Jumat, 04 November 2011

«» Runaway ® {2/2} «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji-Hee
                     Lee DongHae
Support Cast : Park Ri-Young
                           Kim HeeChul
                           Choi SiWon
                           Lee HyukJae
Genre : Fantasy-Comedy-Romance / Straight
Rated : PG-16
Length : TwoShoot {2/2}
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
Karena ini hanya karangan fiktif belaka, so… suka-suka aku dong… mau tak bikin kayak gimana! Wkakaka… #Plakkk… *Langsung ditabok rame-rame*
=================

“Memangnya mau bagaimana lagi? Bahkan rencana awal… aku akan membuat sang putri pingsan.” mata kami bertemu untuk beberapa saat, bisa kurasakan Dongahe melilitkan tali ke tubuh kami berdua. “Pegangan yang erat.” aku langsung memeluk leher Donghae. Ya Tuhan… semoga dia tidak mendengar debaran jantungku yang mulai memburu. “Aku masih bingung, kenapa kau mau ikut denganku? Bukankah ini bisa membahayakan nyawamu?” bisiknya tepat di telinga kiriku.
“Ehmmm… haruskah kukatakan?”
“Apa?”
“Berlari denganmu cukup menyenangkan.” kubenamkan wajahku di bahu kirinya.
“Eh? Kau ini aneh sekali, tuan putri.”
“Aish… sudahlah ayo cepat pergi!” kutepuk punggungnya pelan.
Bisa kudengar suara kekehan dari mulut Donghae, namun tidak kupedulikan. Ayolah… aku sudah merendahkan seluruh harga diriku, dan dengan senang hati telah menyerahkan diri bukan?

————–

Kugigit bibir bawahku, melirik tangan kiriku yang di genggam erat oleh seorang Lee Donghae. Ya Tuhan… bagaimana caranya mengendalikan debaran jantungku ini? Aku berusaha sekuat tenaga mengulum senyumku. Hey! Bagaimanapun juga aku adalah seorang putri kerajaan Aster, aku harus menjaga imageku bukan? Terutama di hadapan namja tampan yang satu ini.
Aku terus menatap punggunya, hingga tanpa sadar kami berada di… tunggu dulu! Apa dia sudah gila? Dengan cepat kutarik lengannya.
“Kau ingin mati?” desisiku.
Kulihat dia mengerutkan dahinya. “Apa?” tanyanya dengan wajah polos.
Oh… tampannya… Aish! Ini bukan saatnya berfikir seperti itu Ji-Hee!
“Di sana ada perkemahan pengawal kerajaan, bodoh!”
Raut wajahnya berubah, perlahan telinganya mulai memerah? Apa dia malu?
“Maaf, aku salah jalan.” ucapnya sambil menggaruk tekuk lehernya. “Untung saja kau…” kata-katanya terputus begitu saja, karena detik itu juga Donghae menarikku, bersembunyi di antara semak-semak.
Ternyata ada beberapa pengawal yang sedang… patroli, mungkin.

Ya Tuhan… wajah kami sangat dekat… bahkan terlalu dekat. Untuk beberapa saat mata kami bertemu. Lee Donghae, lakukan sesuatu! Setidaknya kau harus jatuh cinta padaku! Kumohon… aku tidak ingin sendirian menjadi gila.
Sejurus kemudian dia menarik wajahnya. Eh? Kenapa reaksinya begitu datar? Apa di matanya aku tidak cukup menarik? Kugigit bibir bawahku, menatapnya yang sedang sibuk melihat keadaan sekitar. Akhhh… aku patah hati!
“Sepertinya keadaan sudah cukup aman. Tuan putri…”
“Panggil aku Ji-Hee.” bisikku lirih.
“Ji-Hee, sepertinya kau harus jadi penunjuk jalan, kalau kau ingin kita keluar dalam keadaan hidup.”
Aku terkekeh pelan. “Ternyata ada gunanya juga aku ikut denganmu.” kulihat dia mengedikkan bahunya pelan. “Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu ada pengawal yang lewat?”
Donghae menatapku sejenak, “Errr… pendengaranku cukup tajam.”
Aku menganggukkan kepala pelan. Eh? Pendengarannya cukup tajam? APA? PENDENGARANNYA CUKUP TAJAM? Apa itu artinya… sejak awal dia bisa mendengar detak jantungku? Ya Tuhan… detik itu juga kututup wajahku dengan kedua tanganku. Siapapun tolong kubur aku hidup-hidup!
“Ji-Hee… kau kenapa?”
Kutatap wajahnya, dia tanya aku kenapa? Yang benar saja!
“Aku? Baik-baik saja.” kusunggingkan senyuman terbaikku. “Ayo cepat! Kita harus pergi dari sini bukan?” aku ini putri kerajaan Aster, setidaknya… aku harus mempertahankan sisa harga diriku yang… entah tinggal berapa? Hahhh… kenapa rasanya aku ingin menangis? Lee Ji-Hee, babo!
========

Saat ini aku duduk di sebuah kursi, di depanku telah berdiri seorang yeoja yang sangat cantik, apa dia titisan seorang dewi khayangan? Lalu… ada tiga orang namja yang errr… halo! Apa ada pameran namja tampan di sini? Bagaimana bisa mereka berkumpul di sini?
Aku yakin sekali, jika Park Jungsoo tahu hal ini, dia akan segera tewas di tempat, karena mendapatkan saingan yang cukup seimbang, mulai sekarang. Ehmmm… selama ini dia hanya mengakui oppaku sebagai saingan terberatnya. Oh ayolah… apa bagusnya Lee Hyukjae itu? Paling cuma status sebagai putra mahkota saja yang membuatnya… errr… cukup populer, menurutku.
“Jadi kau putri kerajaan Aster?” lamunanku buyar seketika, saat mendengar suara yang cukup merdu bagi pendengaranku, dan kini seorang namja yang errr… manis? Telah berjongkok di hadapanku. “Kau… Putri Lee Ji-Hee?” sambungnya dengan mata yang berbinar-binar?
Ku garuk pelipisku. “Ehmmm… kurasa begitu, karena selama ini aku belum pernah sekalipun merubah nama.” kataku pelan, sedikit gugup karena di tatap seperti itu.
Bisa kudengar suara tawa dari seorang namja yang… menurutku terlihat cantik, tapi tetap terlihat aura seorang namja dari tubuhnya.
“Sungmin hyung, jangan melihatnya seperti itu! Kau hanya akan membuatnya… lari ketakutan.”
Ah… jadi namanya Sungmin? Ehmmm… sepertinya kata-katamu terlalu berlebihan, errr… siapapun namamu, namja yang… kenapa aku melihatnya cukup tampan tapi… seperti orang penyakitan sih?
“Kyuhyun!” oh… namanya Kyuhyun? “Wajahku tidak seburuk itu! Untuk apa dia lari ketakutan?” aku setuju dengan ucapanmu Sungmin-ssi.

Brakkk…
Suara pintu terbuka, sedikit kasar, hingga membuat kami sontak memalingkan wajah ke arah pintu.
Ya Tuhan… kenapa namja yang satu ini terlihat lebih yahud, dalam keadaan berkeringat?
“Donghae-ya…”
Aish… siapa yeoja itu? Dari tadi terlihat dingin, tidak mengeluarkan suara sepatah katapun, dan sekarang… dengan seenaknya dia memeluk tubuh Donghae?
“Aku lelah. Siwon bukan orang yang bisa diajak bernegosiasi dengan baik.”
Yeoja itu mengeryitkan dahinya. “Maksudmu?”
“Seperti dugaanmu, dia mencoba berkelit. Dia tidak bisa percaya dengan keberhasilan kita.”
“Tidak sampai… seluruh kerajaan gempar dengan kabar hilangnya sang putri.” ucapan yeoja itu terdengar sangat lembut.
Aku membelalakkan mata lebar, Donghae… dia… menyandarkan kepalanya di bahu yeoja itu?
“Ri-Young-ah… kau selalu bisa membuatku merasa tenang.” bisik Donghae lirih, dan perlahan mulai memejamkan matanya.
Ya Tuhan… untuk apa aku rela ikut dengannya? Melihatnya bermesraan dengan yeoja lain? Akhh… aku cemburu! Akhh… lagi-lagi aku patah hati!
========

Kuhela napas panjang, menatap hamparan langit, yang di selimuti oleh awan mendung, menjadikannya hitam pekat, seperti suasana hatiku saat ini.
“Kenapa di luar?” aku menoleh, dan mendapati sosok Donghae yang sekarang sudah duduk di asmpingku. “Tidak bisa tidur? Apa tempat tidurnya kurang nyaman?”
Aku mendengus kesal. “Jangan terlalu meremehkanku tuan Lee Donghae! Aku bisa tidur di manapun, dan kapanpun aku mau.”
“Lalu? Kenapa masih belum tidur? Ini sudah tengah malam, tuan putri.”
Aku mendongak, menatap langit. “Hanya berusaha menjernihkan pikiran.”
“Menyesal ikut denganku?”
“Ehmmm… tidak juga, toh sejak awal aku memang ingin mengajukan beberapa pertanyaan padamu.”
“Tanyakan saja, sebisa mungkin kau pasti menjawabnya.”
“Kenapa menculikku?”
Kulihat Donghae menggaruk tekuk lehernya. “Sebuah permainan, dengan posisi… mungkin lebih tepatnya keberadaan kami sebagai taruhannya.”
“Maksudmu?”
“Tidak mungkin kau hanya mendengar nama Sparkler bukan?” aku mengangguk pelan. “Sebuah permainan, siapapun yang berhasil menculikmu dia bisa tetap tinggal di kerajaan ini.”
“Jadi kau menculikku bukan karena menginginkan sebuah tuntutan pada kerajaan?”
“Kenapa aku harus melakukan itu? Toh pemerintahan kalian cukup baik, ehmmm… hanya ada beberapa pejabat yang curang.”
Aku mengangguk paham. “Sebenarnya aku… salah satu bagian dari sebuah tim yang menangani kasus Sparkler. Ehmm… Donghae-ssi, kenapa harus ada Sparkler?”
Kulihat Dongahe tersenyum, “Apa kau sadar siapa saja orang-orang yang menjadi sasaran kami?”
Aku mengusap daguku, sedikit menerawang. “Ehmmm… beberapa bangsawan, dan pejabat pemerintahan yang…” aku menoleh, menatap wajahnya dalam.
“Tepat sekali, mereka adalah orang-orang yang tidak jujur. Bisa di bilang aku hanya… berusaha mengembalikan hak dari rakyatmu, tuan putri.”
Wow… sepertinya aku tidak salah telah menyukainya. Selain wajahnya sangat tampan, ternyata… hatinya seputih salju fufufu~

“Bagaiaman peran kalian? Kurasa kalian pasti punya tugas masing-masing bukan?”
“Kyuhyun, dan Sungmin hyung punya keahlian dalam penyamaran. Bahkan selama tiga hari ini, mereka menyusup ke istana, tanpa ada yang menyadari keberadaan mereka, hebat bukan?” ah… pantas Park Jungsoo merasa ada sesuatu yang ganjil. “Heechul hyung,” Heechul? Oh… pasti namja yang wajahnya terlihat cantik itu. “Dia punya keahlian khusus dengan tangannya.”
“Tangannya?”
Donghae tersenyum.” Dia seorang pelukis yang hebat, di tambah ingatannya tentang detail suatu objek, membuat kami tidak kesulitan dalam menjalankan aksi.”
“Lantas, dari mana kalian belajar meloloskan diri?” kupincingkan mataku. “Kalau mengingat kejadian bagaimana cara kita keluar dari kerajaan tadi…”
“Semua itu berkat Ri-Young.” kuputar bola mataku, begitu mendengar nama yeoja itu. “Dia yeoja yang sangat cerdik, satu-satunya ahli strategi hebat, yang pernah ku kenal.”
“Sebegitu hebatnyakah dia?” untuk kesekian kalinya aku patah hati!
Donghae menatap wajahku sejenak, “Kau harus melihatnya sendiri.” ucapnya sambil tersenyum.
“Lalu kau? Apa peranmu dalam kelompok ini?”
“Aku? Tidak ada peran khusus, hanya karena aku memiliki keberuntungan lebih, dalam meloloskan diri, mereka menunjukku sebagai ketua mereka. Memalukan bukan?” kenapa aku merasa dia berusaha merendah? “Sekarang… sudah waktunya kau tidur.” Donghae menggenggam tanganku erat, berusaha membimbingku untuk segera memasuki rumah.
========

Pagi yang cerah, udara terasa sangat sejuk, sejak bagun tadi aku berjalan-jalan di daerah sekitar, kapan lagi aku bisa sebebas ini coba? Dan sekarang, aku mengelilingi halaman rumah mungil ini.
Drappp… Drappp… Drappp…
Aku mengeryitkan dahi, saat mendapati Donghae berlari kearahku.
Greppp….
Aku benar-benar tidak bisa percaya, saat ini Lee Donghae, namja tampan ini, sedang memeluk tubuhku dengan erat. Ya Tuhan… jantungku… tolong biarkan jantungku tetap utuh sebagaimana mestinya.
“Ji-Hee-ssi, kau membuatku cemas. Lain kali jangan pergi tanpa memberitahu salah satu di antara kami.” tukasnya, dengan nada tajam, “Kau dengar kata-kataku Ji-Hee? Jangan pernah berfikir untuk pergi jauh dariku!”
Kukerjapkan mataku, mencoba mencerna kata-katanya. Apa maksudnya? Benar juga, secara tidak langsung aku ini tawanannya bukan? Tidak mungkin dia membiarkanku jauh darinya. Lee Donghae, kau berhasil membuatku melayang, tapi juga terpuruk di saat yang bersamaan. Hadeh…
“Aku hanya jalan-jalan di sekitar sini.” aku mengerucutkan bibirku. “Tadi pagi, kulihat kalian semua masih tertidur pulas, dan aku tidak mungkin melewatkan kesempatan menghirup udara segar di pagi hari, apalagi di sini. Jadi… maaf sudah membuat kalian semua binggung mencariku.”
Donghae menatap mataku dalam. “Sepertinya aku yang terlalu berlebihan. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu.”
“Terima kasih.” ucapku dengan penuh ketulusan.
========

“Permainan kita masih belum berakhir. Ingat, masih ada sehari lagi bukan? Kau terlalu terburu-buru Donghae-ssi.”
Samar-samar kudengar suara berat seorang namja, yang cukup asing bagi pendengaranku. Sejurus kemudian, semakin kutajamkan pendengaranku.
“Jangan beranjak dari tempatmu.” aku terlonjak, sejak kapan Ri-Young berada di belakangku? “Jangan pernah muncul di hadapan mereka.”
Aku mengeryitkan dahi, “Apa maksudmu?”
“Turuti saja apa kata-kataku. Jangan pernah muncul di hadapan mereka, jika kau tidak ingin membuat masalah semakin rumit.” kulihat dia sedikit gelisah? “Apapun yang terjadi jangan biarkan dirimu terlihat oleh Siwon.” Ri-Young menggenggam tanganku erat. “Kau bisa berjanji padaku?”
“Aku…”
“Awassss…” sebuah teriakan keras terdengar di belakang kami.
“Kyaaaa…” aku berteriak kencang.
Brukkk…
Aku meringis, tubuhku tertindih tubuh Ri-Young, yang di penuhi dengan tulang belulang? Ingin tahu rasanya? Jauh lebih sakit dari pada tertimpa sapi gemuk, mungkin.
“Maaf… kau baik-baik saja?” kulihat Ri-Young mengulurkan tangannya.
“Iya… aku baik-baik saja.” kulihat dia menggigit bibir bawahnya. “Aku tidak apa-apa, ehmmm… hanya… pantatku terasa sedikit sakit.”
Ri-Young mengangguk pelan, dan mengalihkan pandangan ke arah lain. “Cho Kyuhyun!” teriakan Ri-Young menggema di seluruh rumah.

“Apa yang terjadi? Kudengar Ji-Hee berteriak.”
Entah mengapa senyumku terkuar begitu saja, saat mendengar Donghae mulai mencemaskanku.
“Aku baik-baik saja.” ujarku tanpa melihatnya, aku masih sibuk memisahkan Ri-Young yang berusaha mencekik leher Kyuhyun. “Ri-Young-ssi… kau bisa membunuhnya.”
“Aku memang ingin membunuhnya.” tukasnya tajam.
“Park Ri-Young, aku tidak sengaja.” teriak Kyuhyun, terdengar seperti orang yang sedang memelas.
“Ada acara apa ini? Kenapa kalian tidak mengundangku ikut bermain?”
Bisa kurasakan tubuh Ri-Young mengejang, sesaat kemudian dia tidak bergerak sama sekali, seolah membeku. “Choi Siwon…” desisnya.
Aku tersentak, apa yang harus kulakukan? Rasanya sudah terlambat bagiku untuk bersembunyi.
“Wow… apakah ini… yang mulia putri Ji-Hee?”
Bisa kurasakan Ri-Young mencengkeram lenganku erat. “Jangan berbalik.” bisiknya lirih.
Seolah kata-katanya adalah sebuah vonis hukuman mati, tubuhku seolah membeku seketika.
Mataku membelalak saat mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat.
“Yang mulia putri Ji-Hee…” kupejamkan mataku rapat-rapat. “Ternyata… putri Ji-Hee memang benar-benar cantik, seperti namanya.” suaranya terdengar begitu lembut?
Perlahan… kubuka kedua mataku. Ya Tuhan… keadilan macam apa ini? Kenapa para bandit di sekitarku terlihat begitu menyilaukan? Lee Ji-Hee, kuatkan imanmu!
“Perkenalkan, nama saya Choi Siwon, yang mulia.” Siwon sedikit membungkukkan badannya. “Lee Donghae, sepertinya akan ada sedikit perubahan peraturan dalam permainan kita.” ujar Siwon lantang. Detik itu juga, kurasakan tangan Ri-Young semakin mencengkeram lenganku dengan kuat.
“Apa maksudmu? Tidak akan ada perubahan peraturan!” serga Donghae.
Bisa kudengar suara kekehan yang berasal dari mulut Siwon. “Ingat, kau telah melanggar peraturan, Donghae-ssi, bukankah seharusnya kita beraksi hari ini? Kau mencoba bermain curang?”

“Siwon-ssi, tidak ada yang bermain curang di sini.” untuk pertama kalinya, kudengar suara Ri-Young. Aku tahu dengan pasti, saat ini dia berusaha menunjukkan sikap tenang.
“Ah… Ri-Youngku yang cantik.”
Plakkk…
Aku sedikit tersentak, saat melihat Ri-Young menepis tangan Siwon dengan kasar. Errr… Ri-Young memang berwajah malaikat tapi… hatinya sangat dingin.
“Jangan menyentuhku!” tukas Ri-Young tajam.
“Ahhh… kau selalu saja bersikap dingin padaku.” kulihat Siwon sedikit merajuk.
Aku sempat melihat Ri-Young memutar bola matanya. “Cih!” Ri-Young mendengus kesal. Lagi-lagi aku merasa terkejut dengan tindakannya yang sedikit frontal, menurutku.
“Jadi? Kita akan sedikit bermain-main bukan?” eh? Siwon mengerlingkan matanya padaku? “Lima hari, siapapun yang berhasil membawa putri Ji-Hee ke bukit Canna, saat senja, tepat lima hari lagi, dialah pemenangnya.” bisa kulihat sebuah serigaian di sudut bibirnya.
“Kau ingin menculikku Siwon-ssi?” kuangkat daguku, aku ini masih putri kerajaan Aster, meski sedang ditawan? Atau lebih tepatnya… melarikan diri?
Kulihat Siwon menyunggingkan senyumannya, hingga lesung pipit di kedua pipinya terlihat jelas, errr… itu membuatnya terlihat sangat tampan, dengan wajah yang sempurna tanpa celah. Tapi… entah mengapa membuatku merasa… sedikit bosan jika terus melihat wajahnya itu. Hadeh…
“Tentu saja tidak, yang mulia. Perlu kau ingat, bukan aku yang menculikmu bukan?” kuputar bola mataku, aku tidak di culik, aku yang menyerahkan diri pada Donghae, namja tampan yang sering membuatku patah hati. Hadeh… “Akan kujamin, kau akan… dengan senang hati ikut bersamaku.”
Bengong, aku hanya bisa bengong mendengar kata-katanya, di tambah dia telah dua kali mengerlingkan matanya padaku? Yang benar saja!

“Ada apa dengan matamu Siwon-ssi? Mau mencoba merayuku?” bisa kulihat serigaian di bibirnya. “Kuberitahu satu hal, kau tampan Siwon-ssi, sangat tampan, bahkan terlalu tampan, hingga membuatku sama sekali tidak tertarik padamu. Jadi… kusarankan jangan buang-buang energimu.”
Aku tidak memperdulikan suara tawa dari Kyuhyun dan Ri-Young, bahkan… aku tidak memperdulikan suara kekehan dari mulut Donghae, karena saat ini aku sedang sibuk menanggapi sinyal-sinyal tantangan, yang terpancar dari mata Siwon.
Haruskah kukatakan dengan jelas? Aku benci dengan wajah penuh percaya dirinya. Rasanya seperti… dia sedang merendahkanku.
“Kau akan pergi bersamaku, putri Ji-Hee.” aku sedikit begidik, saat mendengarnya berbisik di telinga kiriku. Sial! Dia pasti sengaja melakukan itu. “Senang akhirnya bisa berbincang-bincang secara langsung denganmu, Ji-Hee-ya…”
“Kau? Berani sekali kau memanggilku seperti itu!”
Kulihat dia sama sekali tidak menghiraukan protesku. Aku mengeryitkan dahi saat merasakan tangannya meraih tangan kananku. Apa maunya?
Chu~
Mataku membulat. Dia? Choi Siwon? Berani sekali dia mencium punggung tanganku? Bahkan Donghae saja tidak pernah melakukannya. Aish… namja ini benar-benar membuatku darah tinggi.
Brukkk…
Aku terkesiap, mendapati Donghae telah melayangakan sebuah pukulan tepat di rahang Siwon.
“Jaga kelakuanmu! Siwon-ssi.” desis Donghae, dan mencengkeram baju Siwon.
“Donghae.” pekikku tertahan, dengan cepat ku peluk tubuh Donghae dari belakang, sebelum dia melayangkan pukulan berikutnya ke wajah Siwon.
========

Saat ini aku dan Ri-Young berada di kamar, sepertinya ada pembicaraan penting antara para namja di lantai bawah.
“Jadi itu sebabnya kau menyuruhku untuk… menghindari Siwon?”
Ri-Young menoleh padaku, wajahnya sulit diartikan, dia menatapku untuk beberapa saat. “Aku hanya berusaha menghindari sebuah konfrontasi.”
Aku mengangguk pelan. “Karena aku sasaran kalian bukan?”
“Eh?” kulihat Ri-Young menaikkan sebelah alisnya. “Menurutmu kenapa Donghae memukul Siwon?”
“Tentu saja karena Siwon berlaku tidak sopan padaku.” bisa kulihat Ri-Young berusaha mengulum senyumnya. “Kenapa? Apa aku salah bicara?”
“Ehemm…” kudengar suara dehemannya. “Tidak.”
“Errr… sepertinya kau cukup kebal dengan kelakuan Siwon.”
Ri-Young mengangkat bahunya, “Begitulah.”
“Apa dia selalu begitu pada setiap yeoja?”
“Tidak semua, ehmmm… cenderung pada yeoja yang menarik baginya.”
“Dan kau salah satunya?”
“Dulu iya, sebelum aku bertunangan dengan Heechul oppa.” APA? Dia tunangan Heechul? Ya Tuhan… jadi selama ini aku cemburu pada orang yang salah? Merasa patah hati pada sesuatu yang tidak pada tempatnya? Ah… apa itu artinya aku masih punya kesempatan? “Kau harusnya melihat bagaimana tampang Siwon saat berhadapan dengan Heechul oppa.” sambungnya.
Baiklah, aku harus bisa mengontrol luapan emosiku di hadapannya. “Ehmmm… apa yang menarik?”
“Heechul oppa sangat mengerikan kalau sedang marah, terutama pada hal-hal yang menyangkut tentang diriku.” aku memincingkan mata, apa maksudnya berkata seperti itu? Mau pamer? Kenapa aku merasa ada Hyun-Gi kedua di sini? “Sepertinya Donghae juga akan melakukan hal yang sama.”
Aku mengangguk setuju. “Kurasa siapapun pasti melakukan hal yang sama.”
Hening, aku melirik ke arah Ri-Young, eh? Kenapa dia menatapku setajam itu? Dengan wajah malaikatnya? Ayolah… rasanya… seolah aku sedang diintimidasi secara halus.
========

Lima hari telah berlalu.
Diantara semua orang, aku cukup dekat dengan Ri-Young, mungkin karena kami sama-sama yeoja.
Beberapa hari ini kami terus bersembunyi dari para pengawal kerajaan -harus ku akui mereka cukup hebat dalam hal melarikan diri, Ri-Young selalu punya cara untuk meminimalisir terjadinya konflik- dan beberapa kali aku harus menghindari Siwon yang semakin gencar mendekatiku.
Ehmmm… sehari setelah pertemuan pertamaku dengan Siwon, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba ada beberapa orang yang menyerang kami. Jujur saja, aku tidak pernah menyangka bahwa Ri-Young ternyata seorang ahli bela diri, cukup sebal karena aku tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan beberapa jurusku, yang pada akhirnya… membuat mereka menarik kesimpulan bahwa aku harus di jaga super ketat. Aku sih senang-senang saja, toh yang bertugas menjagaku bukan orang lain, melainkan Donghae, namja tampan yang memang selalu menarik di mataku fufufu~

“Ini hari terakhir bukan? Aku tidak yakin Siwon bisa setenang ini.” celetuk Ri-Young saat kami berada di meja makan.
Sungmin mengeryit. “Menurutmu apa yang akan dilakukannya?” suaranya terdengat datar.
Ri-Young mengangkat bahunya. “Entahlah.” pandangan matanya beralih padaku. “Yang jelas, kita harus terus berada di dekat Ji-Hee. Kurasa… tidak mungkin Siwon menyia-nyiakan kesempatan, sekecil apapun itu.”
Kulihat Heechul menggenggam tangan Ri-Young, “Kau punya strategi lain?” tanyanya dengan nada yang sangat lembut.
“Energiku sudah terkuras habis beberapa hari ini, dan sekarang… aku belum punya ide yang cukup yahud.” Ri-Young mendesah pelan. “Ehmmm… aku hanya berharap hari ini cepat berlalu, dan tidak ada lagi bayang-bayang Siwon di sekitar kita.” ucapan Ri-Young mampu membuat semua orang terdiam.
“Sebelum itu terjadi, aku ingin menendang Siwon.” celetuk Kyuhyun, dan berhasil membuat semua mata tertuju padanya. “Bukankah kita punya Ji-Hee di pihak kita?”
Pletakkk…
Sebuah jitakan mendarat dengan sempurna di kepala Kyuhyun.
“Kau mau mengabaikan keselamatan Ji-Hee?” desis Donghae.
Oh… ayolah… aku sudah bosan menjadi pihak yang paling lemah di sini. Tidak bisakah mereka percaya pada kemampuanku? Jawabannya tidak, karena memang aku tidak pernah menunjukkannya.
————–

Brakkk…
Sungmin membuka pintu rumah dengan kasar.
“Pengawal kerajaan.” ujarnya cepat.
Ri-Young mendesah. “Oh… jangan lagi…”
Heechul melemparkan sebuah pedang pada Kyuhyun. “Keluar dari pintu belakang bersama Ji-Hee!”
Kyuhyun menatapku ragu-ragu. “Tapi…”
“Cepat!” serga Sungmin, yang masih fokus menatap keluar jendela.
Heechul mendorong tubuh Kyuhyun pelan. “Tidak ada waktu lagi, kita tidak bisa menunggu Donghae.”
bisa kulihat Heechul mengalihkan pandangan ke arah Ri-Young, mencoba mencari dukungan?
“Kyuhyun, kita bertemu di tempat biasa.” ujar Ri-Young, sambil menyodorkan sebuah jubah padaku.
Aku menatap wajah Ri-Young, “Bagaimana dengan Donghae?” sama seperti Kyuhyun, aku juga mencemaskan Donghae.
“Dia pasti akan baik-baik saja.” Ri-Young menarik lenganku, berjalan ke arah pintu belakang. “Sebelum menemui kalian, kami akan mencari Donghae lebih dulu. Jadi kalian tenang saja.” Ri-Young mendorong bahuku pelan. “Kalian harus lebih berhati-hati! Kyuhyun, kupercayakan Ji-Hee padamu.”
Kyuhyun mengangguk pelan, kemudian menarik lenganku untuk berlari. Rasanya sedikit aneh, apa karena aku terbiasa berlari dengan Donghae?
————–

Trang… Trang…
Suara pedang Kyuhyun yang sedang beradu.
Ini benar-benar kondisi di luar perkiraan, ada beberapa orang yang menyerang kami. Baiklah, sekarang aku tahu apa penyebabnya, kenapa kami cukup sering di buru oleh orang-orang yang… tentu saja tidak kami kenal. Ternyata… pihak Siwon menyebarkan rumor tentang keberadaanku, tahu apa yang ada di pikiran para bandit? Tentu saja meraup keuntungan sebesar-besarnya. Menurutmu, bagaimana imbalan yang akan mereka peroleh, hanya untuk sebuah alasan, ‘penyelamatan’? Atau mungkin… tawaran yang akan di berikan oleh pihak kerajaan, hanya untuk sebuah barter, ‘kebebasanku’?
Brukkk…
Tendangan Kyuhyun berhasil membuat seorang namja tersungkur di tanah. Mataku membulat, saat mendapati… ternyata masih ada seorang lagi di belakang Kyuhyun. Dengan cepat kuraih sebuah busur dan anak panah yang tergeletak di tanah.
“Kyu… merunduk!” teriakku.
Jelebbb…
Tentu saja tembakanku tepat sasaran. Haruskah kukatakan? Aku cukup ahli dalam memanah, bahkan level Hyun-Gi masih berada di bawahku.
Kyuhyun menghampiriku, menatapku dengan errr… pandangan takjub?
“Bagaimana mungkin kau bisa melakukannya?”
Aku mengedikkan bahu pelan. “Aku cukup ahli melakukan itu.”
“Kau… maksudku kau bisa…”
“Aku mengusai sedikit seni bela diri, jika itu yang ingin kau tanyakan, Kyuhyun-ssi.”
Kulihat Kyuhyun terkesiap. “Tapi…” kata-kata Kyuhyun menggantung.
Kuberikan senyuman terbaikku padanya. “Kalian hanya tidak pernah memberiku kesempatan untuk melindungi diri sendiri.” ucapku selembut mungkin.
Kyuhyun masih menatapku lekat-lekat. “Kau tuan putri yang penuh misteri.”

Sangat lelah rasanya, dari tadi kami berdua berlari, dan melakukan perlawanan, benar-benar menguras energi. Saat ini, kami duduk di bawah sebuah pohon rindang, sedikit memulihkan tenaga.
“Ternyata… kau cukup membantu, tuan putri.” kelakar Kyuhyun.
Kujulurkan lidahku. “Kalian sendiri yang menganggapku lemah.”
“Kita harus segera pergi dari sini.” Kyuhyun mulai bangun dari duduknya, mengulurkan tangannya padaku. Aku sedikit mendesah, detik itu juga bisa kurasakan tangan kekar Kyuhyun mengacak rambutku pelan. “Ayo!” Kyuhyun menggenggam tanganku erat.
Jelebbb…
Mataku membulat sempurna, aku sempat menahan napas, jika saja Kyuhyun bergeser 1 centi, anak panah itu pasti telah menembus dadanya.
“Sial!” Kyuhyun menggeram. Detik berikutnya Kyuhyun telah meraih tanganku. “Sebenarnya mereka ada berapa banyak?” gerutu Kyuhyun, sambil berlari.
Aku mencoba mencerna pertanyaan Kyuhyun, mereka ada berapa banyak? Sejurus kemudian, kuhentikan langkahku. Bisa kulihat tatap penuh tanda tanya yang terpampang di wajah tampannya.
“Ada satu.” Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya. “Choi Siwon.”
Kyuhyun membelalakkan matanya. “Jangan bilang kau akan…”
“Tentu saja aku tidak akan menyerahkan diri.” potongku cepat. “Tapi, menurutmu apa yang akan terjadi… jika kita menyebarkan rumor, bahwa aku telah berada di tangan Choi Siwon?”
Kyuhyun menjetikkan jarinya. “Senjata makan tuan.” serigainya puas.

Brukkk…
Cepat, sangat cepat, aku hanya bisa menatap tubuh Kyuhyun yang terkapar di tanah. Choi Siwon, sejak kapan dia berada di sini?
“Sebenarnya aku tidak ingin mengotorti tanganku, cukup mengawasi, hingga akhirnya kalian kelelahan, dan muncul untuk menyelamatkanmu. Tapi… ternyata kau cukup cerdik, sama seperti Ri-Young.” Siwon tersenyum penuh arti padaku. “Kau benar-benar yeoja yang sangat menarik Ji-Hee-ya…” Siwon membuang balok kayu -yang di gunakannya untuk memukul Kyuhyun hingga pingsan- dan berjalan mendekatiku, secara refleks aku melangkah mundur.
“Jangan mendekat!”
“Kenapa? Apa kau tidak ingin menyelamatkan teman-temanmu yang lain?”
Aku berusaha bersikap tenang. “Tidak ada jaminan mereka akan selamat, lagipula… belum tentu mereka berada di tanganmu.”
“Bagaimana jika kubilang, saat ini mereka ada di tangan Park Jungsoo?” aku terkesiap. “Kau ingin segera mengakhiri ini bukan? Kalau begitu ikut denganku, kita pergi ke bukit Canna sekarang.” Siwon mengulurkan tangannya padaku. Aku hanya diam, menatap tangan kekar itu. “Apalagi yang kau tunggu? Kau hanya perlu ikut denganku, kemudian kembali ke istana, dengan begitu teman-temanmu akan selamat bukan?” kugigit bibir bawahku.
Tidak ada jaminan mereka akan selamat jika berada di tangan Jungsoo. Aish… seharusnya aku memberi kabar padanya. Ayo Ji-Hee tidak ada waktu untuk berfikir yang terlalu rumit! Kutatap wajah Siwon dengan tatapan dingin, kemudian menerima uluran tangannya.
“Sudah kubilang, kau… dengan senang hati akan ikut denganku.” aku menggertakkan gigi saat mendengar kata-katanya. Benar-benar licik!
========

Sejak tadi aku menyusun rencana untuk melarikan diri, tapi… bagaimana bisa? Aku buta arah.
Kulirik Siwon yang berjalan di samping kananku, dia menggenggam tanganku dengan erat, dan sesekali memaikan jari-jariku dengan kedua tangannya? Yang benar saja! Nafsu membunuhku benar-benar telah tersulut. Aku sedikit begidik ngeri, saat melirik jurang di samping kiriku, kemudian melirik Siwon dengan ekor mataku. Kalau bukan demi Donghae dan teman-temannya, aku pasti sudah menendangnya hingga jatuh ke jurang itu.
“Kita sudah hampir sampai.” aku membulatkan mata, aku harus secepatnya kabur, tidak mungkin aku membiarkan Donghae kalah. “Apa kau tahu, bukit itu sangat indah.” bisiknya tepat di telinga kananku.
Kudorong tubuhnya pelan. “Jaga sikapmu Choi Siwon-ssi. Aku putri kerajaan Aster, ingat itu!”
“Kurasa… tidak lama lagi, kau akan menjadi istriku.”
“Sembarangan!” kuangkat tanganku, berusaha memberi pelajaran rada mulutnya yang tidak sopan.
Greppp…
Dengan cepat Siwon menangkap tanganku. Sial! kenapa refleksnya cukup bagus?
“Jangan mengotori tanganmu Ji-Hee-ya…” aku begidik, saat Siwon mengarahkan tanganku untuk menyentuh pipinya. “Lembut…” bisiknya lirih. Kali ini aku benar-benar menahan napas, dia… namja ini menjilat kelingkingku? Kurasa dia benar-benar memiliki kelainan jiwa!

“Menjauh darinya!”
Terdengar sebuah teriakan, yang di iringi dengan suara derap kaki, membuatku sontan menoleh.
“Donghae.” pekikku tertahan. Aku berusaha menghampirinya, tapi langkahku terhenti, karena Siwon mencengkeram lenganku dengan erat.
“Kubilang menjauh darinya! Choi Siwon!” Sergahnya.
Bisa kudengar suara dekcakan dari mulut Siwon. “Kenapa kau selalu mengganggu kesenanganku, Lee Donghae?” Siwon berusaha memukul Donghae, tanpa melepaskan lenganku.
Donghae cukup gesit untuk menghindar, detik berikutnya sebuah pukulan mendarat dengan sempurna di rahang Siwon.
“Sial!” geram Siwon, “Kau mau main-main denganku?” bisa kurasakan Siwon menghempaskan lenganku dengan kasar, hingga membuat tubuhku terhuyung kebelakang.
“Kyaaaa…” aku berteriak kencang saat mendapati kakiku tidak berpijak di tanah. Detik itu juga kulihat Dongahe meraih tanganku, tapi sayang… tubuhnya tidak cukup siap menahan berat tubuhku, sepertinya keseimbangannya goyah, kami berdua jatuh ke jurang, masih bisa kurasakan dekapan tubuhnya, dia… berusaha melindungi kepalaku. Sekujur tubuhku rasanya sangat sakit, aku lelah, ingin tidur.
========

“Ji-Hee…” samar-samar kudengar suara yang tidak asing bagi pendengaranku, Donghae? “Ji-Hee… bangunlah!” kurasakan pelukan erat di tubuhku. Aku ingin bagun, tapi mataku sangat berat untuk di gerakan. “Ji-Hee-ya… kumohon…” kenapa dengan suaranya? Seperti… sebuah isakan? “Cepat buka matamu!” aku bisa merasakan setetes air jatuh di pipiku, ya Tuhan… apa dia menangis?
Dengan seluruh tenaga yang kumiliki, perlahan kubuka mataku. “Donghae…” bisikku lirih.
Detik itu juga Donghae menatapku, bisa kulihat sorotan mata teduhnya, ah… mata yang selalu kusukai, meski saat ini terlihat sedikit sembab.
“Ji-Hee-ya…” bisiknya lirih.
Aku berusaha menyungingkan sebuah senyuman untuknya.
Sedikit terkesiap, karena entah bagaimana mulanya, yang jelas… saat ini aku bisa merasakan bibirnya tengah bergerak di atas permukaan bibirku. Kenapa dia menciumku? Apa itu artinya dia menyukaiku?

Aku terhanyut, ini… benar-benar memabukkan, dan jujur saja, aku sangat menikmati ciumannya, dan untuk beberapa saat aku lupa, kalau saat ini sekujur tubuhku sedang meronta-ronta, merasa sakit.
Errr… tidak pernah terbesit dalam benakku akan beciuman dengannya dalam keadaan seperti ini.
Sejurus kemudian, Donghae mulai melepaskan ciumannya. Kami sama-sama diam, saling menatap dalam, bergelut dengan pikiran masing-masing.
“Donghae-ya… aku lelah… ingin tidur.” detik itu juga Donghae membaringkan tubuhnya di sampingku, menarik tubuhku, dan memberikan lengannya untuk kujadikan sebagai bantal.
“Aku mencintaimu, Ji-Hee-ya…”
Ya Tuhan… apakah ini mimpi? Dia mengatakan hal itu padaku? Aku menatapnya dalam, mencoba mencari kebohongan dalam matanya, dan yang kudapat adalah… aku tahu dia serius dengan ucapannya.
“Aku juga…” bisikku lirih.
Kulihat Donghae tersenyum simpul, kemudian mengecup keningku. “Tidurlah…” ucapnya lembut, “Tapi kau harus berjanji, akan segera bangun saat aku memanggilmu.” aku terkekeh pelan, saat mendengar ucapannya, kemudian mengangguk pelan.
========

Perlahan kubuka kedua mataku, dan langsung menyipitkan mata, menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui jendela. Tunggu dulu! Jendela? Kuedarkan pandanganku ke segala penjuru arah, ini kamarku? Bagaimana aku bisa ada di sini?
“Ji-Hee sudah sadar!” itu suara teriakan khas seorang Hyun-Gi. “Ji-Hee! Akhirnya kau sadar juga.” Hyun-Gi memelukku dengan erat. “Kau telah membuat kami semua hampir mati karena cemas.” Hyun-Gi memukul lenganku pelan. “Kau sudah tiga hari tidak sadarkan diri, bodoh!”
“Maaf…”
“Untuk apa minta maaf? Kau pasti akan mengulanginya lagi kan?”
“Eh?”
“Orang bernama Lee Donghae itu, sejak tiga hari yang lalu selalu berteriak-teriak, menanyakan keadaanmu. Bahkan setiap jam dia merengek ingin menemuimu” kulihat Hyun-Gi memincingkan matanya. “Apa yang kau sembunyikan dariku? Ada hubungan apa diantara kalian berdua?”
Kuabaikan pertanyaannya. “Di mana Donghae?”
Hyun-Gi mengeryitkan dahi. “Dia dan tenam-temannya… berada dalam pengawasan Jungsoo oppa.”
“Mwo?” tanpa pikir panjang aku turun dari tempat tidur, namun tubuhku terasa sangat lemah, untung saja Hyun-Gi cepat menagkap tubuhku, hingga aku tidak perlu mencium lantai kamarku.
“Mau kemana?”
“Menemui Park Jungsoo.”
“Jangan melakukan hal yang konyol! Kau baru sadar, harus banyak istirahat.”
“Hyun-Gi aku harus menjelaskan pada Jungsoo, mereka bukan orang jahat, mereka teman-temanku.”

“Sejak kapan Sparkler jadi temanmu?” suara itu, dengan cepat aku menoleh ke arah pintu.
“Park Jungsoo, apa yang kau lakukan pada mereka?”
“Kau tenang saja, berdasarkan informasi yang kudapat, mereka selalu memperlakukanmu dengan sangat baik. Jadi… aku juga memperlakukan mereka dengan sangat layak, hanya saja mereka tidak di perkenankan untuk keluar dari ‘tempat pengawasan’.”
“Kau sudah gila Park Jungsoo? Cepat bebaskan mereka!”
Jungsoo menaikkan sebelah alisnya. “Ini sebuah permintaan?”
“Ini perintah!”
“Maaf, kasus ini bukan wewenangmu.”
“Apa maksudmu?” sergahku.
Bisa kurasakan Hyun-Gi meremas pundakku pelan. “Sejak kau pergi, dan… kecelakaan yang menimpa dirimu, semua tugasmu telah diambil alih oleh putra mahkota.” aku memejamkan mataku kuat-kuat, mencerna tiap kata-kata Hyun-Gi. “Satu lagi, acara pertunanganmu telah di tetapkan, pangeran dari kerajaan Azalea akan tiba dalam dua hari ini.” aku membulatkan mataku dengan sempurna.
“Siapa yang memutuskan? Tidak mungkin oppaku akan…”
“Sayang sekali,” Jungsoo memotong kata-kataku. “Kali ini justru putra mahkota yang mengusulkan semua rencana ini.” apa? Yang benar saja! Aku harus bicara serius dengan oppa kesayanganku!
========

“Yang mulia putra mahkota.” aku memberi penekanan dalam tiap kata-kataku.
Hyukie oppa menoleh, dan langsung menaikkan sebelah alisnya.
“Kenapa memanggilku seperti itu?”
Kuputar bola mataku. “Bisakah kau bebaskan teman-temanku?”
“Tidak! Sampai acara pertunanganmu berlangsung.”
“Oppa!”
“Ji-Hee! Kau tahu masalah apa yang telah kau timbulkan? Kau tahu bagaimana aku berusaha keras membuat keadaan tetap terkendali? Kau tahu bagaimana caranya… aku menyembunyikan semua masalah ini dari baginda Raja?”
Aku menundukkan kepala, terselip sedikit perasaan bersalah pada satu-satunya oppaku ini.
“Ehmmm… tidak ada yang menyuruhmu untuk menyembunyikan semua masalah ini, aku akan memberitahu baginda Raja, kalau aku…”
“Apa?” sergahnya. “Kalau kau apa? Jatuh cinta apda ketua kelompok Sparkler?” aku terkesiap, dari mana dia tahu hal itu? “Ingat, aku ini oppamu, kau tidak akan bisa menyembunyikan apapun dariku, termasuk perasaanmu.”

Kunaikkan daguku. “Kalau kau memang mengetahuinya, kenapa mencoba untuk mempersulitku?”
“Kau pikir siapa Donghae? Dia itu Sparkler!”
“Oppa! Asal kau tahu mereka melakukan semua itu untuk…”
“Aku tahu.” potongnya cepat. “Aku jauh lebih tahu apa motif dari pekerjaan mereka.” aku mengeryitkan dahi. “Karena mereka bekerja langsung di bawah perintahku.” aku terkesiap , mendengar kenyataan ini. “Dengar Ji-Hee, aku tidak akan merestui hubunganmu dengan Donghae.”
“Kenapa?”
“Dalam perjanjian kami, tidak pernah ada poin, di mana dia bisa menjerat adikku, membuatmu jatuh cinta padanya, atau bahkan yang lebih parah lagi, dia jatuh cinta padamu.” bisa kurasakan Hyukie oppa merengkuh tubuhku. “Turuti kata-kataku, maka aku akan membebaskan mereka semua, tanpa syarat..”
“Oppa, kenapa kau berlaku tidak adil padaku?”
Bisa kurasakan Hyukie oppa semakin mempererat pelukannya.
“Ini demi kebaikanmu. Ji-Hee-ya… apa kau tahu, akan ada banyak Siwon-Siwon yang lain di luar sana. Hanya memikirkan… bisa terjadi sesuatu padamu, telah membuatku kesulitan untuk bernapas.”
========

Aku menghela napas pelan, sebelum akhirnya membuka pintu sebuah puri kecil -di sisi barat kediaman putra mahkota- yang menjadi tempat ‘pengawasan’ bagi Donghae dan teman-temannya.
Aku berdiri diam di ambang pintu, menatap satu persatu wajah-wajah menyilaukan, yang sedang duduk diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“Ji-Hee-ya…”
Donghae adalah orang pertama yang menyadari keberadaanku di ruangan ini. Dengan cepat dia berlari ke arahku, memeluk tubuhku dengan erat.
Seolah ada sesuatu yang menggelitik perutku, saat kurasakan hidung Donghae menelusuru tiap inci leherku, mungkin… mencoba untuk menghirup aroma tubuhku? Kubiarkan begitu saja semua perlakuannya padaku, dan perlahan kupejamkan mataku.
Kesadaranku pulih seketika, saat menyadari bibir Donghae telah menempel dengan sempurna di pundakku. Aku tidak boleh larut, tidak boleh ikut terhanyut dalam permainan ini, dengan cepat kudorong tubuhnya.
“Donghae! Apa yang kau lakukan?”
Donghae tersenyum lembut. “Kenapa kau mengingkari janji?”
Aku mengeryitkan dahi. “Eh?”
“Kenapa kau tidak bangun-bangun saat aku memanggilmu?”

Aku mengeryitkan dahi. “Kau ini bicara apa? Aneh!” kulewati Donghae begitu saja, menghampiri teman-temanku yang lain. “Kyuhyun, bagaimana kepalamu?”
Kyuhyun meraba kepalanya. “Hanya luka kecil, tidak sampai membuatku… tidak sadarkan diri selama berhari-hari.”
Aku mendengus kesal. “Kau menyindirku, Kyuhyun-ssi?”
Kyuhyun tertawa keras. “Sepertinya.”
Kualihkan pandanganku ke arah Ri-Young, dia sedang menatapku tajam, seolah… sedang menilaiku?
“Ri-Young-ah… kau harus bertemu dengan Hyun-Gi, aku yakin sekali kalian berdua akan cocok.”
“Ji-Hee, apa yang kau ingat tentang kecelakaanmu?”
Sial! Aku lupa, Ri-Young orang yang cukup jeli.
Aku mengusap-usap daguku. “Ehmmm… saat Siwon menghempaskan tanganku, keseimbangan tubuhku goyah, kakiku tidak berpijak pada tanah, saat itulah aku sadar bahwa aku akan jatuh ke jurang. Entahlah… aku hanya bisa berteriak, kemudian… samar-samar kurasakan ada yang memeluk tubuhku dengan erat, sampai akhirnya aku merasakan sakit di sekujur tubuhku. Dan saat aku terbangun beberapa jam yang lalu, aku sudah berada di kamarku.”
Heechul mengeryitkan dahi. “Kau tahu siapa yang memelukmu saat itu?”
“Entahlah… mungkin… Siwon?”

Bisa kurasakan semua mata tertuju padaku, menatapku dengan sorotan tajam, kemudian beralih pada Donghae, yang sedang berdiri di belakangku.
“Ada apa dengan kalian?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Ji-Hee, kau tidak ingat kejadian saat kau berada di dasar jurang?” tanya Sungmin dengan mimik wajah yang terlihat gelisah.
Aku memiringkan kepala. “Memangnya ada yang harus kuingat?”
Bisa kurasakan Donghae menarik lenganku, membuat tubuh kami saling berhadapan. “Akan ku ingatkan!” detik itu juga kurasakan bibirnya telah melumat bibirku.
Ya Tuhan… Ji-Hee sadarlah! Kau tidak boleh terbawa suasana! Dengan cepat kudorong tubuhnya.
Plakkk…
Kuberikan sebuah tamparan di pipi kirinya, tanganku terasa panas, sejujurnya aku membenci diriku sendiri, karena telah menyakiti wajah itu.
“Jangan karena aku baik padamu, maka kau bisa bertindak di luar batas, Lee Donghae-ssi.” tukasku tajam, detik itu juga punggung tangan kiriku bergerak, menyeka bibirku dengan kasar.
Sejurus kemudian, aku menatap semua wajah yang ada di ruangan itu satu-persatu.
Kuberikan senyuman terbaikku. “Seminggu lagi pertunanganku akan dilangsungkan, kuharap kalian bisa datang, karena itu adalah acara paling penting dalam hidupku.”
========

Aku berdiri di hadapan seorang namja yang cukup tampan. Sorotan matanya tajam -jauh berbeda dengan sorotan mata Donghae yang sangat teduh- wajahnya terlihat datar, tanpa eksperesi, terkesan dingin -sedikit mengingatkanku pada sosok Donghae- Oh… ayolah Ji-Hee! Berhenti memikirkan Donghae! Saat ini yang ada di hadapanmu adalah orang yang… dalam beberapa hari ini akan resmi menjadi tunanganmu. Tanpa sadar aku telah mengdesah pelan.
“Yong Junhyung.”
Untuk beberapa saat, aku hanya menatap uluran tangannya. Sejurus kemudian aku tersenyum, menerima uluran tangannya, dan saat aku kembali melihat wajahnya, aku hanya bisa bengong, tatapanku terfokus pada senyumannya. Tidak kusangka, ternyata dibalik wajah sedingin itu… terdapat sebuah senyuman yang sangat hangat.
“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, putri Ji-Hee.” aku membelalakkan mata lebar, saat melihatnya mengecup punggung tanganku. Apa dia juga memiliki kelainan jiwa seperti Siwon?
“A… apa yang kau lakukan?” tanyaku ragu-ragu.
“Eh? Oh… kau tidak tidak kunjung melepaskan tanganku, jadi kupikir…”
Dengan cepat kulepaskan tautan tangan kami. “Ahhh… maaf.” bisa kurasakan wajahku mulai memanas.
========

Kupatut diriku di depan cermin, melihat penampilanku yang sempurna.
Baiklah, pangeran Junhyung bukan pilihan yang buruk. Dia punya kepribadian yang menyenangkan, meski terkesan dingin, tapi aku tahu dia seorang namja yang cukup perhatian. Dia punya cara tersendiri untuk menunjukkan ketertariaknnya padaku, dan itu mampu membuatku errr… sedikit luluh.
Untuk kesekian kalianya aku mendesah, hari ini adalah hari pertunanganku, yang akan di saksikan oleh seluruh rakyat kerajaan Aster, ehmmm… apakah Donghae juga akan melihatnya? Akhh… sekali lagi aku memikirkan Donghae, sampai saat ini dia masih menjadi namja favoriteku, tidak, lebih dari itu, Donghae masih menjadi namja yang paling kucintai.
Kuhela napas pelan, sejak insiden tamparan itu aku tidak pernah bertemu dengannya, lebih tepatnya aku menghindari untuk bertemu dengannya, karena… aku takut, sangat takut ketetapan hatiku akan goyah saat melihat wajahnya. Aku selalu bertanya-tanya apa yang akan dia pikirkan tentangku? Apa yang dirasakannya saat ini? Sakit hati? Pertanyaan bodoh! Tentu saja dia akan sakit hati, aku bahkan pura-pura tidak mengingat pernyataan cintanya. Tapi ini jauh lebih baik, aku tidak mungkin mempertaruhkan seluruh hidupnya bukan?
Tok… Tok… Tok…
Sebuah ketukan membuyarkan seluruh lamunanku.
“Ji-Hee… kau sudah siapa?” tanya Hyun-Gi, dengan kepala yang menyembul dari balik pintu.
Kuberikan senyuman terbaikku, kemudian mengangguk pelan.

Aku berjalan menuju balkon istana.
Kulihat pangeran Junhyung sedang berdiri menatapku, sudut bibirnya sedikit terangkat.
Aku melirik ke arah lain, di sana ada kedua orang tuaku, oppaku, dan juga… Raja serta Ratu Azalea. Ya Tuhan… aku benar-benar akan bertunangan?
Tanpa sengaja aku melirik ke arah halaman istana -tempat seluruh rakyat kerajaan Aster menyaksikan acara ini- saat itu juga langkahku terhenti, bisa kulihat mata itu sedang menatapku dalam, mata yang selama beberapa hari ini selalu kurindukan. Donghae… dia ada di barisan paling depan, bersama teman-teman menyilaukannya.
Untuk beberapa saat -yang terasa sangat lama- pandangan mata kami bertemu. Kumohon… jangan menatapku seperti itu! Jangan membuatku goyah di tengah jalan!
“Ji-Hee…” sebuah bisikan lembut membuatku sontan menoleh. “Kau sudah siap?” pangeran Junhyung menggengam tanganku dengan erat.
Aku tersenyum, Junhyung namja yang baik, aku tidak harus menyakiti hatinya bukan?
“Ehemmm…” suara deheman Hyukie oppa mengintrupsi kegiatan kami, yang saling berpandangan. “Apa yang kalian lakukan? Cepat mulai acaranya!” gerutunya.
Ada apa dengannya? Kenapa dia yang… terlihat paling tidak senang dengan pertunanganku? Bukankah ini salah satu idenya? Hyukie oppa memang sangat menyebalkan!

Sorak-sorai terdengat di seluruh penjuru kerajaan, saat raja Aster mengumumkan pertunanganku. Junhyung masih menggenggam tanganku, bisa kulihat dari ekor mataku, dia menoleh padaku sekilas.
“Ji-Hee-ya… apa kau mencintaiku?” bisiknya tepat di telinga kiriku.
Aku mengerutkan dahi. “Kenapa bertanya seperti itu?”
“Karena aku mencintaimu.” sedikit terlonjak, saat kusadari Junhyung mengecup pipi kiriku dengan lembut. Detik itu juga keadaan istana semakin riuh. “Tapi… kenapa aku merasa kau tidak mencintaiku?”
Aku menatap Junhyung lekat-lekat. “Kau ini bicara apa?”
“Apa namja yang ada di barisan depan itu sangat istimewa? Kenapa aku merasa kalian terus… saling berpandangan? Aku sedikit cemburu Ji-Hee-ya…”
“Junhyung… aku…”
Junhyung menarik pundakku, menjadikan kami saling berhadapan. “Apa?” kulihat wajah Junhyung semakin mendekat ke arahku. Apa yang mau dia lakukan?

“Putri Ji-Hee…” suara itu?
Tanpa sadar aku telah mendorong tubuh Junhyung pelan, dan menoleh ke arah halaman istana. Ya Tuhan… yang benar saja, Donghae semakin melangkah ke depan, apa maunya?
“Lee Ji-Hee… haruskah kukatakan sekali lagi agar kau mengingatnya?” tidak-tidak! Jangan bertindak konyol, Lee Donghae! “Aku mencintaimu.”
“Kau mencintai namja itu?” bisik Junhyung, kugigit bibir bawahku, sejelas itukah perasaanku terbaca?
Kupejamkan mataku kuat-kuat. Perlahan aku menoleh pada Hyukie oppa.Bisa kudengar suara helaan napas Hyukie oppa.
“Kenapa aku terlalu menyayangimu? Sampai-sampai tidak pernah bisa menolak semua keinginanmu?” kusunggingkan senyuman terbaikku padanya.
“Junhyung… maaf.” Junhyung mengusap pipiku, dan tersenyum lembut. Dengan cepat aku beranjak pergi dari tempat ini.

“Konfrontasi macam apa ini?” sebuah teriakan menghentikan langkahku, aku menoleh, dan mendapati Raja Azalea yang… sedang murka?
“Aku tidak menyetujui pertunangan ini.” suara Junhyung memecahkan ketegangan yang sedang terjadi.
“Pangeran Junhyung! Apa yang kau katakan?” tanya Raja Azalea, dengan raut wajah bingung.
“Seperti yang kukatakan tadi.” Junhyng mengangakat bahunya. “Jadi, sebaiknya kalian biarkan putri Ji-Hee pergi.”
“Kita akan bicara sangat serius pangeran Junhyung!” kata-kata raja Azalea, penuh dengan tekanan, berusaha mengintimidasi lawan bicaranya.
“Pangeran Lee Hyukjae! Apa-apaan ini?” teriak baginda Raja -appaku-.
“Aku bisa menjelaskan semuanya.” ucap Hyukie oppa dengan suara tegasnya. “Jadi, kumohon… biarkan Ji-Hee pergi.”
“Lancang!” appaku menatapku dengan garang. “Pengawal! Jangan biarkan putri Ji-Hee selangkah saja keluar dari istana ini.”
Detik itu juga Hyukie oppa berdiri tepat di depanku. “Tidak akan kubiarkan kalian menyentuh putri Ji-Hee.”
“Oppa…” bisikku lirih.
“Kau tenang saja Ji-Hee, aku akan selalu melindungimu.” gumamnya lirih.

Kami bertiga tersudut di pagar balkon. Kugigit bibir bawahku, aku tidak lagi peduli bahwa saat ini kami telah menjadi tontonan gratis bagi seluruh rakyatku.
Aku melirik ke bawah, bisa kulihat Donghae sedang mengulurkan tanagn kanannya ke arahku, yang benar saja! Ini lantai enam!
“Oppa… bagaimana ini?” bisikku lirih.
“Ji-Hee… meloncatlah.” aku langsung membulatkan mata. “Aku yakin Donghae pasti bisa menangkapmu.” tanpa sadar aku telah tersenyum simpul.
Kupeluk tubuh Hyukie oppa dari belakang. “Oppa… aku menyayangimu.” kuberikan sebuah kecupan di pipinya, kemudian membalikkan tubuhku, memanjat pagar balkon.
Tidak ada waktu lagi untuk mengira-ngira apa yang akan terjadi, kupejamkan mataku, dan langsung meloncat ke bawah.
Greppp…
Tubuhku tidak sakit, perlahan kubuka kedua mataku. Lega rasanya, pada akhirnya aku bisa melihat mata ini lagi.
“Ji-Hee-ya…” Donghae tersenyum, menatapku dalam.
“Pengawal! Tangkap putri Ji-Hee!”
“Lari!” teriakku.
Dengan cepat Donghae menggenggam tanganku erat, kami berlari menuju pagar istana.
Sedikit terkejut, saat mendapati hampir semua orang memberi kami jalan. Oh… aku cinta rakyatku, uuups… sepertinya mereka bukan lagi rakyatku, tapi rakyat Hyukie oppa hehehe…

Kulirik tautan tangan kami.
Baiklah, sepertinya melarikan diri dari istana tidak terlalu buruk.
Ehmmm… apakah aku akan terus berlari bersamanya? Untukku pribadi… rasanya… bukan masalah, asalkan bersama Lee Donghae -namja tampan yang selalu ku kagumi- karena… berlari bersamanya terasa sangat menyenangkan.
Lee Donghae… aku sangat-sangat-sangat mencintaimu. Errr… apa terlalu berlebihan?
Aku tersenyum simpul, bukankah pertemuan pertama kami juga seperti ini? Donghae menarikku untuk berlari bersamanya. Dan sekarang… kami akan memulai lembaran baru dengan cara yang sama? Oh… manis sekali… Hey! Lee Ji-Hee… apa kau sudah gila? Saat ini kau sedang diburu oleh appamu sendiri, di mana letak… bagian manisnya? Hadeh…


*** The End ***

Wkakaka…
Terlalu panjang? Reader tepar? Masuk RSJ? Bukan tanggung jawabku! *langsung ditabok massa*
Amburadul? Iya dong, coz aku gagal dpt pangsit(?) waktu bertapa di gunung fuji buahahaha… #Plakkk
Sumpah neh putri satu ngaconya minta makan(?) udah gitu neh cerita gajenya minta sate(?) dan ternyata… endingnya malah ancur minta capcay(?) *sarap!*
Wokeh… satu utang lunas ^^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar