Senin, 24 Oktober 2011

«» Runaway ® {1/2} «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji-Hee
                     Lee DongHae
Support Cast : Shin Hyun-Gi
                           Park JungSoo
                           Choi SiWon
Genre : Fantasy-Comedy-Romance / Straight
Rated : PG-15
Length : TwoShoot {1/2}
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
Karena ini hanya karangan fiktif belaka, so... suka-suka aku dong... mau tak bikin kayak gimana! Wkakaka... #Plakkk... *Langsung ditabok rame-rame*
=================


* Author POV *

Embun pagi masih menempel di dedaunan, suara kicau burung telah menjadi simfoni indah, yang menandakan sang surya tengah beranjak dari peraduannya.
Perlahan, sinar mentari yang tersenyum hangat, menerobos masuk ke dalam sebuah puri melalui sebuah jendela yang setengah terbuka.
“Ehmmm...” suara seorang yeoja yang tengah mengeliat, di balik selimut tebalnya.
Perlahan, yeoja dengan paras cantik itu turun dari tempat tidurnya, berjalan menuju jendela, kemudian membukanya lebar-lebar. Angin langsung berhembus kencang, menerpa wajah yeoja itu, dan memainkan beberapa helai rambutnya yang memang tergerai bebas. Yeoja itu menghirup udara dalam-dalam, sejurus kemudian sebuah senyuman tersungging di bibirnya, membuat wajah yeoja itu terlihat lebih sempurna.


Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara ketukan pelan, yeoja itu langsung membalikkan tubuhnya.
“Siapa?”
“Ini saya Shin Hyun-Gi...” yeoja itu kembali menyunggingkan senyumannya, dengan berlari kecil yeoja itu menjangkau pintu kamarnya.
Ckelekkk...
“Tuan putri... hari ini anda...”
“Hey! Sudah kubilang jangan bicara terlalu formal padaku.” yeoja yang di panggil tuan putri itu mengerucutkan bibirnya.
“Tapi...”
“Ini perintah!”

Hyun-Gi menghela napas pelan. “Baik-baik Ji-Hee-ya...” mendengar namanya di panggil, Ji-Hee langsung menyunggingkan senyumannya. “Kau ini putri kerajaan Aster, tapi...” Hyun-Gi menggelengkan kepalanya.
“Apa?” Ji-Hee menaikkan dagunya.
“Mana ada seorang putri yang bersikap sepertimu pada pelayannya?”
“Aish! Tidak ada hubungannya, lagipula... dari kecil kita ini tumbuh bersama, ingat itu.”
“Aku ingat, dulu aku pernah di hukum appa, karena membuatmu jatuh terjebab di lumpur.” Hyun-Gi terkekeh pelan.
“Cih! Shin adjushi saja yang terlalu berlebihan.” Ji-Hee merenggangkan anggota tubuhnya. “Aku mau mandi dulu.”
“Mau ku bantu? Tuan putri?”
“Boleh juga. Kalau kau ingin mati di tanganku.” detik itu juga terdengar suara tawa yang menggelegar, dari mulut Hyun-Gi.

Itulah sekelumit adegan yang selalu mewarnai kehidupan Ji-Hee, seorang putri kerajaan yang baik hati, anggun, cerdas, penuh rasa percaya diri, dan... sedikit ceroboh. Mungkin karena itulah, tanpa pernah bertatap muka, seluruh penduduk mengagumi dan mencintai sosok putri Aster.
Benar, hanya sebagian kecil penduduk kerajaan yang dapat mengenali wajah putri Ji-Hee, dan ini semua karena sebuah tradisi kerajaan yang cukup unik, di mana putri kerjaan tidak pernah diperkenalkan kepada seluruh rakyat secara langsung, sebelum memiliki seorang pendamping.

“Hyun-Gi, apa yang harus kukerjakan hari ini?” tanya Ji-Hee sesaat sebelum dia meninggalkan puri kecilnya.
“Hari ini...” Hyun-Gi sibuk membolak-balik sebuah agenda di tangannya. “Kau harus menghadiri sebuah jamuan makan, pagi ini.”
“Pagi ini? Dengan?” Ji-Hee menaikkan sebelah alisnya.
“Ah... iya, pagi ini Raja akan kedatangan tamu penting, dari kerajaan Azalea.” Hyun-Gi mengerlikan sebelah matanya.
“Seberapa penting?” Ji-Hee mulai mencium gelagat mencurigakan dari pelayan sekaligus sahabatnya itu.
“Sebenarnya tidak terlalu penting, hanya saja...” Hyun-Gi tersenyum jahil.
“Apa?”
“Kudengar ada sebuah rencana pengabungan kedua kerajaan.”
“Oh... jangan lagi.” Ji-Hee menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Kenapa? Ji-Hee-ya... kau sudah 22 tahun, tidak ada salahnya kau punya pendamping bukan?”
“Tidak salah, tapi...”
“Masih ingin mencari pendamping hidupmu sendiri?” Ji-Hee mengangguk pelan.

Hyun-Gi menatap Ji-Hee dengan pandangan yang sulit diartikan. Merasa iba? Tentu saja, tapi... siapapun tahu, bagaimanapun juga status seorang putri yang di sandang oleh Ji-Hee, membuatnya tidak bisa bergerak dengan bebas.
Hyun-Gi menepuk bahu Ji-Hee pelan. “Siang ini... ada jadwal investigasi.”
Mendengar kata investigasi, Ji-Hee langsung membulatkan matanya, sebuah gairah muncul dan meluap-luap diseluruh bagian tubuhnya.
“Investigasi?” tanya Ji-Hee dengan mata yang berbinar-binar.
“Benar, tuan putri.”
“Aku sudah tidak sabar menunggu siang hari.” Ji-Hee merentangkan tangannya.
Hyun-Gi terkekeh pelan melihat tingkah pola putri kerajaan Aster itu. “Setidaknya... wajahnya bisa kembali ceria.” bisiknya dalam hati.
========

* Ji-Hee POV *
Aku duduk di kursi meja makan, semua hidangan telah tersaji dengan sempurna di hadapanku.
“Ji-Hee...” mendengar suara berat di belakangku, aku langsung berdiri, dan membungkukkan badan, sebuah etika sopan santun yang harus selalu kulakukan.
“Yang mulia Raja.”
“Sudah berapa lama aku tidak melihat wajahmu?”
“Yang mulia, anda terlalu berlebihan, hanya dua hari saya tidak berkunjung ke kediaman anda.” bingung kenapa aku bicara sangat sopan pada appaku sendiri? Err... appaku seorang Raja, ingat itu.
Kulihat appaku menganggukkan kepalanya pelan. “Aku harus membiasakan diri.”
“Maksud... yang mulia?”
“Mungkin saja... sebentar lagi kau tidak akan bisa berkunjung ke kediamanku setiap hari.”
“Oh... yang mulia... kumohon...”
“Ji-Hee-ya... sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?”
“Tapi...”
“Kali ini appa tidak ingin mendengar sebuah penolakan. Ini sudah keempat kalinya.” bisa kurasakan tangan appa yang menggusap punggung tanganku. “Ji-Hee-ya... sudah saatnya kau menunjukkan dirimu pada seluruh rakyat yang mencintaimu.”
“Tapi tidak dengan cara seperti ini.” ucapku, mencoba memasang wajah memelas. “Lagipula... aku masih punya oppa. Yang mulai, bukankah pernikahan putra mahkota jauh lebih penting?”

“Yang mulia... perdana mentri kerajaan Azalea...” ucap Kim adjushi -orang yang... bisa dibilang tangan kanan appa- dan secara tidak langsung telah memotong perdebatan kecilku dengan appa.
Dengan cepat aku dan appa berdiri, menyambut perdana mentri kerajaan Azalea, yang baru memasuki ruang makan.
“Selamat datang di kerajaan Aster.” ujar appa dengan nada ramahnya.
“Terima kasih yang mulia...” kulihat perdana mentri itu membungkukkan badannya. “Ah... anda pasti putri Ji-Hee...” sekali lagi dia membungkukkan badannya. “Senang rasanya... karena akhirnya bisa bertemu dengan anda, tuan putri.”
Kuberikan senyuman termanisku. “Dan sepertinya... semua hidangan yang ada di atas meja makan saat ini bersorak riang, karena mendengar kedatangan anda.”
Bisa kudengar suara tawa yang sangat renyah, dari semua orang yang ada di ruangan ini.
========

Akhirnya... di sinilah aku berdiri sekarang, di tengah suara riuh penduduk kerajaan Aster.
Rasanya aku benar-benar tidak bisa berhenti untuk tersenyum.
Kuedarkan pandangan ke segala penjuru arah, inilah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupku. Karena... di saat seperti inilah aku bisa menjadi seorang Ji-Hee secara utuh, tanpa perlu menyandang status putri kerajaan Aster. Selain itu, aku juga bisa berinteraksi secara langsung dengan seluruh rakyatku, err... dengan begini, sedikit-banyak aku bisa mengetahui apa yang mereka butuhkan bukan?

“Nona, ingat kau tidak boleh jauh-jauh dariku.” ujar suara berat di sebelah kiriku, yang tidak lain adalah Park Jungsoo, pengawal pribadiku sekaligus tunangan Hyun-Gi.
“Aish! Aku bukan anak kecil lagi.” gerutuku lirih.
“Aku bisa mendengarnya nona.”
“Hyun-Gi-ssi, sebaiknya kau lebih berhati-hati, tunanganmu ini, dia menyeramkan.” aku melotot pada Jungsoo, dan saat itu juga bisa kudengar suara kekehan dari mulut Hyun-Gi.
“Aku? Menyeramkan?” kulihat Jungsoo membuang napasnya pelan. “Benar, aku menyeramkan, tapi... kau juga mengakui kalau aku tampan bukan?” ucapnya sambil mengerling padaku.
Kuputar kedua bola mataku. “Mau kutonjok tuan?”
“Memangnya bisa? Aku kan masih tercatat sebagai guru bela dirimu.”
“Hya! Kenapa ada orang yang begitu menyebalkan sepertimu?” tanpa sadar aku telah berteriak.
“Aish... sudah-sudah, hentikan pertengkaran kalian!”
“Dia yang mulai!” seruku dan Jungsoo secara bersamaan.

Hyun-Gi menatap kami secara bergantian. “Ehem...” Hyun-Gi meraih lenganku. “Sekarang ceritakan padaku soal jamuan makan tadi.”
Aku mengeryitkan dahi, berusaha mengalihkan perhatian ee? Aku melirik Jungsoo sekilas, kemudian menghela napas pelan.
“Tidak ada yang menarik, hanya... 2 minggu lagi, pangeran dari kerajaan Azalea akan datang kemari.”
“Kau menerimanya?” teriak Hyun-Gi.
“Tidak juga.” saat ini, wajah bingung tercetak jelas di wajah mereka berdua. “Setidaknya... jika kami bertemu itu akan membuat appaku senang bukan? Selain itu... aku juga bisa... membuat pihaknya yang membatalkan rencana itu.” aku mulai menyerigai licik.
“Sudah kuduga.” celetuk Jungsoo.
Hyun-Gi menganggukkan kepalanya. “Benar. Tidak mungkin kau menerima semua ini dengan mudah.” guman Hyun-Gi.
“Aish... kalian berdua sama saja. Ah... aku lapar.” aku sedikit berlari mendahului mereka berdua, menuju sebuah kedai makanan.

Sebelum mencapai kedai yang kumaksud, mataku fokus pada jalan setapak di sebelah kanan, detik itu juga kuhentikan langkahku, kutepuk dahiku pelan. Aish... bagaimana aku bisa lupa? Bukankah bulan kemarin aku mau mengunjungi sebuah rumah di ujung jalan itu?
Aku menoleh ke belakang, eh? Kemana Jungsoo dan Hyun-Gi? Lariku tidak kencang bukan? Hadeh... siapa tadi yang bilang tidak boleh jauh-jauh darinya?
Setelah dipikir-pikir, lebih baik aku langsung mengunjungi rumah di ujung jalan itu saja, lagipula... aku malas mencari mereka berdua hohoho...
--------------

Rumah yang sedang kutuju sudah semakin dekat.
Aku berjalan dengan pelan, mengedarkan pandanganku ke segala penjuru arah, beberapa pohon yang cukup rindang membuat udara sekitar menjadi lebih sejuk. Err... bisa kulihat sebuah pertigaan yang... membuatku hampir tersesat, bulan kemarin.
Brukkk...
Seseorang menubrukku dari arah yang berlawanan, detik itu juga aku terduduk di tanah.
“Nona, maaf aku tidak sengaja, kau baik-baik saja?” ujar seorang namja yang ada di depanku, keadaannya tidak jauh berbeda denganku.
“Kau bisa berdiri?” tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya.
Aku menerima uluran tangannya, sedikit mendongak, untuk melihat lebih jelas wajah dari namja itu. Saat itu juga aku menemukan sebuah sorotan mata yang teduh, yang... membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, dan... entah mengapa membuatku merasa... sesak napas?

“Nona?”
Aku mengerjapkan mata beberapa kali. “Oh... ya, aku baik-baik saja.” kusunggingkan senyuman terbaikku padanya.
“Mereka berdua ada di sini.” teriak seseorang, membuatku dan namja di hadapanku sontan menoleh.
“Berdua?” gumam namja itu. “Oh... sial!”
Tiba-tiba tangan kekarnya mencengkeram erat lenganku, detik berikutnya dia telah menarikku, berlari bersamanya.
“Kenapa kita lari?”
“Tidak ada waktu untuk menjelaskan.” nadanya benar-benar dingin, jauh berbeda dengan yang tadi.
Aku menoleh ke arahnya, aish... dia berkeringat, dan itu membuatnya terlihat... lebih berkilau di mataku. Ya Tuhan... apa yang sedang kupikirkan? Cepat sadar Lee Ji-Hee!
“Aaaa...” tanpa sengaja aku menginjak ujung gaunku, kupejamkan mataku rapat-rapat.

Greppp...
Aku tidak mencium tanah? Perlahan kubuka kedua mataku, sebuah sambutan yang membuatku... menahan napas, wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Ya Tuhan... bagaimana bisa kau menciptakan makhluk seperti dia? Ternyata dia benar-benar tampan, kurasa... aku rela jika selamanya harus menatap wajah ini. Tunggu dulu, kenapa aku merasa ada yang aneh?
“Kyaaa... apa yang kau sentuh?”
Plakkk...
Secara refleks kupukul kepalanya.
“Aku tidak sengaja.” sungutnya. “Harusnya kau berterima kasih, bukankah aku telah menolongmu?”
Pletakkk...
Dengan perasaan geram, kujitak kepalanya.
“Hya!” protesnya.
“Kau mengambil kesempatan. Bodoh!” kubuang mukaku, bisa kurasakan wajahku yang memanas.
“Sudah kubilang aku tidak sengaja! Lagipula aku tidak tertarik dengan pantatmu yang ti...”
“Kemana mereka? Cepat sekali larinya.”
“Sial!” umpatnya. Dengan cepat dia kembali meraih lenganku. Hey! Aku kan masih marah padanya?
Aku melirik namja di sampingku, dari ekor mataku, eh? Kulihat semburat merah di sekitar wajahnya, dan... telinganya juga merah? Apa dia malu telah mengambil kesempatan dariku? Oh... manisnya.
Kami terus berlari entah kemana, dan satu lagi... aku masih belum tahu alasannya, kenapa juga aku harus ikut berlari?
--------------

Kami berdua bersandar di sebuah pohon, sama-sama berusaha mengatur napas, tangannya masih mencengkeram lenganku dengan erat.
“Sepertinya... keadaan sudah aman.” untuk sesaat, kami berdua saling berpandangan. “Aku harus pergi.” ujarnya, dan langsung beranjak pergi.
Eh? dia mau meninggalkanku begitu saja?
“Tunggu dulu. Kau mau kemana?”
Kulihat dia menaikkan sebelah alisnya. “Tentu saja pergi dari sini. Ah... senang bertemu denganmu, sampai jumpa.” diapun berbalik, meninggalkanku.
Aku hanya bisa mengerjapkan mata, melihat tingakah lakunya yang... Aish! Tidak ada waktu untuk berfikir. Sejurus kemudian, aku sedikit berlari untuk menyusulnya, kemudian berjalan di belakangnya, mengikuti tiap langkahnya.

“Jangan Mengikutiku!”
Ya Tuhan... kenapa dia terlihat lebih tampan kalau sedang marah?
“Bukankah tadi kau yang menarikku seenaknya?”
“Nona, aku tadi hanya berusaha menolongmu, tidak ada maksud lain, jadi sekarang kau bisa pergi.”
Menolongku? Yang benar saja! Bukankah dia yang melibatkanku dalam masalahnya?
Kulihat dia kembali berjalan. Mwo? Dia benar-benar pergi meninggalkanku?
Dengan ragu-ragu kulihat sekelilingku. Hadeh... di mana aku?
Tanpa pikir panjang, aku berlari ke arahnya, kuraih ujung bajunya, dan kugenggam dengan erat.
“Apa lagi?”
“Setidaknya... antar aku ke tempat tadi.”
“Kau gila? Aku masih ingin hidup!”
“Kalau begitu... aku akan terus mengikutimu.” kusunggingkan senyuman termanisku. “Aku tidak tahu jalan pulang.”
“Aish! Kenapa bisa ada yeoja yang merepotkan sepertimu?”

“Ji-Hee...”
“Eh?”
“Namaku Ji-Hee.”
“Aku tidak bertanya.” kukerucutkan bibirku, namja ini benar-benar... tampan tapi tidak sopan.
“Terserah. Setidaknya beritahu namamu.”
“Kenapa aku harus memberitahumu?”
“Karena... aku ingin tahu. Hey! Bukankah aku sudah memberitahu namaku?”
Kulihat dia memutar bola matanya. “Donghae... Lee Donghae.”
“Oh...” aku menganggukkan kepalaku pelan. “Donghae-ssi, bisakah kau mengantarku kembali ke tempat tadi? Kumohon...” kukeluarkan jurus puppy eyesku.
“Merepotkan saja.” gerutunya. “Ayo cepat, kita cari jalan lain.”
Ya Tuhan... dia menggenggam tanganku? Eh? Kenapa aku merasa sesenang ini?
“Terima kasih.”
“Hemmm...”
Cih! Dasar namja yang dingin, tapi... entah mengapa membuatku semakin menyukainya.

Sepanjang perjalanan, aku terus memperhatikan raut wajahnya yang terlihat gelisah.
“Donghae-ssi, boleh aku tahu kenapa mereka mengejarmu?”
Donghae menoleh, menatapku sejenak, “Saat kita bertemu lagi, akan kuceritakan padamu.”
“Kenapa tidak sekarang saja?”
“Hari ini aku malas bercerita.”
Hadeh... jawaban macam apa itu?
“Kita sudah hampir sampai.”
“Eh?”
“Kita tinggal melewati tikungan di depan.” tiba-tiba kurasakan dia melepaskan tanganku. “Maaf, sepertinya aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini.”
Saat itu juga aku menangkap dua sosok pengawal kerjaan. “Oh... baiklah, terima kasih telah mengantarku kembali.”
Sekilas, aku melihat senyuman di sudut bibirnya, tapi detik itu juga dia telah melesat pergi. Ah... apa aku bisa bertemu dengannya lagi?
======

* Donghae POV *


“Kita sudah hampir sampai.”
“Eh?”
“Kita tinggal melewati tikungan di depan.” tiba-tiba aku melihat dua sosok pengawal, tidak jauh dari tempat kami, dengan cepat kulepaskan genggaman tanganku. “Maaf, sepertinya aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini.”
“Oh... baiklah, terima kasih telah mengantarku kembali.”
Aku tersenyum sekilas, kemudian segera melesat pergi.

Aku berlari menuju sebuah rumah kecil, di sisi bukit.
Brakkk...
Kubuka pintu dengan sedikit kasar.
“Hyung. Kau sudah kembali?”
“Jadi kali ini kau orang pertama yang sampai? Cho Kyuhyun?” Kyuhyun menyungingkan senyumannya. “Di mana yang lain?” kulihat Kyuhyun menggelengkan kepalanya. “Aish... kemana mereka?” tanpa sadar aku telah mengepalkan tanganku.
“Kau tenang saja Hyung, tidak semudah itu untuk menangkap mereka.”
“Aku tahu.” ucapku acuh.
“Aku juga tahu kau mengkhawatirkan mereka bukan?”
“Cho Kyuhyun. Kau terlalu banyak bicara.”

Brakkk...
Aku dan Kyuhyun langsung menoleh ke arah pintu.
“Siwon!” pekikku dan Kyuhyun secara bersamaan.
“Lee Donghae... kudengar hari ini kau berhasil mencuri di kediaman bangsawan Han?” Siwon berjalan ke arah kami. “Dengan penjagaan yang begitu ketat kalian bisa lolos? Hebat juga.”
“Apa maumu?”
“Kyuhyun, tetap yang paling emosional.” Siwon terkekeh pelan, “Donghae-ah, kau ajarkan apa pada anak buahmu yang satu ini?”
“Berani kau menghina hyung?” dengan cepat ku tangkap lengan Kyuhyun.
“Pengikut yang setia.” cibir Siwon
“Dia bukan pengikutku, tapi saudaraku.”
“Terserah.” Siwon mengedikkan bahu, kemudian duduk di salah satu kursi di depanku.
“Sebenarnya untuk apa kau ke sini?”
“Pertanyaan bagus.” kulihat Siwon menaikkan kedua kakinya ke atas meja. “Bagaimana kalau kita sedikit bermain-main.”
“Maksudamu?”
“Kita buat taruhan kecil.”
“Taruhan apa?”
“Karena kau sudah repot-repot bertanya, jadi... ku anggap kau setuju.”
Kuputar kedua bola mataku. “Katakan saja!”

“Tidak sabaran.” sejujurnya saat ini satu hal yang ingin kulakukan, menghajarnya. “Ku akui kau dan seluruh anak buahmu adalah pencuri hebat, dan itu membuatku tidak senang.” kulihat Siwon menggelengkan kepalanya. “Kau adalah sainganku.”
“Kau mau cari masalah Siwon-si?” tukas Kyuhyun.
“Entahlah... yang jelas, bagiku... tidak akan ada dua singa dalam satu kandang.” aku dan Siwon saling menatap tajam. “Kita mempertaruhkan posisi kita. Yang kalah harus pergi jauh dari kerajaan ini.”
“Bagiku tidak masalah.” bisa kulihat sebuah kilatan semangat di mata Kyuhyun. “Apa taruhannya?”
“Sebuah penculikan putri bangsawan.”
“Kau gila! Kami tidak pernah menculik orang.” tukas Kyuhyun tajam.
“Benarkah? Apa itu artinya aku menang sebelum bertanding?”
Choi Siwon... benar-benar orang yang merepotkan.
“Terlalu mudah. Bagaimana kalau kita rubah sasaran?”
“Apa?”
“Putri kerajaan Aster.”
“Mwo?”
“Kyuhyun! Jangan berteriak seperti yeoja.”
“Sangat menarik. Kapan kita mulai?”
“Empat hari, siapapun yang berhasil menculik putri kerajaan Aster dalam waktu Empat hari, dialah pemenangnya.”
“Setuju.”
--------------

“Lee Donghae! Kau sudah gila?”
“Heechul hyung, tenanglah.”
“Bagaimana bisa tenang? Kau... aish! Putri kerajaan aster? Kau tahu bagaimana penjagaan wilayah kerajaan? Mungkin kita bisa masuk, tapi tidak mungkin bisa keluar hidup-hidup.”
kutepuk bahu Heechul hyung pelan. “Aku percaya pada kalian.”
“Putri kerajaan Aster? Aku jadi penasaran... bagaimana wajahnya?” gumam Sungmin hyung.
“Benar juga. Sungmin hyung, apa menurutmu dia cantik?” kulihat Kyuhyun mengusap-usap dagunya.
“Entahlah, tapi... jangan-jangan buruk rupa, makannya selama ini di sembunyikan.”
“Bodoh! Bukankah lebih baik kita buat starategi, daripada meributkan hal itu?”
“Park Ri-Young... mana selera humormu? Aku jadi ragu, kau ini yeoja bukan?”
“Mau kubunuh, Kyuhyun-ssi?”
“Sudahlah! Heechul hyung, ku percayakan masalah dena padamu. Ri-Young, ku percayakan masalah strategi padamu. Sungmin hyung, dan kau Kyuhyun, cobalah menyusup ke dalam kerajaan, cari informasi lebih akurat tentang seluk beluk kerajaan. Sedangkan aku... akan kupastikan Siwon tidak berbuat curang, selain itu... aku akan mempersiapkan diri untuk menculik sang putri, dan tentu saja mencari jalan untuk lolos dari sana.”
“Kita butuh banyak keberuntungan.” ujar Ri-Young dingin.
Park Ri-Young, satu-satunya yeoja dalam kelompok kami yang... selalu bisa diandalkan.
========

* Ji-Hee POV *
Aku berjalan hilir mudik di kamarku.
Sudah tiga hari, sejak kejadian itu, tapi... sampai sekarang aku masih sering memikirkan namja yang bernama Lee Donghae itu. Aish... apa yang harus kulakukan? Belum tentu kami bisa bertemu lagi bukan? Ji-Hee lupakan namja itu!
Tok... Tok... Tok...
“Siapa?”
“Tuan putri, ini saya, Park Jungsoo.”
Ckelekkk...
“Ada apa?” aku berkacak pinggang, “Hyun-Gi tidak di sini.”
“Saya tidak mencari Hyun-Gi, tuan putri.” Jungsoo masuk ke dalam kamarku. “Hnaya ingin memastikan, beberapa hari ini apa anda merasakan sesuatu yang mencurigakan?.”
“Maksudmu?”
“Saya hanya merasa... ada sesuatu yang tidak beres. Entah apa itu.”
“Ehmm... beberapa hari ini aku tidak keluar dari kamarku.” kuarahkan daguku pada tumpukan kertas laporan di atas meja, “Jadi... tidak ada yang mencurigakan bagiku.”
“Begitu?” Jungsoo mengenggukkan kepalanya.

Kutepuk lengan Jungsoo pelan. “Kapan kita akan berlatih lagi?”
“Mungkin minggu depan, saya harus melatih beberapa pengwal baru, untuk kediaman putra mahkota.”
“Kau ini pengawal pribadiku bukan sih?”
“Sampai saat ini saya masih tercatat sebagai pengawal pribadi, sekaligus guru beladiri tuan putri.”
“Ya-ya-ya... cepat sana pergi. Setelah kejadian tiga hari yang lalu, aku masih malas mendengarkan semua ocehanmu.”
“Baik tuan putri.” kulihat Jungsoo membungkukkan badannya.
“Cih! Harusnya tiga hari yang lalu, saat kau marah-marah, kau ingat posisimu.”
“Eh? Bukankah tuan putri sendiri yang tidak mau di perlakukan secara istimewa, saat kita berada di luar kerajaan?”
“Aish... kau memang orang yang menyebalkan.”
Bisa kudengar suara tawa Jungsoo. “Baiklah... kalau begitu saya permisi dulu. Sebaiknya anda cepat istirahat, jangan terlalu banyak begadang, tuan putri.”
“Aku tahu.”
--------------

Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur, mencoba untuk memejamkan mata. Sudah dua hari aku begadang, mungkin itu yang membuatku sedikit sulit untuk tidur, dan kali ini... di tambah dengan bayangan wajah seseorang yang terus menghantuiku.
Sorotan matanya yang teduh, wajahnya yang tampan, suaranya yang terkesan dingin, genggaman tangannya, kenapa tercetak jelas dalam ingatanku? Ya Tuhan... jauhkan aku dari pikiran-pikiran itu.
Tiba-tiba kurasakan sedikit guncangan di atas tempat tidurku.
Pelahan kubuka kedua mataku, seketika aku membelalakkan mata lebar, mulutku di bekap oleh sebuah tangan kekar, saat ini ada seseorang yang berada tepat di atas tubuhku. Ya Tuhan... siapa dia? Apa maunya? Kumohon... seseorang tolong aku!
Aku terus menatap kedua bola mata yang tepat berada di hadapanku, tunggu dulu, sorotan mata itu? Jangan-jangan...

Perlahan kurasakan tangannya mulai melonggar.
“Ji-Hee-ssi?” Ya Tuhan... suara itu?
“Dongahe-ssi?”
“Apa yang kau lakukan di sini?” Donghae menarik -turun- kain yang menutupi sebagian wajahnya.
“Harusnya aku yang bertanya seperti itu.”
“Kau... jadi kau... putri kerajaan Aster?”
“Ehmm... begitulah... maaf, bisa kau turun dari atas tubuhku? Kau berat Dongahe-ssi.”
“Oh... maaf.” dengan cepat Donghae mengangkat tubuhnya, dan berdiri di samping tempat tidur.
Aku langsung duduk di tepi tempat tidur. “Sebenarnya apa yang kau lakukan di sini? Bukan, pertanyaan yang lebih tepat siapa kau?” Donghae tidak mengeluarkan sepatah katapun. “Ingat, kau berjanji akan menceritakan sesuatu saat kita bertemu lagi.”
Kulihat Donghae menghela napas pelan. “Kau pasti tidak asing dengan nama Sparkler.” Aku membelalakkan mata lebar. “Benar, bisa dibilang aku adalah pemimpin dari sekelompok pencuri yang menaman diri mereka Sparkler.” Donghae terkekeh pelan. “Penjahat, itulah sebuatan mereka bagi kami.” Donghae menatapku lekat. “Dan saat ini, tugasku adalah menculikmu. Putri kerajaan Aster.” aku mengerjapkan mata beberapa kali. “Apa itu sudah cukup menjelaskan posisimu saat ini?”
“Ehmmm... kurasa iya. Dari mana kau masuk?”
Kulihat Donghae mengeryitkan dahinya. “Jendela.”
Dengan cepat aku turun dari tempat tidur, kubuka lemari pakaianku, mengambil sebuah pakaian, dan sebuah jubah. “Tunggu sebentar.” ucapku sambil berlari ke arah kamar mandi.

Begitu kau keluar dari kamar mandi, kulihat Donghae berdiri tidak jauh dari jendela. Pandangannya menerawang jauh, mungkin saat ini dia sedang memikirkan sesuatu, sampai-sampai tidak menyadari aku berdiri di belakangnya?
“Donghae-ssi.” bisa kulihat tubuhnya sedikit terlonjak, dan langsung menoleh ke arahku. “Aku sudah siap.” aku menutup kepalaku dengan topi jubah.
“Maksudmu?”
“Bukankah kau mau menculikku?” aku berjalan ke arah jendela. “Kenapa masih diam saja? Kita harus cepat pergi bukan?”
“Apa yang kau rencanakan?”
“Eh?”
“Aku tidak mengajakmu jalan-jalan, tuan putri.”
“Ah... aku adalah putri kerajaan Aster, kurasa... aku akan mengajukan beberapa pertanyaan padamu. Jadi... sudah pasti aku harus ikut denganmu bukan?” kuberikan senyuman termanisku. “Bagaimana caranya kau menurunkanku?” kulihat ada seutas tali di sisi kiri jendela, sedikit ngeri saat aku melihat ke bawah, ini lantai lima, ingat itu.

Greppp...
Aku sedikit tersentak saat kurasakan tangan kekar Donghae menyentuh pinggangku.
“Bersiap-siaplah tuan putri. Aku akan menggendongmu.”
“Mwo? Mengendong?”
“Memangnya mau bagaimana lagi? Bahkan rencana awal... aku akan membuat sang putri pingsan.” mata kami bertemu untuk beberpa saat, bisa kurasakan Dongahe melilitkan tali ke tubuh kami berdua. “Pegangan yang erat.” aku langsung memeluk leher Donghae. Ya Tuhan... semoga dia tidak mendengar debaran jantungku yang mulai memburu. “Aku masih bingung, kenapa kau mau ikut denganku? Bukankah ini bisa membahayakan nyawamu?” bisiknya tepat di telinga kiriku.
“Ehmmm... haruskah kukatakan?”
“Apa?”
“Berlari denganmu cukup menyenangkan.” kubenamkan wajahku di bahu kirinya.


**** TBC ****

Fantasy lagi fufufu~
Sebenernya ini ff req. dari link ^^v
Aneh yo? Ancur? Bingung? Biasalah... kyk gak tahu aku aja buahahaha...Ehmm... gak tahu kenapa akhir-akhir ini aku cukup semangat bikin cerita fantasy, lagian aku juga masih males sih mau lanjutin Beautiful life ma My Story wkakaka...#Plakkk...

2 komentar:

  1. Fantasy nya keren chingu...
    Kreatif sangat !! aku suka ff nya... ^^
    Seru banget.. alur ceritanya menarik, bhsanya juga mudah dimengerti, jadi ga ngebosenin..
    Aplagi tokohnya Donghae, kekeke ~ XD
    Lanjutin trus ya !! Hwaiting !!

    BalasHapus
  2. eh... *Ekspersi shock* ada yg ngerti alur ceritanya? *Garuk2 pantat Hae(?)* aku aja kagak ngerti *Sarap!* wkakaka... #Plakkk...
    hadeh... ada apa dengan Dongahe? *lirik Hae dari atas pek bawah* emg cakep seh buahaha...
    Hehehe...
    Thanks... Gomawo... Arigatou na... *Bungkuk2 bareng Hae*

    BalasHapus