Sabtu, 29 Oktober 2011

«» Beautiful Life ® Chapter 6 «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji Hee
                     Jung YunHo as Jung YunHo
                     Lee DongHae as Jung DongHae
Support Cast : Park Ri Young                           Kim HeeChul
Genre : Drama-Romance / Straight
Rated : PG-16
Length : Chapter 6 / Of ? 
*Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, jika ada kesamaan, Nama(?) *maaf, ini mah sengaja, aku emg pke namkor temen2ku :P* Karakter(?) *mungkin aja kan?* Tempat(?) *ya... siapa tahu?* Peristiwa(?) *ehm... kayaknya kemungkinan kecil dah wkakaka...*
Hey! Siapa suruh kebetulan mirip ma imajinasiku? Nah... lho? *Langsung digorok massa*
Well, happy reading aja dah (^^v)
====================

 “Ji-Hee... bisakah kau memberiku kesempatan?”
“Eh?”
“Aku tidak akan mengeluh tentang... apapun yang berkaitan dengan keputusanmu semalam. Tapi...” Donghae menatap wajah Ji-Hee dalam. “Seminggu, hanya seminggu.” Donghae berusaha mengatur napasnya, yang entah bagaimana caranya, mulai memburu. “Dalam waktu seminggu, serahkan padaku... seluruh hidupmu.”
Ji-Hee menatap Donghae dengan pandangan tidak percaya. “Mwo?”
“Kumohon... hanya seminggu.”
“Kau gila!”
“Ya... aku memang sudah gila!” teriak Donghae dengan nada frustasi. “Bisakah... kita anggap seolah semalam tidak pernah ada. Kita mulai semuanya dari awal.” dengan cepat Donghae menarik tubuh Ji-Hee, memeluk tubuh yeoja itu.
“Donghae...”
“Aku benar-benar menyukaimu Ji-Hee-ya...” Donghae semakin mengeratkan pelukannya. “Beri aku sedikit kesempatan. Setidaknya... sebelum semuanya benar-benar berakhir, aku ingin membuat sebuah kenangan manis bersamamu, kenangan yang akan selalu membekas dalam ingatanku, hanya tentang kita berdua. Sebelum aku benar-benar memanggilmu 'eomma'.”
========

* Ji-Hee POV *


“Kumohon... hanya seminggu.”
“Kau gila!”
“Ya... aku memang sudah gila!” nyaliku langsung menciut saat mendengar teriakannya. “Bisakah... kita anggap seolah semalam tidak pernah ada. Kita mulai semuanya dari awal.” di tengah keterkejutanku, kurasakan tangan Donghae menarik tubuhku, dan memelukku.
“Donghae...”
“Aku benar-benar menyukaimu Ji-Hee-ya...” bisa kurasakan Donghae semakin mengeratkan pelukannya. “Beri aku sedikit kesempatan. Setidaknya... sebelum semuanya benar-benar berakhir, aku ingin membuat sebuah kenangan manis bersamamu, kenangan yang akan selalu membekas dalam ingatanku, hanya tentang kita berdua. Sebelum aku benar-benar memanggilmu 'eomma'.”
Kutelan ludahku, tanpa sadar, tanganku terulur, membalas pelukannya. Ya Tuhan... ada apa denganku? Ini salah! Tapi...
“Ji-Hee... kau akan memberiku kesempatan?” suara Donghae seperti sebuah kisikan, tapi cukup jelas bagi pendengaranku.
Aku diam, menata hati dan perasaanku dalam waktu yang sangat singkat itu tidak mudah.


Mungkin... aku akan berhenti membohongi diri sendiri.”

Ji-Hee, kumohon untuk sekali ini, berhentilah memikirkan perasaan orang lain! Kau juga boleh sedikit egois.”


Egois? Apa yang akan terjadi jika aku bersikap... sedikit egois?
Kuhirup aroma tubuh Donghae dalam-dalam, seakan mendapatkan sebuah ketenangan, aku mencoba memantapkan keputusanku.
“Donghae...” bisikku lirih. “Kau mencintaiku?”
Dia melepaskan pelukannya, menatapku dalam. “Haruskah kukatakan?”
Aku diam, benar dia tidak perlu mengataknnya bukan?
“Lee Ji-Hee... hampir dua tahun aku menyukaimu ralat mencintaimu secara diam-diam.” aku membulatkan mata, mendapati sebuah kenyataan baru di hadapanku. “Sekarang... saat aku mulai bisa mengatasi semua ketakutanku, juga semua pikiran bodohku, aku malah mendapati sebuah keadaan yang luar biasa.” kulihat Donghae tertawa hambar. “Kau milikku Ji-Hee, dalam konteks manapun kau tetap milikku, aku jauh lebih mengenalmu dibandaingkan dengan appaku.”
Kuulurkan tanganku, mengusap pipinya dengan lembut.
“Donghae...” kutatap kedua bola matanya, bisa kurasakan ada sebuah kedamaian di sana. “Aku...”
Kata-kataku terhenti, saat bibirnya telah menempel dengan sempurna di atas bibirku. Tubuhku seakan tersengat listrik tegangan rendah, saat menyadari bibirnya mulai bergerak, lembut sangat lembut, tanpa sadar aku telah menutup kedua mataku, terhanyut dalam setiap kecupannya.
Hey! Ini ciuman pertamaku, dan aku telah memberikan ciuman pertamu pada calon anakku? Bukankah seharusnya... saat ini harusnya aku berteriak, mendorong tubuhnya, atau... memberikan sebuah tamparan di pipinya? Tapi... ada apa dengan tubuhku? Kenapa aku malah mencengkeram rambutnya, menarik wajahnya agar lebih dalam menciumku?
Ya Tuhan... Ini gila! Aku gila! Hidupku gila! Sampai mana tahap kegilaanku ini akan berlangsung? Satu lagi... kenapa aku tidak bisa menghentikan kegilaan ini?
Aku mulai kehabisan napas, aku butuh udara untuk mengisi paru-paruku, tapi... jauh di sudut hatiku aku bahkan tidak ingin mengakhiri ciuman ini. Sejujurnya... saat ini aku merutuk diriku sendiri, sejak kapan aku berubah jadi seperti ini? Ji-Hee kau benar-benar menjijikkan!

Donghae mulai melepas ciumannya, bisa kulihat senyum kemenangan terpampang jelas di wajahnya. Tapi aku tidak peduli karena saat ini... aku berusaha mengontrol sistem kerja tubuhku agar kembali normal, dan... jujur saja jantungku masih berdebar kencang.
“Donghae... apa kau sadar kita telah melewati jalur?”
“Aku tidak peduli dengan semua itu.” Donghae menarik tubuhku dalam dekapannya. “Apa kau sadar kalau kau mencintaiku?”
Kudong tubuhnya pelan, dan mengalihkan pendangan ke arah lain, “Kenapa kau berfikir seperti itu?”
Bisa kurasakan tangan kekar Donghae menarik wajahku, menuntutku untuk menatapnya, kemudian mengusap pipiku dengan lembut. “Kau bahkan tidak menolak ciumanku.” bisiknya lirih.
Kuputar bola mataku. “Entahlah! Mungkin saja aku hanya... terbawa suasana.” bisa kurasakan wajahku mulai memanas.
“Kau tidak pandai berbohong Ji-Hee. Aku tahu perasaan kita sama.”
Mataku mulai memanas mendengar kata-katanya, kenapa? Apa karena aku mulai menyadari perasaanku padanya? Menyadari bahwa hubungan kami adalah suatu hal yang mustahil? “Kita telah melewati jalur!” aku tidak bisa menutupi getaran dalam suaraku.
“Aku tahu kita telah melewati jalur, tapi... kujamin kita masih berada dekat di jalur utama.” Donghae menggenggam tanganku. “Ji-Hee percayalah padaku, beri aku kesempatan, aku akan... berusaha membahagiakanmu dalam waktu satu minggu ini.”
Aku mendesah pelan. “Kenapa kau begitu keras kepala?” Donghae mengedikkan bahunya. “Kau tahu apa yang akan terjadi setelah satu minggu itu berakhir?” Kugigit bibir bawahku.
“Apa itu artinya kau memberiku kesempatan?”
Aku menundukkan kepala, berusaha mengabaikan pertanyaannya. “Akan kuberitahu padamu, setelah satu minggu itu berakhir, aku akan belajar untuk mencintai appamu.”
Kubulatkan mataku, saat menyadari dia mengecup pucuk kepalaku.
“Terima kasih.” dia berbisik tepat di telinga kiriku. “Aku tidak peduli apapun yang akan terjadi nanti, yang jelas... kau harus mengingat ini baik-baik, kau adalah milikku Ji-Hee, hanya milikku.”
Tanpa pikir panjang kubenamkan wajahku di dada bidangnya, saat ini aku butuh tempat bersandar. “Kita masih punya batasan-batasan, ingat itu!” bisikku lirih.
“Aku tahu.” bisa kurasakan tangannya mengusap rambutku dengan lembut, seolah memberikan sebuah kedamaian di hatiku.
========

* Author POV *

Kediaman Keluarga Jung...


“Aku tidak mau minum obat!” sebuah suara yang terdengar serak menggema di seluruh ruangan.
“Tapi nyonya Jung, anda...”
“Apa? Kalau kau sangat menyukai obat itu, minum saja sendiri!”
Ckelekkk...
Pintu kamar terbuka, muncul sesosok pria dengan setelan jas yang sangat rapi.
“Kalian boleh pergi.” ucapnya datar.
“Baik tuan. Kami permisi dulu.”
Seorang pengurus rumah, dan seorang perawat berjalan keluar dari kamar tersebut.
Blammm...
Begitu pintu tertutup, pria itu menghampiri tempat tidur wanita paruh baya itu.
“Eomma... bukankah aku telah menuruti keinginanmu? Kenapa masih tidak mau minum obat?”
“Yunho... apa Ji-Hee sudah datang?”
Pria bernama Yunho itu mengeryitkan dahinya. “Kenapa bertanya tentangnya?”
“Aku hanya mau minum obat jika ada dia di sampingku.”
“Eomma... kau tidak boleh seperti itu. Bagaimana kalau dia tidak bisa datang?” Yunho beranjak dari duduknya, bermaksud mengambil obat.
“Dia pasti akan datang.”
Yunho menghentikan langkahnya, menatap wajah eommanya lekat-lekat.
“Aku masih tidak mengerti, kenapa eomma sangat... menyukainya?”
Sebuah senyuman yang terlihat getir tersungging di sudut bibir wanita paruh baya itu. “Aku punya alasan.” ucapnya penuh misteri.
“Dan aku masih tidak habis pikir, kenapa eomma bersikeras menjodohkanku dengannya? Bukankah dia lebih pantas untuk menjadi putriku?”
“Untuk itu aku juga punya alasan tersendiri.”
Yunho mengatupkan rahangnya, dengan cepat dia duduk di hadapan nyonya besar keluarga Jung. “Aku punya banyak waktu untuk mendengar alasan itu.”

Sebuah helaan napas panjang, keluar dari mulut nyonya Jung, bola matanya bergerak-gerak dengan cepat, berusaha menutupi sesuatu.
“Eomma... aku menunggu.” suara Yunho terdengar penuh kelembutan.
“Yunho... kau satu-satunya putraku. Aku ingin kau bahagia.”
“Menjodohkanku dengan yeoja yang usianya lebih muda 20 tahun dariku? Apa itu bisa membuatku bahagia? Eomma... sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu? Kenapa kau bersikeras melakukan hal konyol seperti ini?”
Nyonya Jung mulai terlihat gelisah. “Aku hanya ingin Ji-Hee menjadi bagian dari keluarga kita. Apa itu salah?”
“Tidak salah, kau pasti punya alasan tersendiri tentang hal itu. Tapi... kenapa harus aku?”
Nyonya Jung mengusap pipi Yunho lembut. “Tidak ada yang lebih pantas mendampinginya selain dirimu.” Yunho mengeryitkan dahinya. “Aku pernah berfikir untuk menjodohkannya dengan Siwon, dia cucu eomma yang tampan, dan pekerja keras, tapi kurasa itu ide yang buruk. Kau tahu sendiri keponakanmu yang satu itu... sangat playboy, aku tidak mungkin menyodorkan Ji-Hee pada namja seperti Siwon, meskipun Siwon adalah cucuku sendiri.”
Yunho terdiam. “Sebegitu besar rasa sayang eomma pada yeoja itu?” gumamnya dalam hati.
“Aku juga pernah berfikir untuk menjodohkan Ji-Hee dengan Kyuhyun, dia namja yang cukup dewasa diantara semua cucuku. Tapi... aku tahu satu hal, Kyuhyun belum bisa berkomitmen, dia masih ingin bebas, kurasa... dia belum bisa diberi tanggung jawab untuk mejaga Ji-Hee.” nyonya Jung mengusap punggung tangan Yunho. “Aku bahkan pernah berniat menjodohkan Ji-Hee dengan Donghae, salah satu cucu kesayanganku, tidak banyak bicara, terkesan dingin, sedikit keras kepala, tapi punya hati yang baik. Kau pasti tahu dengan jelas bagaimana sifat putramu itu? Dia paling tidak suka diatur, apa menurutmu dia akan menerima sebuah perjodohan? Kurasa... dia akan bertindak tidak masuk akal, hanya demi membatalkan perjodohan itu. Lantas... apa kau pikir aku akan membiarkan Ji-Hee menderita?”
“Eomma, kau terlalu berlebihan. Donghae tidak seperti itu.”
“Tapi diantara kalian semua, temperamentnya sangat tinggi. Itulah salah satu alasan kenapa eomma meragukan putramu itu.”

Yunho memijit keningnya pelan.
“Yunho... kau satu-satunya orang yang pantas bersanding dengan Ji-Hee. Coba lihat, apa yang kurang dari dirimu? Pekerjaan yang mapan, wajah yang tampan, pria yang bertanggung jawab, sikap dewasa, bukankah kau telah memenuhi semua kriteria?”
“Satu yang kurang. Usiaku tidak pantas menikah dengan yeoja di bawah umur.”
“Omong kosong! Dia sudah 17 tahun, lagipula kalian akan menikah saat usianya 18 tahun.”
“Dari tadi aku bertanya-tanya, kenapa eomma... terlihat sangat menyayangi yeoja itu?”
Nyonya Jung tersenyum lembut. “Dia yeoja yang pantas untuk di sayangi. Kau pasti bisa mencintainya dengan mudah.”
Yunho memincingkan matanya. “Benarkah?”
“Jung Yunho... ingat satu hal kau masih cukup muda, kau juga harus memikirkan kebahagiaanmu sendiri. Sudah saatnya kau melupakan Ri-Young. Dulu... kau bahkan bisa menjaga kerukunan rumah tanggamu, kenapa sekarang kau merasa ragu? Eomma yakin, kau bisa menjaganya dengan baik.”
Yunho mendesah palan. “Ri-Young dan yeoja itu...”
“Namanya Ji-Hee.”
Yunho memutar bola matanya. “Baik. Ri-Young dan Ji-Hee adalah dua masalah yang berbeda.”
“Aku baru tahu kau menganggap mereka berdua adalah masalah.” cibir nyonya Jung.
“Eomma... kau mengerti maksudku bukan?” Yunho berusaha agar tidak terpancing emosi. “Situasi saat itu dan sekarang jauh berbeda. Lagipula aku telah mengenal Ri-Young sejak kecil, membangun sebuah rumah tangga dengannya tidaklah sulit. Tapi sekarang... yeoja itu, maksudku Ji-Hee, banyak perbedaan di antara kami, apa eomma pikir aku tega merenggut kebebasannya? Dia masih sangat muda, tanpaku dia pasti punya masa depan yang lebih baik.”
“Apa kau lupa? Sejak awal Ji-Hee tidak punya kebebasan, aku hanya ingin dia menyerahkan kebebasannya pada keluarga ini, bukan pada orang lain. Apa itu salah?”
“Eomma, ada apa denganmu? Kau terlihat aneh.”
“Kau jauh lebih aneh. Eomma tidak sedang menjodohkanmu dengan yeoja yang tidak benar, Jung Yunho! Ji-Hee yeoja baik-baik, dan dari keluarga baik-baik.”
Yunho menyipitkan matanya. “Sebenarnya apa yang eomma sembunyikan?”
“Jika memang eomma sedang menyembunyikan sesuatu, apa kau pikir eomma akan membocorkannya dengan mudah?” tukas nyonya Jung tajam.

Yunho mengangkat kedua tangannya. “Aku menyerah, aku tidak ingin bertengkar dengan eomma.”
“Bagus, kau memang tidak pantas menjadi anak durhaka.”
Yunho berdiri dari duduknya. “Masih tidak mau meminum obat?”
“Aku akan menunggu Ji-Hee.” nyonya Jung tersenyum lembut.
“Apa aku perlu menjemputnya?” tanya Yunho dengan nada sarkatis.
“Sepertinya itu ide yang bagus.” nyonya Jung terlihat cukup bersemangat. “Tapi sebaiknya jangan... aku tidak ingin membuat Ji-Hee terkena serangan jantung, hanya karena melihatmu yang tiba-tiba berada di gerbang sekolahnya.” Yunho hanya bisa menggeleng pasrah. “Ehmmm... setidaknya kalian harus saling mengakrabkan diri dulu, baru kau boleh mengantar-jemputnya.”
Mulut Yunho menggangga lebar, “Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran eomma? Apa istimewanya yeoja itu?” gerutu Yunho dalam hati.
========

* Yunho POV *


Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur, tangan kiriku bergerak untuk melonggarkan dasiku.
Aku menatap langit-langit kamar, “Kenapa hidupku selalu di kelilingi hal-hal yang tidak masuk akal?” aku tersenyum kecil, “Park Ri-Young, aku yakin, saat ini... kau pasti sedang menertawakanku bersama Heechul hyung di atas sana.”
Perlahan kupejamkan kedua mataku, tanpa bisa dicegah, sebuah kilasan masa lalu muncul dalam otakku.


»»»»®««««

“Jung Yunho! Kenapa kau meninggalkanku?” kulihat wajah Ri-Young yang terlihat masam. “Aku kan sudah bilang tunggu aku!”
“Hey! Apa kau pikir aku betah berlama-lama menjadi obat nyamuk? Lagipula... bukankah sebentar lagi kau akan pergi dengan Heechul hyung? Lantas untuk apa aku menunggumu?”
Kulihat Ri-Young memutar bola matanya. “Kau pikir kami akan meninggalkanmu? Yang benar saja? Aku dan Heechul oppa sedang berfikir untuk mengajak seseorang, agar kau tidak jadi obat nyamuk, seperti katamu.”
Aku tertawa hambar. “Jangan bilang kalian berniat menjodohkanku lagi?”
Ri-Young membekap mulutnya. “Uuups...” Ri-Young tertawa garing. “Ayolah... kau ini terlalu dingin dengan yeoja di sekitarmu.”
“Kau pikir kenapa aku selalu bersikap dingin?”
“Ehmmm... kenapa?”
“Sepertinya kau memang cari mati Park Ri-Young!”
“Kyaaa... Heechul oppa... tolong aku!” kulihat Ri-Young berlari ke arah Heechul hyung.
Oke, kuhargai semua niat baik mereka berdua, tapi... saat ini aku benar-benar tidak tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Mereka berdua sahabatku sejak kecil, harusnya mereka tahu dengan pasti apa yang kurasakan bukan?

“Yunho, ini sudah 2 tahun berlalu.” Heechul hyung menyikut lenganku. “Sudah cukup patah hatimu. Kau harus melupakan yeoja itu!”
Aku mendesah pelan. “Aku memang sudah melupakan yeoja itu.”
“Tapi kau juga melupakan perasaan... mencintai seseorang. Itu tidak adil.” celetuk Ri-Young.
Aku berkacak pinggang, menatap wajah kedua sahabatku dengan tajam. “Baik! Apa mau kalian?”
Ri-Young mengangkat dagunya. “Pergi berkencan dengan yeoja yang kami pilihkan.”
Kuputar bola mataku. “Tidak adakah pilihan lain?”
“Sayangnya... tidak ada.” aku tahu senyuman Ri-Young penuh dengan kelicikan.
“Kalau begitu... jangan harap aku akan menuruti keinginan kalian!” dengan perasaan geram, kutinggalkan sepasang kekasih yang sudah tidak waras itu.
Aku terus berjalan, tanpa menghiraukan teriakan mereka berdua, aku butuh ketenangan.
--------------

Aku duduk di bawah sebuah pohon, menatap danau yang ada di depanku.
Sejurus kemudian, aku mulai melempar beberapa batu kecil ke arah danau.
“Apa yang kau lakukan di sini? Meditasi?”
Aku menoleh ke belakang, kulihat Heechul hyung yang sedang berjalan ke arahku.
“Hyung, kau mengikutiku?”
“Ehmmm... begitulah.” kulihat hyung mengedikkan bahunya. “Aku hanya mengantisipasi hal terburuk yang bisa terjadi.”
Aku mengeryitkan dahi. “Apa itu?”
“Well, bisa saja kau meloncat ke dalam danau itu.” kelarkarnya.
Kuputar bola mataku. “Aku lebih berfikir... bagaimana cara menenggelamkan kalian berdua tanpa meninggalkan jejak!”
Kulihat Heechul hyung tertawa terbahak-bahak, sambil mengancungkan jempolnya padaku.
“Entah siapa yang paling sial diantara kita. Ri-Young yang mempunyai kekasih sepertimu? Kau yang kurang beruntung mendapatkan yeoja seperti Ri-Young? Atau mungkin... aku yang tanpa sadar telah terjebak di antara kalian berdua?”
Seketika hyung menghentikan tawanya. “Kau terlalu berlebihan Yunho.” ucapnya dengan pandangan tajam.
“Apanya yang berlebihan? Kalian berdua selalu membuatku pusing. Terutama yeojachigumu itu.”
“Janagan seperti itu, kau tahu bagaimana sifat Ri-Young. Hanya padamu dia menunjukkan sikap pengaturnya, dan itu semua karena dia mencemaskanmu.” Heechul hyung menepuk bahuku pelan. “Kami hanya ingin kau bisa kembali membuka hatimu untuk orang lain.”
Aku terdiam, mencoba mencerna kata-katanya.

Well, aku memang memiliki sedikit trauma tentang percintaan. Karena, yeoja yang secara diam-diam kusukai pergi ke inggris, mengejar namja lain, miris bukan? Dan karena patah hatiku ini, aku selalu menjaga jarak dengan yeoja manapun, selama 2 tahun ini, hanya untuk menghindari sebuah hubungan.
Bagiku jatuh cinta itu tidak mudah, dan saat kau merasakan perasaan jatuh cinta, kemudian menjadi kecewa, itu akan sangat menyakitkan, benar-benar menyakitkan.
Untuk saat ini aku belum siap merasakan perasaan itu lagi, setidaknya... sampai aku benar-benar menemukan seorang yeoja yang bisa mengisi seluruh ruang di hatiku.
--------------

“Kami akan segera menikah.” celetuk Ri-Young saat kami berada di taman belakang rumahku.
“Mwo?”
“Kenapa? Kau iri? Makannya cepat cari yeoja yang bisa mendampingimu!” bisa kurasakan Ri-Young berusaha mencemoohku.
“Sayang sekali, aku tidak merasa iri sedikitpun. Well, hanya berfikir...” kugantungkan kata-kataku, kemudian menyipitkan kedua mataku, menatap mereka secara bergantian.
“Jangan berfikirt yang macam-macam!” serga Heechul hyung.
Aku mengedikkan bahu pelan. “Bukankah kalian masih terlalu muda?”
“Aku sudah 20 tahun, Jung Yunho-ssi, dan Ri-Young sudah 19 tahun. Tidak ada larangan kami menikah di usia ini bukan?”
“Memang. Tapi kenapa sepertinya kalian... buru-buru menikah?”
“Kami tidak buru-buru.” kilah Ri-Young. “Sudah sejak setahun yang lalu Heechul oppa mleamarku, tapi... baru kuterima akhir-akhir ini.” Ri-Young menjulurkan lidahnya. “Yunho, kau harus membantu persiapan pernikahan kami.”
“Dengan penuh kerendahan hati, aku menolaknya.”
Pletakkk...
Ri-Young menjitak kepalaku, apa dia kira itu tidak sakit?
“Hya! Teman macam apa kau ini?” suara cempreng Ri-Young rasanya... telah merusak gendang telingaku.
“Kalian yang mau menikah, kenapa aku harus ikut repot?”
Heechul hyung mencengkerap bahuku. “Tidak ada alasan untuk menolak. Kau memang harus membantu kami.” kenapa sepertinya aku berada dalam bahaya?
--------------

Ini adalah saat-saat terburuk dalam hidup kami.
Sebulan lagi adalah hari pernikahan mereka, tapi... sebuah kecelakaan telah merengut nyawa Heechul hyung. Tuhan... bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa harus Heechul hyung?

Aku memandang Ri-Young dari balik pintu, dia terlihat sedang melamun di depan jendela kamarnya.
“Ri-Young... kudengar sejak kemarin kau belum makan. Sekarang kau harus makan.” kutarik lengannya, tapi dia menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak lapar.” dia menyandarkan kepalanya pada kaca jendela.
“Ri-Young-ah... menurutmu apa yang akan dilakukan Heechul hyung jika melihatmu seperti ini?”
Dia hanya diam, perlahan butiran air mata jatuh dari pelupuk matanya.
“Ri-Young, sampai kapan kau akan bersikap seperti ini? Ini sudah seminggu sejak kepergiannya, dan lihat dirimu! Kau seperti mayat hidup!”
“Yunho... kumohon... aku ingin sendiri.”
“Dan membiarkanmu mati konyol?” kutarik tubuh Ri-Young dengan kasar, tak kuhiraukan ringisannya. “Park Ri-Young! Sadarlah! Kau masih punya kehidupan! Aku tidak akan pernah membiarkanmu terpuruk seperti ini.”
“Apa yang harus kulakukan? Kehidupanku terasa hampa tanpanya!” teriakan Ri-Young seakan menyayat hatiku.
Kubiarkan tubuhnya merosot ke lantai, tangisannya pecah, bisa kulihat tubuhnya yang bergetar hebat, meringkuk tak berdaya. Inikah Ri-Young yang ku kenal? Kenapa dia terlihat begitu rapuh? Heechul hyung kau salah telah meninggalkannya, kau membuatnya jadi seperti ini.
Perlahan kutarik tubuh Ri-Young, merengkuhnya dalam pelukanku. Bisa kurasakan kemejaku mulai basah karena air matanya.

“Yunho... apa yang harus kulakukan? Kenapa dia tidak membawaku ikut bersamanya saja?”
“Jangan bicara hal-hal konyol seperti itu! Benar-benar bukan gayamu, Park Ri-Young-ssi!”
“Kenapa dia meninggalkanku? Kenapa dia membiarkanku sendiri?”
“Kau masih punya aku, ingat itu.”
Bisa kurasakan dia menggelengkan kepalanya, “Dia segalanya dalam hidupku, kau tahu itu.”
“Kau juga pernah mengatakan itu padaku.”
“Kalian berdua punya kedudukan yang berbeda.”
“Apa bedanya?”
“Dia... satu-satunya orang yang kucintai dengan sepenuh hati.”
Aku menghela napas pelan, bagaimana mungkin aku bisa melihat sahabatku seperti ini? Apa yang harus kulakukan?
“Kalau begitu, belajarlah mencintaiku.”
Detik itu juga Ri-Young mendorong tubuhku, matanya berkilat-kilat, memancarkan perasaan tidak sukanya.
“Aku tidak akan pernah melakukan hal itu.”
“Kenapa? Kau selalu mendorongku untuk membuka hatiku pada seorang yeoja bukan? Jadi... apa salahnya?” aku berusaha bersikap tenang, meski dalam hati aku juga tidak menyukai ide gila ini.
“Selamanya kita adalah sahabat.”
“Aku tahu.”
“Lantas?”
Aku mengedikkan bahu pelan. “Mungkin... hanya aku yang bisa mengantikan posisi Heechul hyung.”
“Dia tidak akan pernah tergantikan!”
“Aku sependapat denganmu. Tapi... aku ingin mewakili hyung untuk menjagamu.” kugenggam tangannya erat. “Park Ri-Young, menikahlah denganku.” kulihat dia membelalakkan matanya lebar.
“Jung Yunho... pergilah! Aku tidak ingin mendengar semua omong kosongmu.”
“Aku serius. Jadi... tolong pikirkan kembali kata-kataku.”
Kuhela napas pelan, saat melihatnya memalingkan wajah dariku. Sejurus kemudian aku beranjak pergi, memberinya waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya.
========

Lima bulan. Benar, sudah lima bulan aku menikah dengan Ri-Young, sahabatku sendiri.
Aku masih ingat betul, bagaimana dia menentang pernikahan ini, bagaimana kami semua membujuknya untuk hidup bersamaku. Usaha kami tidak sia-sia, pada akhirnya Ri-Young menyerah.
Meskipun pada kenyataannya... kami tidak saling mencintai satu sama lain, tapi... perasaan kasih sayang terhadap sahabat mampu mempertahankan kehidupan rumah tangga kami.
Aku tersenyum simpul, jujur saja aku belum pernah menyentuhnya, hebat bukan? Aku hanya ingin melindungi Ri-Young, tidak lebih. Karena bagiku dia adalah sebuah amanat dari Heechul hyung, yang harus selalu ku jaga.

“Yunho! Makanan sudah siap.”
Kudengar suara teriakan Ri-Young dari arah dapur. Dengan cepat aku berjalan ke arah meja makan.
“Kau ini, sekali-kali memanggilku dengan lembut bisa tidak?”
“Cih! Cepat makan.”
“Ri-Young-ah... apa kau tidak mau memiliki anak?” detik itu juga kulihat Ri-Young tersedak.
“Uhukkk... uhukkk... uhukkk...” kusodorkan segelas air padanya, menepuk-nepuk punggungnya.
“Kau... ingin punya anak?”
“Ehmmm... begitulah, kau tahu sendiri aku benar-benar bosan mendengarkan ocehan orang tua kita.”
“Siapa suruh kau memaksaku menikah denganmu?”
“Aku tidak pernah berfikir mereka akan secerewet itu mengenai... masalah keturunan.”
“Yunho...” dia menunjukkan wajah memelas, “Aku belum siap.”
“Aku tahu.” kugaruk tekuk leherku. “Kurasa... aku juga belum siap.”
“Lalu kita harus bagaimana?”
“Ehmmm... bagaimana kalau kita mengadopsi anak?”
Pletakkk...
Aku mengusap kepalaku, dan mengerucutkan bibirku, kenapa dia suka sekali main kasar?
“Kau gila? Kita tidak mungkin melakukan hal itu. Ini sama saja bunuh diri. Kau mau membuat scandal, Tuan Jung Yunho?”
Aku mendesah pelan, bagaimanapun juga benar apa yang dikatakannya. “Lalu?”
“Tunggu sampai kita berdua benar-benar siap.” bisa kudengar nada tegas dari suara Ri-Young.
--------------

Aku menatap wajah Ri-Young dalam, mencari keraguan dalam matanya.
“Kau benar-benar sudah siap?”
Ri-Young mengangguk pelan. “Apa kau mencintaiku?”
Kuangkat sebelah alisku. “Kenapa bertanya seperti itu?”
“Formalitas, aku tidak mungkin menyerahkan sesuatu yang berharga dalam diriku pada orang yang tidak mencintaiku.”
Aku tidak bisa menahan tawaku, saat mendengar kata-katanya yang sangat lugas.
“Kau ini istriku, ingat itu.”
“Hadeh... siapapun juga tahu kalau aku ini istrimu, dan kau itu suamiku!” tukasnya tajam. “Sekali lagi kutanya kau mencintaiku?”
“Sejujurnya... aku memang mencintaimu, tapi hanya sebatas sahabat, kurasa... tidak lebih.” aku menggaruk pelipisku.
“Great! Aku juga mencintaimu sebatas itu. Kau tahu sendirikan Heechul oppa masih memiliki kedudukan tertinggi di hatiku.” kulihat Ri-Young menggigit bibir bawahnya. “Ehmmm... lalu kita melakukan ini atas dasar apa? Sebuah tuntutan keluarga? Kurasa ini tidak terlalu adil bagi anak kita kelak.” bisa kudengar dia mendesah pelan.

“Bagaimana kalau... atas dasar persahabatan?”
Ri-Young mengeryitkan dahi, “Kau mau menodai persahabatan kita?”
“Baik, kalau begitu atas dasar nafsu saja, bagaimana?”
“Aku tidak pernah bernafsu padamu!”
Kutatap matanya lekat-lekat. “Benarkah?” aku menyunggingkan sebuah senyuman menggoda padanya.
“Ada apa den...”
Dengan cepat kudaratkan sebuah ciuman di bibirnya. Well, ini ciuman kedua kami, pertama tentu saja saat pernikahan, aku harus mencium mempelai wanita bukan?
Bisa kurasakan tangannya mencengkeram kerah bajuku dengan erat. Hey! Apakah ciumanku begitu hebat? Ataukah ini artinya... sebuah lampu hijau untukku?
Sejurus kemudian kelepaskan ciumanku. “Kurasa... aku punya alasan kenapa kita melakukan ini?”
“Apa?”
“Suatu kebutuhan, dan itu berjalan secara alami.”
Ri-Young tertawa lepas. “Kebutuhan? Baiklah, itu tidak terlalu buruk.” kulihat Ri-Young menghela napas panjang. “Oke, kurasa... aku siap melakukannya.”
Perlahan kurengkuh wajah Ri-Young, mengusap bibirnya dengan ibu jariku, tanpa sadar aku tersenyum, saat melihatnya menutup kedua matanya.
Kukecup bibirnya lembut, sangat lembut, mencoba memberinya rasa nyaman, sebelum akhirnya kulumat seluruh permukaan bibirnya. Lagi-lagi aku tersenyum dalam hati, saat mendapati dia membalas tiap ciumanku.
Heechul hyung apa perbuatan kami sama saja dengan menghianatimu? Tapi untuk kali ini, hanya kali ini saja, aku tidak ingin memikirkan hal itu.
Lewat ciumanku, kuluapkan semua perasaan cintaku padanya, perasaan cinta pada seorang sahabat, yang sangat ingin kulindungi. Kubiarkan semuanya mengalir begitu saja, seperti kataku tadi, semua berjalan secara alami.
========

Sekarang Ri-Young tengah hamil, dan memasuki usia kandungan yang kedelapan.
Apa aku harus berbangga diri? Hanya sekali aku melakukannya, dan langsung membuahkan hasil. Hebat bukan?
Ada beberapa sisi positif untuk masalah ini. Menilik dasar dari pernikahan kami, setidaknya... aku tidak perlu melakukannya berkali-kali hanya untuk mendapatkan keturunan bukan? Aku juga tidak akan terus dihinggapi perasaan bersalah karena menghianati Heechul hyung. Dan yang paling penting, aku masih bisa menjaga Ri-Young, juga... buah hati kami.
========

“Donghae...” Aku berlari mengejar bocah usia 5 tahun di taman belakang rumah. “Hya! Kena kau!”
Bisa kudengarkan suara tawanya yang polos, membuat hatiku seakan disirami oleh mata air dari pegunungan yang sejuk.
“Appa... kau curang...” rengeknya.
“Mwo? Appa curang?” kugelitik perut donghae.
Bisa kudengar suara tawanya yang lepas. “Appa... ampun...” teriaknya disela-sela suara tawanya yang pecah, akibat kegelian.
“Masih mau bilang appa curang?” kulihat Dongahe menggelengkan kepalanya. “Bagus! Kau saja yang tidak bisa berlari dengan cepat. Kakimu itu sangat pendek, sama seperti eommamu.”
Pletakkk...
“Awwww...” pekikku, dan saat menoleh, kudapati ternyata Ri-Young yang telah menjitak kepalaku. “Kenapa menjitakku?”
“Kenapa menghina kakiku?”
“Kau memang lebih pendek dariku!”
“Hya! Kau saja yang terlalu tinggi!”
Pletakkk...
“Awwww...” ringisku, kulihat Ri-Young berjalan masuk ke dalam rumah. “Kenapa kau suka sekali menjitakku?” teriakku.
“Hahaha...” Dongahe tertawa lepas, melihatku yang sedang disiksa eommanya.
“Bocah... kau menertawakan appa?” aku mulai memasang kuda-kuda untuk menangkapnya, “Kali ini aku akan membuatmu mati kegelian Jung Donghae.”
“Aaaaa... ampun appa...”
========

“Ri-Young mengalami kecelakaan.” seketika tubuhku terasa lemas, ponsel yang sedang ku genggam jatuh begitu saja.
Tanpa pikir panjang aku berlari keluar dari ruanganku, menuju tempat parkir.
Aku sempat kesulitan mencari mobilku.
“Hya! Di mana kalian pindahkan mobilku?” teriakku dengan nada frustasi.
Tidak tahukah mereka aku sedang buru-buru.
“Maaf direktur Jung, mobil anda...”
“Aish...” tak kuhiraukan kata-kata penjaga tempat parkir itu. Dengan cepat aku berlari keluar area parkir, menyetop sebuah taksi yang kebetulan lewat.
--------------

Kulihat Tubuh Ri-Young yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Keadaannya cukup kritis, kami sudah berusaha sebaik mungkin.”

Perlahan, dia mulai membuka matanya.
“Ri-Young...” kugenggam tangannya dengan erat. “Bagaimana perasaanmu? Kau butuh sesuatu?”
Ri-Young menggeleng lemah.
“Akan kupanggilkan dokter.”
Kurasakan Ri-Young menahan lenganku. “Yunho...” bisiknya lirih. “Jangan pergi...”
“Aku tidak pergi, aku akan tetap di sini.”
Kulihat Ri-Young berusaha menyunggingkan senyumannya. “Yunho... berjanjilah padaku... kau akan menjaga Donghae, dan memberinya seluruh kasih sayang, meski tanpa keberadaanku di sisi kalian.”
“Kau ini bicara apa? Kau akan baik-baik saja.”
Kulihat dia menggelengkan kepalanya. “Sepertinya Heechul oppa akan segera menjemputku.” bisiknya lirih, sebuah senyuman tersungging di sudut bibirnya yang terlihat pucat.
Tanpa sadar aku meneteskan air mata, “Ada apa denganmu? Kau tega meninggalkan Donghse? Kau tega meninggalkanku?” kuusap pipinya lembut.
“Yunho... aku mencintaimu, sangat mencintai putra kita, tapi... jauh di dasar hatiku kedudukan Heechul oppa masih menempati urutan pertama.”
Kuberikan senyuman terbaikku padanya. “Aku tahu itu.”

Bisa kurasakan perasaan sakit menelusup di sudut hatiku, bukan karena cemburu dengan kata-katanya, tapi... karena menyadari bahwa dia akan segera meninggalkanku.
“Yunho-ah... terima kasih untuk segalanya.” kukecup pipinya lembut, bisa kudengar suara kekehan pelan yang keluar dari mulutnya. “Ternyata... hidup bersamamu tidak terlalu buruk.”
“Kalau begitu teruslah hidup bersamaku.” bisikku tepat di telinganya.
“Maaf...”
“Jangan minta maaf padaku!”
“Sampaikan peluk dan ciumku untuk Donghae.”
“Aku tidak mau!”
“Katakan padanya aku sangat mencintainya.”
“Sudah kubilang aku tidak mau! Sampaikan saja sendiri apa yang ingin kau katakan padanya.” perlahan mata Ri-Young mulai tertutup. “Ri-Young-ah... aku sedang tidak ingin bercanda! Baik-baik akan kusampaikan pada Donghae, sekarang cepat buka matamu! Hya! Jung Ri-Young!”

»»»»®««««


“Yunho...”
Sayup-sayup kudengar suara jernih tengah memanggil namaku. Ri-Young? Bukan. Suara ini jauh lebih lembut bagi pendengaranku.
“Jung Yunho-ssi...”
Siapa yang memanggilku? Kenapa hatiku merasa damai, saat mendengarnya menyebut namaku? Apakah ini suara malaikat? Ri-Young, Heechul hyung, kalian mengirimkan malaikat untukku?
“Jung Yunho-ssi... kumohon bangunlah...”
Eh? menyuruhku bangun? Bahkan sekarang aku bisa merasakan guncangan di tubuhku? Dengan perasaan enggan kubuka kedua mataku.
Seketika aku membelalak lebar. Saat kudapati sepasang bola mata yang indah sedang menatapku. Untuk sesaat rasanya aku terhipnotis dengan tatapan mata itu. Hya! Jung Yunho apa yang sedang kau pikirkan? Dengan cepat aku bangun dari posisi tidurku.
“Kau? Kenapa kau ada di sini?”


*** TBC ***

Wkakaka...
Supporting cast yang lain mianhe kagak ada yg nongol dulu fufufu~
Ehmmm... Part ini membosankan? Dijamin part selanjutnya bakal lebih membosankan lagi Buahahaha... #Plakkkk....
Well, cukup banyak yang tak bongkar yo... *Garuk2 pantat hae(?)*
Yang kemarin tanya siapa hyungnya Kyuhyun, dah tahu jawabannya kan? *senyum paling manis* Kenapa Jung halmoni ngebet pengen nikahin JiHee ma Yunho mulai ketahuan kan? *senyum paling licik* Kenapa Yunho bisa punya anak di usia muda juga dah ketahuan kan? *nyegir gaje* Perasaan Yunho ke JiHee dah ketahuan belum? *senyum misterius*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar