Jumat, 28 Oktober 2011

«» Like a Song «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Park Ri-Young
                     Kim HeeChul
Genre : Fluff-Romance / Straight
Rated : PG-16
Length : OneShoot
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
Perhatian!!! Membaca ff ini bisa menyebabkan muntah kodok(?), mata mulas(?), perut pusing(?), dan kepala iritasi berat(?). Keterangan lebih lanjut hubungi Rumah Sakit Jiwa *Langsung dimutilasi massa*
=================


* Ri-Young POV *

Aku berdiri di balik pintu, ruang kesenian. Kupejamkan mataku, menikmati alunan musik dari dentingan piano, yang diiringi dengan suara jernih pemainnya.
Senyumku terkuar begitu saja, saat menyadari permainannya telah usai. Namja itu, Kim Heechul, selalu bisa membuatku terkagum-kagum padanya.
Ckelekkk...
Kulihat dia menoleh ke arahku. “Kau sudah datang?” aku tersenyum simpul. “Bagaimana kelasmu hari ini?”
“Tidak ada yang special.” aku duduk di sampingnya, memainkan beberapa tuts piano. “Ujian semakin dekat, banyak bahan yang harus kusiapkan, dan itu semua membuat hidupku terasa semakin monoton.” bisa kurasakan tangan kekarnya mulai mengacak rambutku.

“Kau memang seorang guru yang baik.” entah mengapa kata-katanya membuatku sedikit tersipu.
“Eh... tadi lagu baru?”
Dia tersenyum, dan mengangguk pelan, “Bagaimana menurutmu?”
“Bagus.”
“Hanya bagus?”
“Excellent.”
Lagi-lagi dia tersenyum, harus ku akui, aku... sangat menyukai senyumannya.
“Kau menyukainya?” aku hanya tersenyum simpul, “Mau mendengarkannya lagi?”
“Tunggu sebentar.” aku memindahkan posisi dudukku, membelakanginya, dan bersandar di punggungnya. “Oke, aku siap mendengarkannya.” bisa kudengar suara kekehannya, tapi... siapa yang peduli?
Kupejamkan mata, saat suara dentingan piano mulai menggema di seluruh ruangan. Seolah ada sebuah gemuruh di dadaku, yang perlahan berubah menjadi sebuah perasaan nyaman, setiap kali mendengar permainannya. Dia ini Kim Heechul, pencipta lagu yang sedang naik daun, dan saat ini aku sedang menikmati karya terbarunya, secara gratis? Benar-benar sulit dipercaya bukan?
Well, sejujurnya... aku tidak pernah menyangkan bahwa pada akhirnya kami akan menjalin sebuah hubungan.


== -Flashback, 4 Tahun yang Lalu- ==

“Park Ri-Young.”
Kuhentikan langkahku, menoleh ke belakang, eh? Ada apa dosen Lee memanggilku?
“Ne?”
“Bisakah kau menolongku?”
“Menolong?”
Oke, dosen Lee Ji-Hee adalah dosen termuda di jurusanku, dia tipe yeoja yang ramah, bahkan terlalu ramah, sampai-sampai banyak temanku yang mengincarnya ckckck...
“Bisakah kau menggantikanku?” aku memiringkan kepala, masih belum menangkap jelas apa maksudnya. “Maksudku, kau menggantikanku mengajar di Seoul Arts High School.”
“Mwo?”
“Aku harus menghadiri seminar di luar kota.” kulihat wajah dosen Lee yang sedikit memelas, “Ri-Young, kau adalah murid dengan peringat tertinggi di kelasku, aku percaya dengan kemampuanmu. Lagipula... ini bisa kau jadikan sebuah pengalaman, anggap sebagai batu loncatan, bukankah kelak kau ingin mengajar?”
“Jujur saja, ini tawaran yang cukup menggiurkan tapi...”
“Oh... ayolah, hanya dua minggu, dan lagi... kau tidak sendiri, aku sudah meminta seseorang untuk menemanimu, dengan begitu... kalian bisa melakukan diskusi.”
“Ehmmm... siapa?”
“Kim Heechul.”
Kuputar otakku, sedikit menerawang jauh. “Sepertinya aku tidak mengenalnya.”
“Kau memang tidak mengenalnya, dia satu tingkat di atasmu.”
“Sepertinya akan sulit bagi kami untuk beradaptasi.” aku menggaruk tekuk leherku, merasa kurang nyaman dengan ide ini.
“Kurasa kalian pasti bisa cepat akrab.” dosen Lee tersenyum manis. “Kalian punya persamaan.” aku mengerutkan dahi, “Sama-sama murid favoriteku.”
Aku membulatkan mataku. “Mana ada alasan seperti itu?”
Dosen Lee terkekeh pelan. “Buktinya... sekarang ada bukan? Ah... aku harus mengajar.” dosen Lee melirik jam di pergelangan tangannya. “Oya... akan kuberikan jadwalnya saat di kelas. Sampai jumpa nanti siang.”
========

Kulirik jam di pergelangan tangan kiriku, sepuluh menit lagi kami harus masuk kelas, tapi orang yang di maksud dosen Lee belum muncul juga. Berapa lama lagi aku harus berdiri di depan gerbang seperti ini? Hadeh...
“Park Ri-Young?” aku langsung menoleh, saat mendengar namaku disebut. “Apa kau Park Ri-Young?”
Aku mengangguk palan, “Kau Kim Heechul?”
Kuputar bola mataku, saat dia menatapku dari atas sampai bawah dengan pandangan menilai? Wow... sopan sekali namja di hadapanku ini? Thanks dosen Lee.
“Sudah hampir terlambat. Ayo cepat kita masuk!”
Aku hanya bisa mengerjapkan mata, mendengar nada bicaranya yang terkesan angkuh. Hello, siapa yang membuat kami hampir terlambat? Oke, beruntung sekali aku, bisa memiliki patner sepertinya, dia bahkan melewatiku begitu saja dan berjalan menuju gedung sekolah, meninggalkanku? Great!
========

Oke, ini sudah hari keempat aku berada di sekolah ini.
Tahu bagaimana hubunganku dengan 'patnerku' itu? Sangat buruk, kami sama-sama tipe orang yang acuh, asal kalian tahu, hampir tidak ada percakapan di antara kami, selain di saat-saat yang mendesak tentunya. Well, aku memang bukan tipe yeoja yang bisa beradaptasi dengan orang baru, lebih tepatnya aku tidak terlalu suka berbasa-basi, menurutku itu terlalu... merepotkan. Ehmmm... apakah sikap cuekku menjadi suatu keberuntungan untukku? Setidaknya... aku tidak terlalu merasa sakit hati dengan sikap dinginnya itu bukan?

Kuhentikan langkahku tepat di depan ruang musik. Bisa kudengar dengan jelas suara dentingan piano yang... merdu? Tidak lebih dari itu, ini sangat lembut, sedikit menghanyutkan menurutku, dan saat ini... seakan tubuhku ditarik oleh magnet yang begitu kuat, hingga aku tidak bisa berhenti untuk terus menikmati alunan suara ini.
Tidak heran jika Seoul Arts High School menjadi sekolah favorite, ternyata... penghuninya bisa memainkan suara seindah ini. Perlahan kubuka pintu ruang musik, aku ingin tahu siapapun orang itu.
Aku terbelalak, tubuhku terasa membeku, untuk pertama kalinya aku merasa sangat mengaguminya, benar, tanpa ragu akan ku katakan, aku mengagumi permainan seorang Kim Heechul.

“Sejak kapan kau berdiri di situ?”
Suara namja itu membuyarkan seluruh lamunanku.
“Ehmmm... cukup lama.”
“Kenapa tidak masuk saja?”
“Hanya tidak ingin mengganggu permainanmu.” aku mengedikkan bahuku pelan, “Tidak kusangka kau bisa... well, permainanmu sangat bagus.”
Untuk pertama kalinya aku melihatnya tersenyum, mungkin ini terdengar sangat konyol, tapi... aku lebih menyukai wajahnya yang di hiasi dengan senyuman seperti ini.
“Kau menyukainya?” aku mengeryitkan dahi, dan mengangguk pelan. “Itu tadi ciptaanku.”
Aku membulatkan mata, “Wow...”
“Suatu saat nanti, aku pasti akan menjadi seorang pencipta lagu.” ucapnya lirih, dan kembali memainkan beberapa tuts piano.
Kurasa... pandanganku tentangnya perlahan mulai berubah.
========

Kim Heechul, nama yang mulai berkeliaran di sekelilingku sejak... tujuh bulan yang lalu. Aku tersenyum saat mengingat... sebuah inseden kecil yang membuatku menjadi cukup dekat dengannya. Aku tidak pernah berfikir ternyata... banyak hal-hal yang terkesan remeh, tapi bisa membuat kami cocok satu sama lain. Jujur saja, aku memang tidak mudah berbaur dengan orang baru, tapi saat aku merasa cocok, kurasa pembicaraan kami tidak akan pernah ada habisnya. Iyup... seperti sekarang ini, meskipun dia sedang sibuk dengan skripsinya, tapi... hampir setiap hari kami saling kontak, dan tidak bisa dipungkiri itu terasa menyenangkan.

“Hey! Kenapa kau tidak menjadi penyanyi saja? Suaramu cukup merdu, menurutku.” tanyaku, saat kami berada di ruang kesenian, kampus kami tentunya.
“Aku tidak tertarik.” kulihat dia mengedikkan bahunya pelan. “Ada seseorang yang pernah berkata padaku, kita harus menggenggam semua impian kita.” dia mengucapkan kata-kata itu sambil memainkan tuts piano. “Kurasa... musik adalah impianku.” sambungnya.
“Karena itu kau ingin jadi pencipta lagu?”
“Sepertinya.” aku mengeryitkan dahi, mendengar jawabannya yang terkesan datar. “Apa kau tahu? Hidup seperti sebuah lagu, tercipta untuk suatu keindahan.”
“Benarkah? Bagaimana dengan lagu-lagu sedih?” kunaikkan daguku.
Heechul menghentikan permainan pianonya, menatapku lekat-lekat, sepertinya dia mau serius beragumen, oke aku siap mendengarnya.
“Tidakkah kau tahu, saat sebuah lagu sedih tercipta, saat kedua pasang telinga kita mendengarkannya, akan ada sebuah perasaan aneh yang berusaha mengelitik relung hati, dan saat lagu itu berakhir, tanpa sadar kita akan mengumamkan kata 'indah' untuk lagu itu.” aku tersenyum mendengar argumennya. “See? Lagu tercipta untuk suatu keindahan bukan?”
“Filosofi yang aneh, tapi aku menyukainya.”
Dia tertawa lepas, mengacak rambutku, kemudian kembali memainkan beberapa tuts piano.
Kim Heechul, namja aneh yang terkesan tidak mau kalah. Menilik semua sikap angkuhnya, kurasa... dia adalah teman yang cukup baik.
========

“Ri-Young-ah...”
Kulihat Heechul melambaikan tangannya padaku. Wow... dengan toga yang ia kenakan, membuatnya terlihat err... keren. Ah... aku jadi tidak sabar ingin mengenakannya juga.
“Kau lihat saat aku diwisuda?” aku mengangguk pelan.
“Selamat.”
“Terima kasih.” seperti biasa dia mengacak rambutku. “Ayo!” dia menarik lenganku.
“Kemana?” tanyaku bingung.
“Akan kuperkenalkan kau dengan orang tuaku.”
“Haruskah?”
“Tentu saja.”
“Ehmmm... bagaimana kalau lain kali saja?”
“Tidak bisa, setidaknya mereka harus melihatmu.”
“Kau aneh.”
“Apanya yang aneh? Aku hanya ingin orang tuaku mengenalmu, orang yang paling special bagiku.”
Aku menghempaskan tangannya, “Tunggu dulu! Apa maksudmu?”
“Oh... ayolah Ri-Young!” kunaikkan daguku. “Oke, kita sudah cukup lama berteman.” kulipat tanganku di depan dada, bisa kudengar suara helaan napasnya. “Kita cocok satu sama lain, aku merasa nyaman saat berada di dekatmu. Well, bagaimana kalau kita berkencan saja?”

Aku membulatkan mataku, tidak percaya dengan pendengaranku sendiri. “Kau bercanda?”
“Park Ri-Young, memangnya kau tidak pernah berfikir untuk menjalin hubungan lebih dengaku?”
Oke, aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta. Err... sejujurnya aku pernah sedikit berfikir seperti itu, tapi langsung kutepis jauh-jauh.
“Kurasa... perasaan nyaman tidak cukup untuk memulai sebuah hubungan.”
Kulihat dia tersenyum lembut. “Tapi sebuah perasaan nyaman mampu membentuk sebuah hubungan.”
“Kau yakin sekali?”
“Aku yakin jika itu denganmu. Ayolah Ri-Young, aku sudah menekan seluruh harga diriku untuk mengajakmu berkencan.”
Kuputar bola mataku. “Cara yang aneh untuk menembak seseorang. Benar-benar tidak romantis.”
Dia terkekeh pelan. “Kurasa kau akan lari ketakutan jika aku menggunakan cara romantis.”
Sial! Kata-katanya tepat sasaran. “Cih!” aku mendengus kesal.
“Well, kuanggap kau setuju dengan tawanku. Mulai sekarang kita resmi berkencan.”
Bisa kurasakan wajahku mulai memanas. “Aku belum mengiyakannya.”
“Ayo cepat.”
Kali ini dia menggenggam tanganku erat, dan menarikku untuk mengikutinya. Sepertinya aku harus... mulai menyiapkan mental, ini benar-benar gila!

== -End of Flashback- ==


Semua lamunanku buyar saat kurasakan tubuhku oleng ke belakang.
“Aaaaa...”
Sial! Dia sengaja menarik tubuhnya, membuatku yang sedang bersandar di punggunya langsung kehilangan keseimbangan.
Greppp...
Bisa kulihat refleksnya yang cukup bagus, dengan cepat dia bisa menangkap tubuhku.
“Kau harus lebih berhati-hati.” ucapnya sambil menyerigai.
Kudorong tubuhnya, dengan perasaan jengkel kupukul lengannya.
“Menjengkelkan!”
Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat, saat mendengar suara tawanya yang menggelegar.
“Ri-Young-ah...”
“Hemmm...”
Kulihat senyuman di sudut bibirnya. “Berapa lama kita pacaran?”
Kuputar bola mataku. “Ehmmm... sekitar tiga tahun.”
“Tiga tahun? Apa kau merasa jenuh dengan hubungan kita?”
Aku mengeryitkan dahi. “Maksudmu?”
“Bagaimana kalau kita akhiri saja hubungan kita?” aku hanya bisa bengong mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. “Aku hanya merasa kita berdua telah cukup mengenal, jadi... apa salahnya jika kita akhiri hubungan ini, dan memulai sebuah hubungan baru.” jujur, aku masih belum bisa mencerna dengan baik setiap kata-katanya. “Hey! Bodoh! Aku sedang melamarmu.”
Sepertinya nyawaku mulai terkumpul kembali, “Kau gila?” pekikku tertahan.
Kudengar tawanya kembali menggelegar. “Aku serius Park Ri-Young, maukah kau menikah denganku?” bisa kurasakan tangan hangatnya menggenggam tanganku dengan erat.
“Ini gila, kau selalu saja seenaknya sendiri. Menikah? Yang benar saja? Aku tidak mungkin mau.” teriakku penuh emosi. Tangannya menarik tubuhku, mendekapku dengan erat, mencoba menenangkanku. “Kau dengar ini Kim Heechul! Aku tidak mungkin mau... menolaknya.”

“Mwo?”
“Aish! Kenapa kau berteriak di telingaku?” kupukul lengannya dengan keras.
“Kau menerima lamaranku?”
“Sepertinya... aku harus meralat ucapanku.” aku menggelengkan kepala pelan. “Karena kurasa kau tidak berha...”
Mulutku terkunci dengan sempurna, bisa kurasakan bibir lembutnya bergerak di atas pemukaan bibirku, perlahan aku mulai memejamkan kedua mataku, menikmati permainannya.
Bisa kurasakan tangan kekarnya melingkar di pinggangku, berusaha menarikku agar lebih dekat dengannya. Ya Tuhan... jantungku... jantungku berdebar dengan cepat... sepertinya bunyi jantungku bisa menjadi sebuah melodi(?) Apa dia bisa mendengarnya? Kuharap jangan! Itu hal yang sangat memalukan.
Sejurus kemudian, dia mulai melepaskan ciumannya. “Terima kasih.” bisiknya lirih, kemudian kembali mendekap tubuhku, memberikan sebuah kehangatan di hatiku.
Bisa kurasakan sebuah percikan bunga api sedang meletup-letup di dadaku, sedikit membuatku sesak napas, tapi terasa sangat indah. Seperti sebuah lagu yang selalu dia ciptakan, Kim Heechul telah membuat hidupku jauh lebih berwarna.


**** The End ****

Wkakaka...
Mau lanjutin MS or BL, tapi sayang... otakku lagi buntu *Geleng2 pala bareng Hae*
Endingnya... yang muncul di otak “Aku mau bikin cerita OneShoot titik. Gak pke koma, tanda tanya, apalagi tanda seru.” wkakakaka... #Plakkk...
Nah lho... pada bingung ma ceritanya kan? Sama aku juga bingung buahahaha...
Well, special for Rinko, dan Link *senyum paling licik*
Ah... buat semua reader juga hehehe... ^^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar