Kamis, 20 Oktober 2011

«» Beautiful Life ® Chapter 5 «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji Hee
                     Jung YunHo as Jung YunHo
                     Lee DongHae as Jung DongHae
Support Cast : Shin Hyun Gi
                           Kang So Hwi
                           LeeTeuk
                           Cho KyuHyun
Genre : Drama-Romance / Straight
Rated : PG-13
Length : Chapter 5 / Of ?
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, jika ada kesamaan, Nama(?) *maaf, ini mah sengaja, aku emg pke namkor temen2ku :P* Karakter(?) *mungkin aja kan?* Tempat(?) *ya... siapa tahu?* Peristiwa(?) *ehm... kayaknya kemungkinan kecil dah wkakaka...*
Hey! Siapa suruh kebetulan mirip ma imajinasiku? Nah... lho? *Langsung digorok massa*
Well, happy reading aja dah (^^v)
====================


Tunggu dulu, kau tidak bertunangan dengan Donghae?” Ji-Hee mengangguk pelan. “Tapi keluarga Jung yang kau maksud, adalah keluarga Donghae bukan?” Ji-Hee mengangguk lagi. “So?”
Aku bertunangan dengan Jung Yunho.”
Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu.” Hyun-Gi mengusap dagunya.
Jung Yunho... appa dari Donghae.” ucap Ji-Hee dengan nada datar.
Hyun-Gi menatap wajah Ji-Hee, dan membelalakkan matanya. “Mwo?”
Begitulah.” ucap Ji-Hee terlihat sedikit acuh.
Hyun-Gi meletakkan tangannya di bahu Ji-Hee, “Katakan kau bercanda!” Hyun-Gi menguncang bahu yeoja yang saat ini di hadapannya itu.


Aku juga ingin mengatakan itu, tapi...”
“Gila! Bagaimana bisa kau... Aish! Bagaimana dengan Donghae?”
“Menurutmu?”
Dia akan terpukul, saat tahu kau telah memiliki tunangan, tapi... kurasa saat ini dia pasti jauh lebih terpukul.” Hyun-Gi menyandarkan tubuhnya di dinding. “Yeoja yang di sukainya... adalah calon ummanya? Aku tidak pernah mengira akan jadi seperti ini.” Hyun-Gi menatap wajah Ji-Hee lekat-lekat. “Tunggu dulu! Kau tidak menyukai 'calon anakmu' bukan?” Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya.
Ji-Hee menghela napas pelan. “Entahlah.”
Bisa jelaskan dengan kata-kata yang mudah kupahami?” Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya.
Jujur saja, aku... sempat tersentuh dengan semua sikap manisnya padaku.” Ji-Hee menunduk, menatap gelang di tangan kanannya dengan senyum miris.
==============


* Donghae POV *



Kulihat Ji-Hee berjalan masuk ke dalam kelas, dia menundukkan kepalanya.
Kuhela napas pelan, mataku masih belum bisa lepas dari sosoknya, sosok yeoja yang... hampir dua tahun ini telah mencuri seluruh perasaanku, hingga tidak ada tempat bagi orang lain di hatiku. Setiap gerak-geriknya telah menyedot seluruh perhatianku, membuatku seperti orang buta yang kehilangan arah, saat sosoknya mulai kabur dalam pandanganku.
Umma? Kata yang sejak 10 tahun yang lalu selalu ingin kuucapkan, selalu ingin kurasakan keberadaannya. Tapi... kenapa sekarang aku sangat membenci kata itu? Lagi-lagi jawabanya adalah Lee Ji-Hee, menggelikan bukan?
Apa yang harus kulakukan? Membiarkannya begitu saja masuk dalam kehidupanku? Tapi tidak bisa memilikinya secara utuh hanya untuk diriku sendiri? Benar-benar membuatku naik darah.

Baru kali ini aku merasa sesak duduk di kursi belakang.
Karena dengan duduk di sini, aku bisa melihat Ji-Hee dengan lebih jelas, melihat apa yang selamanya tidak akan kumiliki, melihat... calon ummaku.
Apa dengan begini aku jadi membencinya? Tidak ingin melihat sosoknya? Jawabanya tidak! Sampai saat ini, Ji-Hee masih memenuhi seluruh ruang di hatiku. Hanya saja... alangkah lebih baik jika saat ini aku bisa membencinya. Mungkin dengan begitu... rasa sakit ini akan lebih mudah ku buang jauh.
Kupejamkan mataku rapat-rapat, sama sekali tak kuhiraukan semua ocehan Lim seonsaengnim, karena suaranya benar-benar membuat kepalaku mau pecah.
Dengan cepat aku berdiri.
Srakkk...
Suara gesekan kursiku dan lantai ternyata cukup nyaring, hingga membuat semua kepala langsung menoleh padaku.

Donghae? Ada apa?” tanya Lim seonsaengnim dengan wajah bingung.
Apa yang harus kukatakan? Kepalaku pusing karena mendengar ocehannya? Merasa frustasi, karena mataku tidak bisa berpaling dari sosok Ji-Hee? Atau... aku butuh udara segar! Kelas benar-benar membuatku gerah!
Donghae? Kau baik-baik saja?” suara Lim seonsaengnim kembali menggema.
Ah? Oh... hanya sedikit tidak enak badan. Maaf, boleh aku ijin ke ruang kesehatan?”
Perlu di antar seseorang?”
Saat itu juga mataku tertuju pada Ji-Hee. Perlu. Sangat perlu. Aku ingin Ji-Hee pergi bersamaku. “Aniyo... aku bisa pergi sendiri.” bodoh! kali ini aku benar-benar menertawakan diriku sendiri. Ternyata aku tidak bisa bicara dengan gamblang di depan semuanya.
Benarkah?” kulihat Lim seonsaengnim mengeryitkan dahinya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung berjalan keluar kelas, dan tentu saja aku harus melewati bangku Ji-Hee. Sial! Kenapa lagi-lagi nama itu yang berputar-putar di sekelilingku?
--------------

Kurebahkan tubuhku di lantai, atap sekolah, tempat yang selalu di kunjungi oleh Ji-Hee, dan entah mengapa, aku juga menyukai tempat ini, begitu tenang dan damai.
Aku mulai menutup kedua mataku, menikmati semilir angin yang terasa sangat menyejukkan. Dulu, aku pernah iri pada angin di tempat ini, karena bisa dengan bebas memainkan tiap helai rambut Ji-Hee. Tanpa sadar, bibirku telah tertarik dengan sempurna, membentuk sebuah senyuman.
Apa aku benar-benar sudah gila? Hanya karena hal kecil, bisa membuatku melupakan seluruh beban di hatiku? Dan di gantikan dengan sebuah senyuman? Aish... itu tadi hanya... ehm... well, saat aku melewati bangku Ji-Hee, untuk sesaat... aku melihat dengan jelas, gelang pemberianku masih melingkar di pergelangan tangan kanannya. Yang jelas saat ini aku merasa sangat senang. Andai saja aku masih memiliki sebuah kesempatan. Tunggu dulu! Kenapa aku tidak menciptakan kesempatanku sendiri? Mungkin ini... akan terdengar gila, tapi... siapa yang peduli?
========

* Ji-Hee POV *


Srakkk...
Aku sedikit terlonjak, saat mendengar suara gesekan kursi dan lantai yang cukup keras. Dengan cepat aku menoleh ke belakang, tempat sumber suara itu.
Aku langsung mengeryitkan dahi, Donghae? Kenapa dia berdiri seperti itu?
Donghae? Ada apa?” suara Lim seonsaengnim memecah kehiningan.
Kulihat Donghae hanya diam, ada apa dengannya? Kenapa wajahnya terlihat sedikit pucat? Apa dia sakit? Oh... ayolah Ji-Hee, kau tidak perlu bersikap seperti itu! Memangnya kenapa kau merasa cemas? Karena itu adalah Donghae atau... karena dia adalah calon anakmu?
Donghae? Kau baik-baik saja?” kudengar Lim seonsaengnim kembali bertanya.
Ah? Oh... hanya sedikit tidak enak badan. Maaf, boleh aku ijin ke ruang kesehatan?”
Perlu di antar seseorang?”
Deg...
Kenapa dia melihat ke arah ku? Kumohon jangan melihatku dengan tatapan seperti itu! Oh... tidak-tidak... Donghae... jangan berpikir macam-macam!
Aniyo... aku bisa pergi sendiri.”
Tanpa sadar, aku menghembuskan napas lega, syukurlah... dia tidak berbuat macam-macam.
Benarkah?”
Tanpa menjawab pertanyaan Lim seonsaengnim, Dongahe berjalan meninggalkan kursinya.
Aku masih menatapnya, entah dia sadar atau tidak, dan... tinggal beberapa langkah lagi dia akaa melewati bangkuku. Kualihkan pandanganku ke tumpukan buku di atas meja, sesaat sebelum dia berjalan melewatiku. Hey! Kenapa itu membuatku merasa sesak napas? Ya Tuhan... ada apa denganku?

“Ji-Hee... dia baik-baik saja?” bisik Hyun-Gi.
Aku menatap punggung Donghae yang sudah mencapai pintu, kemudian menatap wajah Hyun-Gi. “Aku tidak tahu.” bisikku sambil menggelengkan kepala.
“Kurasa dia... mengalami shock berat.” Hyun-Gi memainkan bulpoin di tangannya. “Apa kau juga merasa tidak enak badan? Mau ku antar ke ruang kesehatan?”
“Jangan gila!” desisku.
“Aku kan hanya menawarkan jasa.”
“Sayangnya aku tidak butuh.”
“Apa karena di ruang kesehatan akan ada Donghae?” bisa kulihat Hyun-Gi menyeringai penuh kemenangan.
“Hyun-Gi, kumohon dengan sangat, jangan me...”
“Ya...ya...ya... aku mengerti.” potong Hyun-Gi. “Padahal... seharusnya kalian masih bisa merubah keadaan.” celetuk Hyun-Gi.
Dengan cepat kusikut lengan Hyun-Gi, dan melotot ke arahnya.
Tahu apa reaksinya? Dia hanya mengangkat bahunya pelan, dan membuat gerakan akan mengunci mulutnya rapat-rapat. Ya Tuhan... dia benar-benar membuatku semakin pusing.
--------------

Lee Ji-Hee! Apa yang kau lakukan di sini? Ada apa dengan dirimu? Ya Tuhan... bahkan kakiku tidak mau bekerja sama dengan otakku?
Kupijit pelipisku, dan kuhela napas pelan. Err... sebaiknya aku harus cepat-cepat pergi dari sini.
Ji-Hee? Apa yang kau lakukan di sini? Butuh sesuatu?”
Aku sedikit terlonjak saat mendengar suara seseorang tepat di belakangku, dengan cepat aku membalikkan tubuhku.
Ah... nona Yoon... kau mengagetkanku.”
Hei-hei... ini wilayahku, ingat itu.”
Hadeh... apa hebatnya punya wilayah ruang kesehatan?”
Bisa kudengar suara kekehan nona Yoon, salah satu petugas kesehatan di sekolah ini. Kami memang cukup dekat, mengingat aku salah satu pengurus kelas yang... sering membawa beberapa temanku mengunjungi tempat sakral ini.

Kau merasa tidak enak badan? Masuklah, hari ini aku benar-benar kurang kerjaan.” gumam nona Yoon, sambil membuka pintu.
Eh? Maksudnya?”
Ada berapa banyak murid di sekolah ini? Kenapa baru kau yang muncul?” gerutunya.
Jadi... tidak ada yang datang kemari?” aku mencoba untuk memastikan.
Eh? Apa Kim Soo-Ae pingsan lagi?”
Bukan-bukan... maksudku... memanganya kau ingin semua murid berbondong-bondong datang ke ruang kesehatan? Petugas kesehatan macam apa itu?” kucoba mengalihkan pembicaraan.
Kudengar suara tawa nona Yoon, “Bukan begitu Ji-Hee-ah... hanya saja... aku jadi tidak punya pekerjaan.”
Kualihkan pandanganku pada dua tempat tidur di ruangan ini, memang tidak ada tanda-tanda telah duduki atau semacamnya. Lalu? Kemana Donghae? Owh... Ji-Hee... untuk apa kau mencarinya?
Ji-Hee... kau mau segelas teh?”
Sepertinya tidak, aku harus pergi. Terima kasih untuk tawarannya.”
--------------

Kembali kulirik tempat duduk Donghae, kemudian beralih pada pintu.
Tinggal 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi, tapi... tidak ada tanda-tanda Donghae akan menampakkan batang hidungnya, kemana dia? Apa terjadi sesuatu dengannya? Oke cukup Ji-Hee! Berhenti memikirkannya! Untuk sejenak, kulirik pergelangan tanganku. Apa aku harus mengembalikannya? Ya Tuhan... ini hanyalah sebuah kado, dan... bukankah aku telah memantapkan hatiku? Membuat keputusan yang terbaik bagi semuanya? Tapi...kenapa... kenapa... aish...
Memikirkan Donghae?”
Hyun-Gi? Sejak kapan kau datang?”
Kau bahkan sampai tidak menyadari kedatanganku?”
Oh... ayolah... jangan mulai lagi.”
Memangnya aku memulai apa?”
Oke, jika saat ini kau berada di posisiku, apa yang akan kau lakukan?”

Kulihat Hyun-Gi menatapku lekat-lekat. “Mungkin... aku akan berhenti membohongi diri sendiri.” kualihkan pandanganku ke luar jendela. Membohongi diri sendiri? Apa aku telah membohongi diri sendiri? “Kau peduli padanya Ji-Hee...” aku kembali menoleh pada Hyun-Gi. “Tahu apa yang kulihat saat ini?” aku menggeleng pelan. “Seorang Lee Ji-Hee yang berusaha memaksakan diri.”
Aku baik-baik saja.”
Kita tidak sedang bicara soal fisikmu.” kugigit bibir bawahku, “Kita bicara soal hatimu.” aku tahu kata-kata Hyun-Gi memang benar tapi... “Ji-Hee, kumohon untuk sekali ini, berhentilah memikirkan perasaan orang lain! Kau juga boleh sedikit egois.”
Egois? Bolehkah? Bukan... lebih tepatnya bisakah aku bersikap egois? Ya Tuhan... kenapa aku merasa ada sesuatu yang menghimpit rongga dadaku? Sakit... terasa sakit...
========

* Author POV *


Bel yang menandakan waktu untuk pulang sekolah telah berbunyi.
Suasana kelas X-3 langsung di selimuti oleh sorak-sorai pada murid, seonsaengnim yang masih berdiri di depan kelas hanya bisa menggelengkan kepala, melihat anak didiknya yang terlalu bersemangat.
So-Hwi, kita pulang sama-sama ya...” ujar teman sebangku So-Hwi, disela-sela kegiatan mereka yang mulai membereskan buku-buku.
Ah... maaf Eun-Kyung... hari ini aku ada sedikit urusan, jadi...” So-Hwi tersenyum manis.
Urusan?” Eun-Kyung menaikkan sebelah alisnya, sejurus kemudian dia menyipitkan matanya. “Jangan bilang... kau masih mau menemui Donghae oppa?”
Bingo!” jawab So-Hwi santai.
Kau sudah gila?” Eun-Kyung membelalakkan matanya. “Ingat Donghae oppa itu... kekasih Ji-Hee unnie. Kau bahkan mendengar sendiri dari mulut Donghae oppa bukan?”
So-Hwi tersenyum simpul, “Kau tenang saja... aku hanya mau memberikan sesuatu.”
Kau benar-benar tidak menyerah?”
So-Hwi hanya mengangkat bahunya pelan, kemudian beranjak pergi, meninggalkan Eun-Kyung yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

So-Hwi berjalan di koridor sekolah, menuju kelas XI-4, kelas Donghae lebih tepatnya.
Langkah So-Hwi terhenti di depan pintu, mencari-cari sosok Donghae, tapi tiba-tiba pandangannya tertuju pada bangku milik Donghae, matanya mulai menyipit, memastikan penglihatannya.
Ji-Hee unnie... dan Hyun-Gi unnie? Apa yang sedang mereka lakukan?” batin So-Hwi.
Ji-Hee... memangnya kau harus melakukan ini?” ujar Hyun-Gi yang berdiri di samping Ji-Hee.
Tidak juga, tapi... apa salahnya bukan? Toh hari ini aku akan ke rumahnya.” Hyun-Gi melipat tangannya di depan dada, memperhatikan Ji-Hee yang sibuk membereskan barang-barang milik Donghae.
Jadi... sudah sejauh itu hubungan mereka?” So-Hwi menundukkan kepalanya. “Aku bahkan tidak tahu di mana rumah Donghae oppa...” gumamnya lirik. Sejurus kemudian, So-Hwi mulai melangkahkan kakinya, meninggalkan ruang kelas itu.

Untuk kesekian kalinya So-Hwi menghela napas pelan, menatap sebuah kotak kado di tangannya.
Apa memang tidak ada harapan lagi untukku?” So-Hwi menarik napas dalam-dalam, berusaha menghilangkan rasa sesak di dadanya. Entah bagaimana caranya, kata-kata Donghae kembali tergiang di teliganya.


So-Hwi, kau yeoja yang baik, kau pantas mendapatkan orang yang... jauh lebih baik dariku.”

So-Hwi, dengarkan aku baik-baik. Aku menyukaimu. Tapi... rasa sukaku padamu, jauh berbeda, dengan rasa sukaku pada Ji-Hee. Kau, sudah kuanggap seperti dongsaengku sendiri. Aku tidak mungkin memiliki perasaan lebih dari itu. Jadi kumohon, berhentilah mengharapkanku.”

Tolong jangan mempersulit keadaan. Aku tidak ingin... kau merasa terluka lebih dari ini.”


Untuk beberpa saat So-Hwi mengerjapkan matanya beberapa kali, dengan cepat dia menghentikan langkahnya, sebuah senyuman terkuar di sudut bibirnya, saat melihat Donghae berjalan ke arahnya.
Oppa, dari tadi aku men...” kata-kata So-Hwi terhenti, saat mendapati Donghae telah melewati dirinya begitu saja. So-Hwi menatap punggung Donghae dengan mata sayu, satu hal yang baru disadari oleh So-Hwi, ternyata... Ji-Hee berjalan di belakangnya.

Ji-Hee... ikut aku.” ucap Donghae dengan lantang.
Tapi... aku dan Hyun-Gi akan...”
Hyun-Gi-ssi, maaf... untuk hari ini aku harus meminjam Ji-Hee. Bolehkan?”
Tidak! Lagipula aku buk...” Donghae membekap mulut Ji-Hee dengan tangan kanannya.
Hyun-Gi terkekeh pelan, melihat tingkah keduanya. “Selesaikan masalah kalian.” ucap Hyun-Gi sambil tersenyum simpul.
Terima kasih.” Donghae melirik Ji-Hee. “Temanmu saja bisa lebih mengerti.” cibirnya.
Kau...”
Sudah, ayo cepat pergi.” potong Donghae, kemudian menarik tangan Ji-Hee.

So-Hwi sedikit berlari, dia menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang sekolah, nafasnya sedikit tersenggal, pandanagan matanya lurus ke depan, menatap dua sosok yang semakin jauh darinya.
Donghae oppa...” bisiknya lirih.
Kau menyukainya?”
So-Hwi langsung menoleh, dan mendapati seorang namja yang tidak di kenal tengah berdiri di sampingnya.
Siapa kau?” So-Hwi memincingkan mata, “Kau... bukan murid sekolah ini?”
Aku memang bukan murid sekolah ini.” jawab namja itu acuh.
Mencari seseorang?”
Namja itu mengerahkan dagunya ke depan. “Sepertinya aku kalah cepat.”
So-Hwi memiringkan kepalanya. “Kau... mencari Ji-Hee unnie?”
Apa tidak boleh?”
Bukan begitu hanya saja...”
Ah... dia sudah punya kekasih maksudmu?” So-Hwi menggaruk kepalanya, kemudian mengangguk pelan. “Dan sepertinya... kau menyukai Donghae hyung? Benarkan?”

So-Hwi terkesiap. “Kau...” So-Hwi menarik napasnya pelan. “Aku tidak harus menjawabnya bukan?” tukasnya. “Well, kau mengenal Donghae oppa?”
Begitulah.”
Cih! Jawaban macam apa itu?”
Namja itu terkekeh pelan. “Kau yeoja yang lucu.” namja itu mengacak rambut So-Hwi pelan.
Hya! Aku bukan anak kecil.” So-Hwi mengembungkan pipinya.
Aku tahu.” namaj itu tersenyum simpul. “Bagaimana kalau kutraktir es cream?”
So-Hwi menggigit bibir bawahnya, menolak es cream? Rasanya tidek mungkin bagi seorang Kang So-Hwi.
Aku tidak bisa pergi dengan orang asing.”
Hey... aku ini orang Korea asli.”
Hya! Kau mengerti maksudku bukan?”
Cho Kyuhyun.” ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Ehmm... Kang So-Hwi.”
Sudah tahu namaku kan? Jadi... kau tidak bisa menolak tawaranku.” Kyuhyun menyeringai, kemudian menarik lengan So-Hwi.
--------------

Donghae... bisakah kau berhenti menarik-narikku seperti ini?”
Bisakah kau behenti mengeluh?”
Aku tidak mengeluh hanya saja...”
Tiba-tiba Donghae membalikkan tubuhnya. “Apa?” bisiknya tepat di depan wajah Ji-Hee.
Jangan dekat-dekat.” Ji-Hee mendorong tubuh Donghae pelan, dan memalingkan wajahnya.
Untuk sesaat, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut keduanya. Mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ehmm... sebenarnya... aku...” Ji-Hee menggigit bibir bawahnya, tangan kirinya memainkan gelang pemberian Donghae.
Donghae mengeryitkan dahi, “Jangan bilang kau mau mengembalikannya.” Ji-Hee langsung mendongak, “Itu hadiah untukmu, tidak akan kubiarkan kau mengembalikannya. Kalau kau tidak suka... buang saja.” tukas Donghae tajam.
Ji-Hee menatap wajah Donghae lekat-lekat, sejurus kemudian dia menggeleng pelan. “Aku... hanya mau minta maaf.”
Untuk?”
Semuanya.”
Sekali lagi keduanya terdiam, ada banyak kata-kata yang ingin mereka ucapkan, tapi... entah mengapa bibir keduanya terasa keluh, seakan ada plester transparant yang menutup mulut mereka rapa-rapat.

Donghae kembali menarik lengan Ji-Hee, membawanya menuju sebuah gang kecil..
Kenapa membawaku kemari?” tanya Ji-Hee, yang masih menatap punggung Donghae.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Ji-Hee, tiba-tiba Donghae melepaskan peganggannya, dan berbalik menatap Ji-Hee. Pelahan, kedua tangannya terulur, meraih bahu yeoja itu, dengan cepat tubuh Ji-Hee telah menempel pada dinding.
Donghae... apa yang...”
Ji-Hee... bisakah kau memberiku kesempatan?”
Eh?”
Aku tidak akan mengeluh tentang... apapun yang berkaitan dengan keputusanmu semalam. Tapi...” Donghae menatap wajah Ji-Hee dalam. “Seminggu, hanya seminggu...” Donghae berusaha mengatur napasnya, yang entah bagaimana caranya, mulai memburu. "Dalam waktu seminggu, serahkan padaku... seluruh hidupmu."
Ji-Hee menatap Donghae dengan pandangan tidak percaya. “Mwo?”


*** TBC ***

Hadeh... 'Mwo' lagi *Geleng-geleng pala*
Padahal rencananya mau ganti jd 'Andwae' or 'Otthoke' tp ternyata... *nyegir gaje*
Well, part ini lbh pendek dari biasanya? Maklum aja otakku lagi katarak, juga... lagi males ngetik wkakakaka... #Plakkk...
Ada yg bertanya-tanya di mana Yunpa? Tenang aja next part bru nongol buahaha...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar