bisik Kyuhyun lirih, tepat di telinga kananku. Well, mau tidak mau aku jadi tersenyum, mendengar perkataannya. Ternyata... di dunia ini, ada orang yang sependapat denganku, Donghae itu memang menyebalkan! Dengan cepat, kusunggingkan sebuah senyuman pada Kyuhyun, sambil mengenggukkan kepala pelan.



Cho Kyuhyun! Singkirkan tanganmu dari tubuhnya!” aku sedikit tersentak, saat mendengar nada penuh tekanan, seolah berusaha mengintimidasi dari seorang Donghae, dan saat aku menoleh padanya, kulihat Donghae sedang berdiri, sambil berkacak pinggang.
Kenapa? Aku kan hanya berusaha menenangkannya.” Kyuhyun mengerlingkan sebelah matanya padaku. Apa maksudnya?
Kubilang Singkirkan! Sekarang juga!”
Aish... iya-iya...” Kyuhyun mengangkat kedua tangannya. “Puas?” bisa kudengar Kyuhyun mendengus kesal.
Dan kau!” eh? Sejak kapan Donghae ada di sampingku? “Sebisa mungkin, menjauhlah darinya.” Donghae menunjuk ke arah Kyuhyun. “Dia itu sangat berbahaya.”
Hyung!” protes Kyuhyun.
Jangan pernah tertipu oleh wajah polosnya.”
Detik itu juga, aku mengerutkan dahiku, menatap Kyuhyun yang sedang mengembungkan pipinya. Kalau dipikir-pikir... wajahnya memang terlihat sangat polos. Kenapa aku baru menyadarinya?
Ngomong-ngomong, kenapa kau ada di sini?”
Aku mengerjapkan mata beberapa kali, kutatap wajah Donghae dalam diam. Benar juga, aish... kenapa aku bisa melupakan masalah sepenting ini? Babo! Tunggu dulu, ini rumah Donghae? Tapi Kyuhyun juga tinggal di sini? Jangan-jangan... dengan cepat aku menatap dua orang namja yang saat ini ada di hadapanku. Mungkinkah... salah satu dari mereka...
Ji-Hee... kau baik-baik saja?” suara Kyuhyun telah membuyarkan lamunanku.
Aku? Baik-baik saja? Dengan semua hal yang kualami dalam hidupku?
Hey! Ji-Hee, katakan sesuatu!” bisa kurasakan, Donghae menguncang tubuhku pelan. “Jangan membuatku takut.”
Entahlah...” kugelengkan kepalaku pelan.
==============


* Author POV *



Hey! Ji-Hee, katakan sesuatu!” Donghae menguncang tubuh Ji-Hee pelan. “Jangan membuatku takut.”
Entahlah...” gumam Ji-Hee lirih, sambil menggeleng pelan.
Jawaban macam apa itu?” Donghae mendengus kesal.
Berbagai pertanyaan masih berkelebat di benak Ji-Hee, saat ini, dia berusaha menyusun kata-katanya.
Tuan muda Dongahe, ada telepon untuk anda.” ucap seorang yeoja -pengurus rumah-, tepat saat Ji-Hee mulai membuka suaranya.
Bilang aku sedang sibuk.”
Tapi tuan, ini dari halmoni anda.”
Donghae mengerutkan dahinya, kemudian menatap Kyuhyun. “Kau saja yang terima teleponnya.”
Kenapa harus aku?” protes Kyuhyun.
Bicara denganmu atau denganku sama saja bukan?”
Aish! Kau selalu saja seenaknya sendiri.” gerutu Kyuhyun, kemudian mulai beranjak pergi.
Maaf tuan muda, tapi... nyonya besar ingin bicara dengan tuan muda Donghae.”
Seketika, Kyuhyun tersenyum lebar. “See?” Kyuhyun menaik-turunkan alisnya.
Donghae mulai jengah, menerima sorotan mata yang terkesan menuntutnya untuk segera pergi. “Aish! Iya-iya aku akan menerima teleponnya.” Donghae mengerucutkan bibirnya. “Ji-Hee, kau tunggu sebentar, aku akan segera kembali.” ucapnya dengan penuh kelembutan.
Jiaaa... jangan bermesraan di depanku.” ledek Kyuhyun.
Diam kau, Cho Kyuhyun.” tukas Donghae, sesaat sebelum meinggalkan ruang tengah, meninggalkan Kyuhyun dan Ji-Hee.


Sepertinya Donghae hyung benar-benar menyukaimu.”
Ne?”
Kalian berdua sedang pacaran bukan?”
Aniyo...” Ji-Hee mengibas-ngibaskan tangannya.
Sudahlah, kau tidak perlu malu-malu seperti itu, calon kakak ipar.” Kyuhyun terkekeh pelan.
Mwo? Apa maksudmu?” saat ini, wajah Ji-Hee semakin terlihat bodoh.
Ayo, kuajak kau ke tempat favorite hyung, di rumah ini.” tanpa menunggu jawaban dari Ji-Hee, Kyuhyun telah menarik lengan Ji-Hee, pergi ke suatu tempat. Otak Ji-Hee benar-benar telah membeku, terlalu binggung dengan semua keadaan di sekitarnya, hingga membuatnya kesulitan melakukan protes.


Sebisa mungkin, menjauhlah darinya. Dia itu sangat berbahaya.”


Entah kenapa, kata-kata Donghae, tiba-tiba tergiang di telinganya. Ji-Hee menggelengkan kepalanya, mencoba menepis semua pikiran buruk, untuk sesaat, dia terpaku pada punggung Kyuhyun, tanpa dia sadari, sebuah senyuman tersungging di sudut bibirnya.
==============


Di sisi lain...



Ckelekkk...
Aku pulang.” ucap seorang yeoja, begitu memasuki sebuah rumah. “Sepi sekali?” gumam yeoja itu.
Dengan langkah gontai, yeoja itu berjalan menuju dapur, dengan tujuan menghilangkan rasa dahaganya. Sejenak, pandangan matanya terpaku pada secarik kertas yang tertempel di kulkas.




To : Hyun-Gi...


Umma dan appa, ada urusan mendadak, kami harus pergi ke Gwangju.
Karena ada sedikit masalah dengan cabang perusaan di sana, kemungkinan besar, umma dan appa akan berada di sana selama seminggu.
Jangan protes karena kami tidak bicara langsung padamu.
Salahkan dirimu sendiri, kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi.
Jaga diri baik-baik.
Satu lagi, berlakulah sopan pada Leeteuk, dia jauh lebih tua darimu.


Saranghae...=)




Hyun-Gi mendesah pelan, sesaat setelah membaca tulisan tangan ummanya.
Cih! Apa hebatnya lebih tua 4 tahun dariku?” Hyun-Gi mendengus kesal. “Tenang Hyun-Gi.” gumamnya, kemudian membuka kulkas, mengambil sebotol orange juice. “Semua akan baik-baik saja, hanya seminggu.” Hyun-Gi mulai meneguk minumannya. “Anggap saja dia tidak ada di rumah ini. Bereskan!”
Sejurus kemudian, Hyun-Gi menelusuri anak tangga, berjalan menuju kamarnya.


Ckelekkk...
Huaaaa...” Hyun-Gi berteriak kencang, sambil memengang dadanya. “Hya! Apa yang kau lakukan di kamarku?” dengan cepat, Hyun-Gi melemparkan tas yang ada di tangannya ke arah seorang namja, yang sedang duduk manis(?) di atas tempat tidur Hyun-Gi.
Hanya sedang menunggumu.” ucap namja itu lembut, disertai senyuman mautnya(?).
Leeteuk-ssi, ada banyak ruangan di rumah ini. Kenapa harus menungguku di sini?” Hyun-Gi mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi.
Sekalian aku mau meminjam kamus.” Leeteuk menunjukkan sebuah kamus di tangannya. “Ngomong-ngomong, kenapa kau baru pulang?”
Bukan urusanmu.” tukas Hyun-Gi tajam, dan Leeteuk, hanya mengangkat bahunya pelan. “Hya! Kenapa masih ada di sini? Cepat keluar!”
Leeteuk berdiri dari duduknya, pandangannya lurus menatap Hyun-Gi, sambil tersenyum lembut. Perlahan, dia berjalan ke arah Hyun-Gi.
Hyun-Gi mengerjapkan mata beberapa kali, secara refleks dia mundur beberapa langkah ke belakang.
A... apa maumu?” suara Hyun-Gi terdengar sedikit gugup.
Sontak Leeteuk menghentikan langkahnya. “Mauku? Bukankah kau menyuruhku keluar dari sini?” Leeteuk tersenyum simpul. “Jangan berpikir yang tidak-tidak, pintunya ada di belakangmu.” Leeteuk mengacak rambut Hyun-Gi lembut, dan berjalan keluar dari kamar itu.
Cih! Sok keren!” cibir Hyun-Gi. Sejurus kemudian Hyun-Gi memejamkan kedua matanya. “Aish! Babo! Kenapa aku bisa berfikir yang tidak-tidak? Stay cool Hyun-Gi... stay cool.” dengan cepat Hyun-Gi masuk ke dalam kamar mandi, berusana merilekskan pikirannya.
--------------


Begitu keluar dari kamar mandi, Hyun-Gi mencium aroma masakan yang menggugah selera, dan tentu saja membuat perutnya mulai meronta-ronta. Dengan cepat dia berlari, menuruni anak tangga, menuju dapur.
Wow... kau yang memasak semua ini?” ujar Hyun-Gi, yang sudah berdiri tepat di samping Leeteuk.
Tentu saja bukan. Aku hanya menghangatkan masakan yang dibuat adjumma.”
Sudah kuduga.”
Hey! Jangan gunakan nada seperti itu.”
Nada seperti apa?”
Rasanya kau seperti... mengolokku.”
Baguslah kalau kau sadar.” ucap Hyun-Gi acuh, dan mulai memindahkan makanan ke atas meja makan. Untuk beberpa saat, Leeteuk menatap Hyun-Gi, kemudian menghela napas pelan.


Keduanya mulai memakan semua hidangan yang tersaji, dalam diam. Sesekali Leeteuk melirik Hyun-Gi, mencoba untuk memulai percakapan, dengan yeoja yang saat ini ada di hadapannya itu, namun sayang, Hyun-Gi seolah mengangap Leeteuk adalah makhluk transparant, dan beberapa kali tidak menghiraukan ucapan Leeteuk.
Shin Hyun-Gi, bisa kita bicara dari hati ke hati?”
Dari hati ke hati? Apaan itu?” ucap Hyun-Gi dengan nada mencemooh.
Leeteuk menghela napas pelan. “Well, selama satu minggu kedepan, hanya ada kita berdua di rumah ini.” Hyun-Gi memutar bola matanya. “Aku tidak tahu, kenapa kau begitu tidak menyukaiku...”
“Kau benar-benar tidak tahu?” Leeteuk mengerutkan dahinya, “Kau, orang paling menyebalkan di muka bumi ini. Leeteuk-ssi.”

Memangnya apa salahku?” Leeteuk menatap Hyun-Gi lekat-lekat.
Haruskah kupaparkan dengan lebih jelas?”
Leeteuk mengangguk pelan. “Setidaknya... dengan begitu aku tahu, di mana letak kesalahanku.”
Hyun-Gi menghirup udara dalam-dalam. “Kau, dengan seenaknya memelukku di awal pertemuan kita.”
Hyun-Gi, aku hanya menolongmu, kau hampir saja di tabrak oleh orang.”
Hyun-Gi memutar bola matanya. “Kau mengintipku saat sedang ganti baju.”
Sudah kubilang, aku salah masuk kamar, adjumma hanya bilang kamarku di lantai dua. Lagipula itu bukan sepenuhnya salahku, kenapa kau tidak mengunci pintu saat sedang ganti baju.”


Kau melihatnya?”
Ehm... tidak.”
Kutanya sekali lagi, kau melihatnya?” Hyun-Gi memincingkan matanya.
Iya aku melihatnya, sedikit.” Leeteuk tersenyum tanpa dosa.
Brakkk...
Hyun-Gi mengebrak meja, matanya membelalak lebar. “Kau bilang tidak melihatnya.” Hyun-Gi menunjuk-nunjuk Leeteuk menggunakan sumpit di tangannya. “Dasar pembohong!”
Aish! Mana mungkin aku mengatakan di depan adjumma dan adjushi. Saat itu... aku juga memikirkan perasaanmu.”
Dan sekarang kau sudah tidak memikirkan perasaanku? Begitu? Hya! Harusnya kau tidak mengatakan kalau... sudah melihatnya.”
Aish! Bukankah kau marah karena aku tidak jujur? Kenapa sekarang kau menyuruhku untuk berbohong?”
Hyun-Gi mengerucutkan bibirnya, “Aku tidak mau bicara denganmu.”
Hey! Ayolah! Aku kan sudah berkata jujur padamu.” Leeteuk tersenyum manis.
Aku sudah selesai.” ucap Hyun-Gi dingin, kemudian beranjak pergi.
Dengan cepat, Leeteuk menarik lengan Hyun-Gi. “Setidaknya, bersikaplah sedikit bersahabat padaku.” Leeteuk tersenyum lembut, sejurus kemudian dia mengusap sudut bibir Hyun-Gi dengan jempol tangannya. “Ada nasi yang menempel.” ucap Leeteuk lembut, saat melihat Hyun-Gi membelalakkan matanya lebar.
Leeteuk meninggalkan Hyun-Gi, yang dalam keadaan mati suri(?), saat ini nyawanya tercecer(?), memberontak keluar dari dalam tubuhnya(?).
==============


Di Lain Tempat...




Saat ini, Kyuhyun dan Ji-Hee berada di sebuah taman kecil, di belakang rumah.
Ji-Hee hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mata, saat melihat taman kecil itu.
Sebuah taman yang dipenuhi oleh bunga lili putih, yang secara kebetulan merupakan bunga favorite Ji-Hee.
Kyuhyun menarik lengan Ji-Hee, berjalan mendekati sebuah kursi panjang, di bawah sebuh pohon yang cukup rindang.
Bagaimana? Ini tempat favorite Donghae hyung.”
Ji-Hee tersenyum manis. “Sangat indah.” ucapnya lirih, sambil terus mengagumi pemandangan yang ada di sekitarnya.
Ah... pantas hyung menyukaimu.” Ji-Hee menoleh ke arah Kyuhyun, “Saat kau tersenyum, kau cukup manis, tanpa wajah bodohmu itu.” Kyuhyun tertawa lepas.
Hey!” protes Ji-Hee.
Maaf-maaf.”
Tunggu dulu, aku masih bingung dengan banyak hal di sini.” Ji-Hee menatap Kyuhyun lekat-lekat. “Bukankah Donghae... sepertinya tidak menyukaimu? Tapi... ternyata kalian saudara? Bisa kau jelaskan padaku?”
Dengan senang hati, nona manis.” Kyuhyun mengusap rambut Ji-Hee lembut.


Kyuhyun menengadah, menatap langit yang di penuhi bintang-bintang.
Kau lihat bintang-bintang itu?” Kyuhyun menunjuk ke arah langit. “Dua diantaranya adalah orang tuaku.” sontan Ji-Hee langsung mentap wajah Kyuhyun.
Maaf...” bisik Ji-Hee lirih.
Kyuhyun tersenyum lembut. “Dua tahun yang lalu, sebuah kecelakaan telah merengut nyawa mereka. Dan akhirnya, aku dan kedua saudaraku tinggal di sini. Jung adjushi adalah adik dari umma, itu artinya aku adalah sepupu Donghae.” Kyuhyun menatap wajah Ji-Hee, “Soal hubunganku dengan Donghae hyung, sebenarnya... tidak ada maslah di antara kami. Well, aku hanya sedikit mengerjainya.” Kyuhyun terkekeh pelan.
Maksudmu?”
Kau ingat pertandingan basket sebulan yang lalu? Saat kita pertama kali bertemu.” Ji-Hee mengangguk pelan. “Sehari sebelum pertandingan, aku menemukan sebuah foto seorang yeoja di kamar Donghae hyung.” Kyuhyun melirik Ji-Hee, mencoba mengamati ekspresi yeoja di sampingnya itu. “Saat kutanya itu foto siapa, hyung tidak mengaku, maka dari itu... selama pertandingan, aku berusaha mencari perhatian yeoja itu. Setidaknya aku ingin mengetahui reaksi Donghae hyung. Ternyata benar dugaanku, yeoja itu sangat special baginya.” Ji-Hee mengangguk pelan.


Tiba-tiba Kyuhyun menoleh pada Ji-Hee, membuat yeoja itu terkesiap. “Kau ingin tahu siapa yeoja yang kumaksud? Penasaran? Mau kuberitahu?”
Ji-Hee mengeryitkan dahi. “Tidak, terima kasih.”
Hey! Kenapa reaksimu datar sekali? Kau tidak merasa cemburu?”
Kenapa harus cemburu?”
Bukankah kau yeojachingu Donghae hyung?”
Bukan.”
Eh? Tapi... hyung bilang.”
Itu hanya keputusan sepihak.” Ji-Hee menghela napas pelan. “Aku sudah mencoba menjelaskan padanya, tapi sia-sia, dia tidak pernah mendengar semua kata-kataku.”
Menjelaskan apa?”
Aku sudah memiliki 'tunangan'.” Kyuhyun membelalakkan matanya lebar.
Mwo? Kau? Siapa 'tunanganmu'?”
Ji-Hee menggelang pelan, “Itulah sebabnya aku ada di sini.”
Aku tidak mengerti.”
Hari ini, aku akan bertemu dengannya. Aku sendiri juga bingung, kenapa rumah tunanganku ada di sini. Kyuhyun, kau tidak pernah mendengar masalah ini?” Kyuhyun menggelangkan kepalanya pelan. “Kira-kira, di rumah ini ada berapa orang yang mungkin bisa jadi 'tunanganku'?” tanya Ji-Hee dengan perasaan gugup.


Kyuhyun sedikit menerawang. “Tidak ada yang tahu masalah ini, tapi... menurutku, kemungkinan besar ini adalah rencana halmoni. Jadi... siapapun memiliki peluang untuk menjadi 'tunanganmu', bisa hyungku, Dongahe hyung, atau mungkin... aku.”
Ji-Hee mendesah pelan, menundukkan kepalanya, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Melihat keadaan Ji-Hee, tanpa sadar, Kyuhyun menarik Ji-Hee dalam dekapannya.
Kau tenang saja, kurasa... Donghae hyung mempunyai peluang lebih besar.”
Kenapa sepertinya kau berharap tunanganku adalah Donghae?” gerutu Ji-Hee.
Karena aku tahu, kau adalah orang special bagi hyungku yang satu itu.” Ji-Hee mendongak, menatap wajah Kyuhyun. “Foto yang kutemukan di kamar Donghae hyung, adalah fotomu.”
Mwo?” Ji-Hee membelalak lebar. “Kau bercanda.”
Untuk apa aku bercanda? Pada calon kakak iparku sendiri.”
Hey! Bagaimana kalau ternyata 'tunanganku' adalah dirimu.”
Saat itu juga, akan kuserahkan kau pada Donghae hyung.”
(==') “Hei-hei! Aku ini bukan barang.” protes Ji-Hee.
Kyuhyun tertawa lepas, “Kau memang buka barang, tapi... sepertinya kau cukup istimewa. Kau harus tahu satu hal, halmoni adalah orang yang sangat selektif. Ehm... apa kau pernah bertemu dengannya?”
Ji-Hee menggelang. “Aku bahkan hanya mengenal kau, dan Donghae.”
Kyuhyun menatap Ji-Hee, dengan pandangan yang sulit di artikan.


Hya! Kyuhyun! Kenapa kau memeluknya?” dengan cepat, Dongahe menarik lengan Ji-Hee.
Kau baik-baik saja? Apa dia mengganggumu?”
Hyung, aku bisa mendengar ucapanmu.” protes Kyuhyun.
Ji-Hee tersenyum manis. “Aku baik-baik saja, lagipula... Kyuhyun bersikap sangat baik padaku.”
Benarkah?” tanya Donghae dengan nada lembutnya.
Kyuhyun hanya bisa memutar bola matanya. “Eh, hyung, ada apa halmoni menelepon?”
Entahlah, halmoni hanya bilang, hari ini aku akan bertemu dengan orang special, aku harus bersikap baik padanya.”
Benarkah?” Kyuhyun mulai tertarik.
Apa halmoni menanyakanku?”
Ah... halmoni menyuruhmu menjemputnya, kita akan makan malam bersama.”
Kenapa bukan kau saja yang menjemput? Lagipula, biasanya halmoni datang ke sini bersama supir bukan?”
Entahlah, aku di suruh menunggu tamu specialnya.”
Kyuhyun memincingkan mata. “Aneh sekali.”
Jangan-jangan...” kata-kata Kyuhyun mengantung, kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Ji-Hee. “Ah... sebaiknya aku menjemputnya sekarang.”
Iya. Cepat sana pergi.” Donghae mengibas-ngibaskan tangannya di udara, dan Kyuhyun, hanya bisa mendengus kesal.


Donghae dan Ji-Hee, sama-sama menatap punggung Kyuhyun yang mulai menjauh. Sejurus kemudian, Donghae mengalihkan pandangan, menatap kedua bola mata Ji-Hee.
Ah... aku hampir lupa,” Donghae menepuk dahinya pelan, kemudian memegang bahu Ji-Hee, dan mendekatkan wajahnya ke telinga Ji-Hee. “S aengil chukha hamnida...” bisiknya lirih, Ji-Hee terkesiap, mendengar ucapan selamat dari mulut Donghae. “Ji-Hee-ya... tutup matamu.”
Entah dorongan dari mana, Ji-Hee menuruti kata-kata Donghae begitu saja. “Sekarang buka matamu.” Donghae menyodorkan sebuah kotak kecil ke arah Ji-Hee, “Bukalah.”
Ji-Hee hanya bisa menatap wajah Donghae, saat mengetahui isi kotak kecil itu. Sebuah gelang perak, dengan hiasan bunga lili kecil.
Terima kasih.” ucap Ji-Hee, dengan senyuman manisnya.
Kau suka bunga lili bukan?” tanya Donghae, sambil memakaikan gelang itu di pergelangan tangan Ji-Hee.
Bagaimana kau tahu?”
Donghae tersenyum lembut. “Itu rahasia.” dengan cepat, Donghae mengecup pucuk kepala Ji-Hee.
Untuk sesaat, jantung Ji-Hee seolah berhenti berdetak, tubuhnya terasa lemas, ada sebuah luapan kebahagiaan yang muncul dari dalam hatinya.
Ya Tuhan... perasaan apa ini? Kenapa aku jadi berdebar-debar? Apa karena dia terlalu baik padaku? Ehm... bolehkan aku mengucapkan sebuah permohonan? Kuharap, Jung Donghae adalah... tunanganku.” ucapnya dalam hati.
Ah... aku masih ada sesuatu untukmu. Tunggu di sini sebentar.” Donghae berlalu dari hadapan Ji-Hee.

Ji-Hee tersenyum, saat melihat gelang di pergelangan tangannya.
Sejurus kemudian, Ji-Hee mengedarkan pandangannya ke taman kecil itu, perlahan, dia berjalan ke satu sisi taman, melihat dengan lebih jelas, bunga-bunga favoritenya itu.
Sejenak, Ji-Hee terpaku di tempatnya, saat ini, dia melihat dengan jelas silues seorang namja yang berjalan di koridor lantai dua.
Ji-Hee mundur beberapa langkah, untuk memperjelas penglihatannya. Sebuah senyuman tersungging di bibir Ji-Hee, saat dia bisa melihat dengan jelas wajah dari namja itu. Seorang namja berpakaian rapi, dengan wajah yang tidak kalah tampan dari Donghae maupun Kyuhyun, sorot matanya tajam, terlihat lebih berwibawah, dan entah bagaimana caranya, seorang Ji-Hee tidak bisa melepaskan pandangan dari namja itu.
Mungkin terkesan plin-plan, karena beberapa menit yang lalu Ji-Hee berharap Donghaelah 'tunangan' baginya, namun, tidak bisa dipungkiri, sosok namja yang dilihatnya saat ini, memiliki kesan tersendiri bagi seorang Ji-Hee.
Maaf, kau menunggu lama.” suara Donghae yang tersengal-sengal membuyarkan segala lamunan Ji-Hee. “Ji-Hee ulurkan tanganmu.”
Eh?” meskipun Ji-Hee merasa bingung, namun tanpa ragu-ragu dia mengulurkan tangannya.
Sebuah gantungan ponsel, lagi-lagi dengan bentuk bunga lili kecil, saat ini ada di atas telapak tangan Ji-Hee.
Kau suka? Bisa dibilang ini sepasang, karena aku juga memakai gantungan ponsel yang sama.” Donghae terkekeh pelan.
Terima kasih.” Ji-Hee menggigit bibir bawahnya.

Tuan muda, nona Lee, kalian berdua sudah di tunggu di ruang makan.” pengurus Kim tersenyum lembut.
Halmoni sudah datang?”
Sudah, tuan muda, kira-kira sekitar 10 menit yang lalu.”
Pengurus Kim, apa kau tahu sebenarnya ada acara apa hari ini?”
Untuk sesaat, pengurus Kim memandang Ji-Hee, kemudian tersenyum lembut.
Yang saya tahu, hari ini ulang tahun nona Lee, benar begitu?”
Donghae mengerutkan dahinya, “Kalau itu aku sudah tahu, tapi... apa hubungannya?” untuk kali ini, Donghae merasa dirinya mulai tertular virus kebodohan dari seorang Ji-Hee.
Sebentar lagi, tuan muda akan tahu jawabannya.” pengurus Kim tersenyum, kemudian membungkukkan badan, dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Donghae menatap Ji-Hee dalam. “Jangan tanya padaku.” Ji-Hee tersenyum hambar. “Karena aku sendiri tidak tahu jawabannya.” batin Ji-Hee.
--------------

Acara Makan Malam...


Saat ini, keluarga Jung dan Lee, telah berkumpul di ruang makan.
Jung Halmoni duduk di kursi paling ujung, yang merupakan kursi utama. Di sisi kanannya, telah duduk seorang namja tampan, yang tadi sempat dilihat oleh Ji-Hee. Di sebelah namja itu, secara berurutan, di tempati oleh Donghae dan Kyuhyun. Sedangkan di sisi kiri kursi utama, telah duduk Ji-Hee, secara tidak langsung tepat berada di depan namja tampan itu. Dan di sebelah Ji-Hee, secara berurutan telah di tempati oleh tuan dan nyonya Lee.

Ji-Hee-ya... akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi.” ucap Jung halmoni dengan penuh semangat.
Lagi? Maaf, tapi... apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Ji-Hee dengan perasaan bingung.
Ah... benar, kita tidak pernah bertemu secara langsung.” Jung halmoni terkekeh pelan. Ji-Hee hanya bisa tersenyum simpul, menanggapi kata-katanya. “Setidaknya sekarang aku bisa melihatmu lagi.” batin Jung halmoni.
Ji-Hee, bukankah hari ini adalah ulang tahunmu?” Ji-Hee mengangguk pelan. “Selamat ulang tahun sayang...” Jung halmoni mengecup pipi kanan Ji-Hee.
Terima kasih.” ucap Ji-Hee, yang tidak bisa menutupi, semburat merah yang muncul di kedua pipinya.
Baiklah, sekarang kita sudah berkumpul, sayang dua cucuku tidak bisa hadir.” Jung halmoni menghela napas pelan. “Ji-Hee, kau sudah mengenal mereka semua?”
Ji-Hee tersenyum manis. “Donghae teman satu kelasku, dan Kyuhyun, kami juga telah saling mengenal.” ucap Ji-Hee dengan sopan.
Benarkah?” tuan Lee terkesiap, mendengar penuturan Ji-Hee.
Ne, appa.”

Baguslah kalau kau sudah mengenal mereka. Karena sebantar lagi, kau akan jadi bagian dari keluarga ini.” Ji-Hee melirik Kyuhyun sejenak, dan dibalas dengan sebuah kerlingan mata. Sedangkan Donghae, dia hanya bisa mengerutkan dahi, merasa jadi orang paling bodoh di ruangan itu. “Ah...” Jung halmoni menepuk tangannya. “Ji-Hee... kau belum mengenal putraku? Dia putraku satu-satunya, sebenarnya bukan anak tunggal, tapi sayangnya... putriku telah pergi mendahuluiku, untuk menyusul appanya. Jadi ya... sekarang dia menjadi anakku satu-satunya.”
Umma... kau mau merusak suasana makan malam ini?”
Aish! Kau terlalu sensitif.” Jung halmoni kembali menatap Ji-Hee. “Dia ini appanya Donghae. Ehm... kau tahukan umma Donghae sudah meninggal sejak 10 tahun yang lalu? Jadi, bisa dibilang dia ini... duda keren.” terdengar suara tawa dari semua orang, saat mendengar kata-kata Jung halmoni, yang terkesan melucu.
Appa, kau? Duda keren?” Donghae tertawa lepas.
Tapi adjushi memang masih terlihat tampan. Aku saja kalah.” gerutu Kyuhyun.
“Kalian berdua, diam.” Jung halmoni meletakkan telunjuknya di depan mulutnya sendiri.
Ne, halmoni.” ucap Donghae dan Kyuhyun serempak, berusaha menahan tawa.
Ji-Hee ya... Umurnya masih 37 tahun, tidak terlalu tua bukan?” Ji-Hee hanya bisa tersenyum manis. “Namanya Jung Yunho, dialah tunanganmu, Ji-Hee-ya...”
Senyuman di bibir Ji-Hee langsung memudar, dengan cepat dia membelalakkan matanya lebar. “M...mwo?”



*** TBC ***


Wkakaka...
Sadar gak? Beautiful life selalu berakhir dengan kata “Mwo?” tapi aku demen Buahahaha... #Plakkk....
Mianhe... neh ff dah molor pek 2 minggu *senyum gaje*
Buat reader yg dr kmrn2 nebak tunangan Ji-Hee itu... Yunho, iyup anda benar *applause* 100 jempol buat kalian semua. Tapi sayang... ini bukan persaingan dua saudara untuk berebut yeoja *senyum paling licik* lebih seru klo persaingan antara anak ma appanya Wkakaka... #Plakkk...
Well, perasaan dari awal dah tak kasih clue dah *nunjuk2 marganya Hae* =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar