Senin, 07 November 2011

«» Beautiful Life ® Chapter 7 «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji Hee
                     Jung YunHo as Jung YunHo
                     Lee DongHae as Jung DongHae
Support Cast : Shin Hyun Gi
                           LeeTeuk
                           Cho KyuHyun
Genre : Drama-Romance / Straight
Rated : PG-16
Length : Chapter 7 / Of ?
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *
langsung di tendang ke surga(?)* 

Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, jika ada kesamaan, Nama(?) *maaf, ini mah sengaja, aku emg pke namkor temen2ku :P* Karakter(?) *mungkin aja kan?* Tempat(?) *ya... siapa tahu?* Peristiwa(?) *ehm... kayaknya kemungkinan kecil dah wkakaka...*
*Hey! Siapa suruh kebetulan mirip ma imajinasiku? Nah... lho? *Langsung digorok massa*  
Well, happy reading aja dah (^^v)
====================

Jung Yunho-ssi... kumohon bangunlah...”
Eh? menyuruhku bangun? Bahkan sekarang aku bisa merasakan guncangan di tubuhku? Dengan perasaan enggan kubuka kedua mataku.
Seketika aku membelalak lebar. Saat kudapati sepasang bola mata yang indah sedang menatapku. Untuk sesaat rasanya aku terhipnotis dengan tatapan mata itu. Hya! Jung Yunho apa yang sedang kau pikirkan? Dengan cepat aku bangun dari posisi tidurku.
Kau? Kenapa kau ada di sini?”
Aku melihat penampilannya. Masih mengenakan seragam sekolah. Jadi dia benar-benar langsung kemari? Bisa kubayangkan reaksi eomma.
Ehmmm... Jung halmoni menyuruhku untuk membangunkanmu.”
Kulihat dia bergerak-gerak dengan gelisah, kurasa dia tidak nyaman berada di kamarku. Kulirik jam di pergelangan tanganku, ternyata aku tertidur hampir dua jam.
Ehmmm... Jung Yunho-ssi, aku permisi dulu.”
Tunggu! Kau tunanganku bukan?”
Kulihat dia memiringkan kepalanya, “Ne?”
Jangan memanggilku seformal itu.”
Aku sedikit tersenyum, saat mendapati... dia menggigit bibir bawahnya. “Ehmmm... aku harus memanggilmu apa?”
Kuputar bola mataku. Benar juga dia harus memanggilku apa? Adjushi? Come on... dia itu tunanganku! Oppa? Jangan membuatku tertawa! Dipanggil dengan sebutan itu oleh yeoja seusianya? Bukankah rasanya akan...
Oppa?”
Deg...
Aku terdiam, seolah ada sesuatu yang mengelitik relung hatiku.
Apa aku harus memanggilmu Yunho oppa?”

Aku masih terdiam, menatap wajah polosnya. Dia masih anak kecil Yunho! Kau tidak mungkin punya keinginan untuk menciumnya! Eh? Menciumnya? Hya! Apa yang kau pikirkan Jung Yunho? Pasti... aku hanya sedikit terpengaruh oleh kata-kata eomma, mana mungkin aku menyukai balita sepertinya? Aku ini masih waras!
Ehmmm... sebenarnya aku harus memanggilmu apa?”
Aku berjalan mendekatinya. Sedikit sakit hati saat melihatnya mundur beberapa langkah. Jung Yunho, kau di tolak oleh seorang bayi? Menyedihkah!
Kenapa menghindariku?”
Dia tersentak, “Ti... tidak... aku hanya... ehmmm...” ucapanya terbata-bata, terlihat jelas kalau dia sedang gugup.
Sudahlah! Oh ya... terserah kau mau memanggilku apa, kurasa itu tidak terlalu penting, sekarang.”
Tanganku terulur begitu saja untuk mengacak rambutnya. Bisa kulihat semburat merah muncul di kedua pipinya, wajahnya... tersipu malu? Tanpa sadar aku tersenyum simpul, ternyata dia benar-benar yeoja yang masih polos. Apa ini suatu keberuntungan untukku?
Baiklah, aku memanggilmu...” dia menatap wajahku, sepertinya mencoba untuk menilaiku? Lucu sekali ada seorang bocah yang sedang menilaiku. “Oppa saja, lagipula wajahmu masih cukup tampan.”
Aku menatapnya sejenak, dan buru-buru menghalau pikiran aneh yang mulai menjalar di kepalaku.
Oke, aku sudah bangun. Sekarang kita lihat apa yang di inginkan oleh 'yang mulia ibu suri' kita yang satu itu.”
Bisa kudengar suara tawanya yang renyah.
Oppa, kau memanggil Jung halmoni dengan sebutan 'yang mulia ibu suri'?”
Entah kenapa aku senang melihatnya tertawa seperti itu.
Ada yang salah? Bukankah dia memang ibu suri? Keputusannya tidak bisa di ganggu-gugat.”
Dia mengangguk setuju, tangan kanannya bergerak untuk menyeka air mata yang tanpa segan-segan telah meleleh di kedua sudut matanya.

Oppa... apa kau tidak takut aku akan mengadukanmu pada halmoni?”
Aku mengeryitkan dahi, menatap kedua bola matanya. “Kau tidak akan mengadukanku.” kataku dengan nada mantap.
Eh? Kenapa kau yakin sekali?”
Aku mendekatinya, sedikit tersenyum dalam hati, karena kali ini dia tidak melangkah mundur. Kusejajarkan wajahku dengan wajahnya, hadeh... ternyata dia cukup pendek, hampir sama pendeknya dengan Ri-Young.
Aku tahu, kau tidak akan mengadukanku. Karena kau... yeoja yang manis.”
Rasanya aku ingin tertawa, melihatnya terbengong seperti itu, wajahnya... benar-benar tidak bisa di artikan, sangat ajaib, dan jujur saja aku sedikit menikmati ekspresinya itu.
Eh? Sepertinya kau sudah mulai tidak waras Yunho, bisa-bisanya kau menggoda bocah ingusan.
Entah kesadaran di tingkat mana dalam diriku, yang mendorongku untuk mengulurkan tangan, dan kembali mengacak rambutnya.
Ayo kita pergi, atau... kau masih betah tinggal di kamarku?”
Kulihat dia terkesiap, “Bu... bukan... tidak seperti itu.” dia mengibas-ngibaskan tangannya. “Aku... aku... permisi dulu.”
Blammm...
Aku terdiam, menatap pintu kamarku dengan pandangan kosong.
Sebuah pemandangan yang sulit untuk di temukan, seorang yeoja yang berlari kecil, tergesa-gesa meninggalkan kamarku?
Sudut bibirku sedikit terangkat, apa itu artinya... kehidupanku akan menjadi semakin berwarna?
========

* Ji-Hee POV *“Aku tahu, kau tidak akan mengadukanku. Karena kau... yeoja yang manis.”
Aku diam, menatap kedua bola matanya, apa dia berusaha merayuku? Tidak-tidak, mana mungkin orang berkelas sepertinya merayuku? Kalau saat ini yang ada di hadapanku adalah Donghae, baru aku bisa percaya. Eh? Kenapa aku memikirkan Donghae? Aish... tadi aku langsung meninggalkannya begitu saja di depan gerbang, apa mungkin dia akan marah? Tapi... tadi dia juga melihat pengurus Kim bukan? Jadi...

Seluruh lamunanku buyar, saat mendapati sebuah tangan kekar kini tengah mengacak rambutku. Aku hanya bisa diam, menatap wajahnya yang rupawan.
Ayo kita pergi, atau... kau masih betah tinggal di kamarku?”
Aku terkesiap mendengar kata-katanya. “Bu... bukan... tidak seperti itu.” aku mengibas-ngibaskan tanganku. “Aku... aku... permisi dulu.”
Dengan perasaan gugup aku langsung membalikkan tubuhku, sedikit berlari, mungkin akan terlihat bodoh, tapi aku memang ingin secepatnya keluar dari kamar ini. Sebelum... jantungku meledak.
Blammm...
Aku masih berdiri di depan pintu kamarnya, mencoba mengatur detak jantungku. Aku menyentuh kedua pipiku, ya Tuhan... aku sangat malu... apa yang akan dipikirkannya tentangku? Eh? Apakah cukup penting, saat ini aku memikirkan imageku di depannya? Babo!

Ji-Hee...” desis sebuah suara yang sudah tidak asing bagi pendengaranku.
Saat aku menoleh ke kanan, kudapati Donghae sedang berdiri tidak jauh dariku, tangannya dilipat di depan dada, menatapku dengan sorotan tajam. Dia... marah padaku?
Ikut aku!” tanpa basa-basi Donghae telah menarik lenganku.
Donghae...” bisikku lirih, “Kita mau kemana?”
Tidak ada jawaban darinya, dia hanya terus menyeretku ke suatu tempat.
Ckelekkk...
Aku mengerutkan dahi, saat melihat Donghae membuka pintu sebuah ruangan..
Blammm...
Brukkk...
Begitu kami berada di dalam, Donghae langsung mendorong tubuhku ke daun pintu, mengunci seluruh ruang gerakku.
Kenapa kau ada di kamar appaku?” sergahnya.
Ah... Jung halmoni menyuruhku untuk membangunkan appamu.”
Selain itu?”
Aku mengerutkan dahi, “Selain itu apa?” aku mulai bingung dengan kata-katanya.
Kenapa lama sekali berada di sana?” tukasnya tajam.
Aku tersenyum simpul. “Ada apa denganmu Donghae-ya... kau... seperti orang yang sedang cemburu.”
“Aku memang cemburu! Bodoh!” Donghae menyentil dahiku.

Awww...” aku mengerucutkan bibirku.

Chuppp...
Kubulatkan mataku, saat kurasakan bibirnya telah mengecup bibirku dengan cepat. “Hya! Apa yang kaulakukan?” dengan cepat kudorong tubuhnya.
Memberimu sedikit hukuman.” jawabnya enteng. “Lagipula... saat kau mengerucutkan bibir seperti itu... seolah menyuruhku untuk segera menciummu.” Dongahe menjulurkan lidahnya.
Aish... kau ini!” kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan. “Ini kamarmu?” kulihat Donghae mengangguk ringan. “Kenapa membawaku kemari?” aku berjalan mengelilingi tiap sudut ruangan.
Sesaat kemudian, bisa kurasakan Donghae memeluk tubuhku dari belakang. “Memangnya kau hanya bisa ke kamar appaku?” bisiknya tepat di telinga kiriku.
Dia kan tunanganku.”
Hey! Kau ini yeojachiguku, ingat itu!” aku terkekeh pelan, mendengar kata-kata protesnya. “Ji-Hee-ya... ehmmm... jangan lagi pergi ke kamar appaku.” aku menoleh, menatap kedua bola matanya. “Setidaknya sampai satu minggu ini berakhir.”
Tanganku terulur begitu saja, mengusap pipinya dengan lembut. “Donghae... ada apa denganmu? Bukankah kau tahu dengan pasti bagaimana konsekuensi...”
Aku tahu.” potongnya cepat. Perlahan Dongahe membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadapan. “Aku tahu, hanya saja... pikiranku bisa melayang jauh, saat mengetahui kau hanya berdua dengan appaku, di dalam kamar yang tertutup.”
Kuputar bola mataku. “Appamu tidak mungkin berpikir macam-macam, dia... pria yang cukup berkelas, sejujurnya aku sedikit takut jika hanya berdua denganmu.”
Mwo?” aku terkekeh pelan, saat melihat ekspresi wajahnya, benar-benar terlihat sangat lucu.
Tapi... sejurus kemudian, senyuman di bibirku lenyap seketika, saat melihat serigaian di sudut bibirnya. Kenapa... tiba-tiba aku merasa seperti... hewan herbifora yang memiliki insting kuat, saat dirinya sedang terancam bahaya?

Untuk beberapa saat Donghae menatapku dalam, sejurus kemudian dia mulai merengkuh pinggangku.
A... apa maumu?” tanyaku sedikit gugup.
Donghae mengerlikan sebelah matanya padaku. “Menurutmu?” aku hanya bisa menelan ludah, saat melihat wajah Donghae semakin mendekat. “Sepertinya aku ingin... memangsamu.” bisiknya tepat di telingaku, yang jujur saja membuat bulu kudukku merinding.
Mataku membulat sempurna, saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh leherku. “Do... Donghae... apa yang kau lakukan?”
Bisa kudengar suara kekehannya. “Kau... memang harus takut padaku.” bisiknya lirih, kemudian mengecup pipiku dengan lembut.
Seolah aku sedang melakukan permainan roller coster, yang membuat seluruh isi perutku terasa sedikit tidak nyaman, saat merasakan kecupan Donghae menjalar ke daguku.
Dongahe... hentikan! Kau... kau... berjalan terlalu jauh, ini... ini sudah di luar batas!” sekarang aku benar-benar merasa panik.
Donghae tertawa lepas. “Kau ini bicara apa? Aku kan tidak sedang memperkosamu, nona Lee.” kuputar bola mataku, setelah apa yang dilakukannya? Dengan santainya dia bicara seperti itu? Satu lagi, dia tidak pernah memanggilku dengan embel-embel nona, berusaha mengerjaiku? Benar-benar namja yang menyebalkan! “Atau... jangan-jangan kau memang berharap kuperkosa, Lee Ji-Hee-ssi?” Donghae menyerigai licik, dan semakin mengeratkan pelukannya.
Mwo? Hya! Donghae... bercandamu sudah kelewatan!” aku berusaha memberontak dari pelukannya.

Tanpa sengaja, mataku tertuju pada knop pintu yang perlahan mulai begerak.
Seketika tubuhku terasa membeku, menatap ke arah pintu dengan pandangan horor. Dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Donghae hingga tersungkur di lantai.
Ckelekkk...
Aku sempat menahan napas, saat melihat sesosok namja berdiri di ambang pintu.
K... Kyuhyun...” kurasa... ucapanku pasti terdengar seperti orang idiot?
Ji-Hee-ya...? Kenapa kau ada di sini? Dan kau hyung... kenapa bisa tiduran di lantai?” Kyuhyun menatap kami secara bergantian, dengan pandangan mata penuh selidik.
A... aku...” Kenapa bibirku terasa kelu?
Kyuhyun menjetikkan jarinya. “Kalian pasti melakukan sesuatu? Benarkan?” kenapa aku merasa kata-katanya seperti... sebuah peryataan dari pada sebuah pertanyaan?
Kau ini bicara apa? Kami tidak melakukan sesuatu.” sial! Kenapa aku tidak bisa menyembunyikan getaran dalam suaraku?
Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu? Kebiasaan buruk!” tukas Donghae.
Kulihat Kyuhyun mengeryitkan dahinya. “Hyung... sebelumnya kau tidak pernah mempermasalahkan kebiasaanku yang satu ini. Bukankah... kau pernah bilang ini juga kamarku?”
Aish! Aku benar-benar merutuk seorang Donghae! Bukankah itu semakin membuatnya curiga.

Blammm...
Kyuhyun menutup pintu, terkesan sedikit... buru-buru, menurutku. Saat itu juga aku memiringkan kepala, menatap Kyuhyun dengan perasaan bingung.
Pemandangan yang tidak pantas dilihat!” Kyuhyun mengalihkan pandangan ke arah jendela.
Aku mengeryitkan dahi. “Eh?”
Ji-Hee-ya... kancing bajumu terbuka.”
Mwo?” secara refleks aku berusaha merapikan bajuku. Tapi... bajuku dalam keadaan baik-baik saja?
Hey! Aku belum bertindak sejauh itu!” sergah Donghae tajam. “Bahkan belum ada fikiran untuk menyentuh kancing bajunya.” sambungnya dengan mimik wajah sebal.
Detik itu juga kudengar Kyuhyun tertawa lepas. “Jadi...” Kyuhyun menaik-turunkan alisnya. “Kalian memang melakukan sesuatu bukan?”
Wow... hebat sekali tuan Kyuhyun kita yang satu ini, atau jangan-jangan Donghae yang terlalu bodoh? Well, bisa saja kancing bajuku terbuka karena terlalu banyak bergerak bukan? Aku langsung menatap Donghae dengan tajam.
Kulihat Donghae memutar bola matanya. “Kalau memang kami melakukan sesuatu, kau mau apa?”
Kyuhyun mengedikkan bahunya pelan. “Sebenarnya tidak ada planing khusus, aku... bisa saja hanya akan duduk manis, menikmati scandal yang kalian buat. Tapi dengan satu syarat, aku harus menjadi orang pertama yang tahu tentang semua ini.” Kyuhyun tersenyum simpul. “Atau... aku juga bisa... berusaha melindungi calon istri Yunho adjushi, dari terkaman makhluk sepertimu.”
Hya! Kau pikir aku binatang buas?” Donghae melakukan protes keras.
Kyuhyun diam, menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Kenapa menatapku seperti itu?” aku menggembungkan pipiku.
Kyuhyun mengusap dagunya. “Ji-Hee-ya... tidakkah kau sadar? Kau... sedikit menggiurkan bagi binatang buas seperti Donghae hyung.”
Kugertakkan gigiku kuat-kuat, sedikit tersinggung, aku tidak sedang... berusaha merayu seseorang!
Mwo? Apa maksudmu? Aku hanya mengenakan seragam sekolah, tidak berdandan yang terlihat terlalu mencolok, tidak berpakaian seksi. Jadi... bagian mana yang membuatku terlihat menggiurkan?”
Bagian di mana kau adalah seorang Lee Ji-Hee, yeoja special bagi hyungku.”
Aku diam, Donghae diam, kami bertiga sama-sama terdiam. Mungkin... berusaha mencerna sebuah masalah dari sudut pandang masing-masing?
========

* Author POV *


Di sisi Lain...Ckelekkk...
Seorang yeoja membuka pintu sebuah rumah dengan wajah lesu. Dia berusaha melangkahkan kakinya dengan gontai, sesekali menghela napas panjang.
Santai Hyun-Gi! Anggap dia makhluk halus, transparant bagi penglihatanmu.” gumamnya dalam hati.
Hyun-Gi-ya... kenapa kau baru pulang?” tanya seorang namja dengan senyuman manisnya.
Bukan urusanmu!” jawab Hyun-Gi dengan nada ketus.
Aish! Kau ini! Mulai sekarang, kalau akan pulang terlambat, kau harus mengabariku.” Hyun-Gi mengeryitkan dahinya. “Apa kau ingin aku mencarimu di seluruh kantor polisi?”
Memangnya aku akan melakukan tindakan kriminal? Otakmu benar-benar sudah kacau Leeteuk-ssi.”
Leeteuk memutar bola matanya. “Kau memang tidak mungkin melakukan tindakan kriminal, tapi...” Leeteuk menatap Hyun-Gi lekat-lekat. “Kau... cenderung bisa menjadi korban kejahatan.”
Hyun-Gi membelalakkan mata lebar. “Apa maksudmu? Kau pikir aku selemah itu?”
Bukan! Hanya saja...” Leeteuk berjalan mendekati Hyun-Gi. “Kau terlalu cantik.” Bisik Leeteuk tepat di telinga Hyun-Gi.
Bukkk...
Awww...” teriak Leeteuk, saat Hyun-Gi menendang tulang keringnya.
Jangan macam-macam denganku.” desis Hyun-Gi. “Ah... satu lagi, jangan pernah mencampuri urusanku! Mahasiswa kurang kerjaan!” Hyun-Gi melemparkan pandangan melecehkan pada Leeteuk, kemudian berjalan ke arah tangga, menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Aish! Yeoja-ku memang benar-benar menarik.” gumam Leeteuk dengan sebuah senyuman yang mengembang, di sudut bibirnya.
--------------

Tok... Tok... Tok...
Leeteuk mengetuk pintu kamar Hyun-Gi.
Hyun-Gi...” panggil Leeteuk.
Untuk beberapa saat, tidak ada jawaban sama sekali.
Tok... Tok... Tok...
Hyun-Gi-ah... apa kau sedang tidur?” suara Leeteuk terdengar sedikit memelas.
Tok... Tok... Tok...
Hya! Shin Hyun-Gi! Tolong buka pintunya...”
Ckelekkk...
Aish! Berisik!” gerutu Hyun-Gi, tepat saat membuka pintu kamarnya. “Wae?” Hyun-Gi menatap Leeteuk dengan sorotan mata ingin membunuh.
Leeteuk tersenyum manis. “Aku lapar...”
Lalu?”
Bisakah kau...”
Tidak bisa!” potong Hyun-Gi, dan buru-buru menutup pintu kamarnya.
Dengan cepat Leeteuk menahan pintu kamar Hyun-Gi. “Hya! Aku belum selesai bicara.”
Hyun-Gi memutar bola matanya. “Bicaralah, tuan Leeteuk-ssi.”
Temani aku makan!” Leeteuk langsung menarik lengan Hyun-Gi.
Hya! Apa-apaan kau?” teriak Hyun-Gi.
Leeteuk berhenti melangkah, membalikkan tubuhnya, dan menatap Hyun-Gi dalam.
Sebenarnya apa maumu? Dasar orang aneh!” cibir Hyun-Gi.
Leeteuk menghela napas pelan. “Hyun-Gi, aku sudah memasak, yang perlu kau lakukan hanya menemaniku makan. Lagipula... aku tahu saat ini kau pasti sedang lapar.”
Sok tahu!”
Leeteuk tersenyum simpul. “Karena aku memperhatikan cara jalanmu yang seperti tanaman layu.”
Hyun-Gi membulatkan matanya. “Kau mau cari ribut denganku?”
Nanti, setelah kita makan.” Leeteuk menyentuh ujung hidung Hyun-Gi, dan terkekeh pelan.
Hyun-Gi hanya bisa membulatkan matanya, cukup terkejut dengan tindakan Leeteuk yang terkesan berani menyulut emosinya.

Bisakah kau berhenti menatapku seperti itu, Leeteuk-ssi?”
Kenapa? Aku hanya sedang menikmati sebuah pemandangan indah, ehmmm... aku bahkan tidak mengusikmu sama sekali.”
Hyun-Gi memutar bola matanya. “Jangan jadikan aku objekmu! Aku benar-benar tidak suka!”
Leeteuk memasang wajah polosnya. “Eh? Setiap orang punya hak untuk melihat bukan? Lagipula siapa suruh hanya ada kau satu-satunya objek yang pantas untuk dilihat?”
Mata Hyun-Gi melebar, menatap Leeteuk dengan tajam. “Cepat habiskan makananmu dan segera pergi dari hadapanku!”
Mengusirku nona Shin?”
Tidak, aku sedang bersiap-siap untuk mencincangmu!”
Ah...” Leeteuk menepuk dahinya. “Aku punya sebuah kabar baik.” Hyun-Gi melipat tangannya di depan dada, menunggu kata-kata Leeteuk selanjutnya. “Aku sudah mulai kebal dengan semua sikapmu padaku.” Leeteuk terkekeh pelan, saat melihat Hyun-Gi berdecak kesal. “Jadi sebaiknya kau simpan tenagamu untuk hal-hal yang lebih berguna, dari pada terus-menerus memusuhiku.” Leeteuk menyunggingkan sebuah senyuman lembut. “Bagaimana kalau kita berdamai saja?”
Cih! Terus saja bermimpi!” desis Hyun-Gi sambil menusuk sepotong daging dengan sumpitnya.
Ckckck... kasihan sekali daging itu.” Leeteuk menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mau menggantikan daging ini?”
Leeteuk tidak menjawab, tersenyum simpul kemudian mengerlingkan sebelah matanya, dan itu semakin membuat Hyun-Gi... ingin menelan hidup-hidup makhluk yang bernama Leeteuk.
--------------

Hyun-Gi duduk manis di ruang tengah, tanpa memperdulikan Leeteuk yang tengah sibuk membereskan peralatan makan di dapur. Sesekali tangan yeoja itu memencet tombol remote control dengan perasaan bosan, sejurus kemudian sebuah desahan panjang keluar dari bibir mungilnya. Tanpa sengaja pemandangan itu tertangkap oleh Leeteuk yang baru keluar dari arah dapur -sambil menyeka tangannya dengan lap kering- saat itu juga, sebuah senyum simpul tersungging di sudut bibir Leeteuk.
Hey! Shin Hyun-Gi.” Hyun-Gi menoleh sambil mengeryitkan dahinya. “Tidak bisakah kau tersenyum padaku?” Leeteuk menghampiri Hyun-Gi dan duduk di sampingnya.
Aku tidak tertarik!” jawab Hyun-Gi dengan acuh.
Benarkah?” Hyun-Gi hanya memutar bola matanya. “Akan kupastikan, suatu saat nanti senyummu hanya akan kau tunjukkan padaku.” Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya. “Karena tidak lama lagi, kau akan menerima keberadaanku.”
Bodoh!” Hyun-Gi mendengus sebal.
Bukan hanya itu.” Hyun-Gi menoleh, menatap wajah Leeteuk. “Kupastikan kau akan menerima seluruh hatiku.” Hyun-Gi membelalakkan mata lebar, tidak mempercayai pendengarannya.
Melihat wajah Hyun-Gi dengan ekspresi yang sulit diartikan, Leeteuk tersenyum simpul, dan tanpa pikir panjang...
Chu~
Leeteuk mengecup bibir Hyun-Gi dengan cepat.
Saranghae...” bisik Leeteuk lirih, kemudian beranjak dari duduknya, pergi meninggalkan tubuh Hyun-Gi yang membeku, tanpa nyawa.
Leeteuk menghentikan langkahnya sejenak, menoleh pada Hyun-Gi yang masih tidak ada tanda-tanda akan segera sadar dari komanya(?). “Tidak lama lagi, kau akan jadi milikku.” gumam Leeteuk lirih.

Beberapa saat kemudian...

Hyun-Gi mengerjapkan matanya beberapa kali, pikirannya masih melayang jauh.
Dengan langkah gontai Hyun-Gi pergi menuju kamar mandi, di dekat dapur.
Blammm...
Hyun-Gi menatap pantulan wajahnya di cermin, dan segera membasuh mukanya.
Itu... tidak mungkin.” Hyun-Gi menggeleng cepat. “Benar! Tidak mungkin namja itu berani melakukan hal seperti itu padaku. Aku pasti sedang berhalusinasi.” Hyun-Gi tertawa hambar. “Tapi...” Hyun-Gi menyentuh bibirnya. “Kenapa terasa begitu nyata? Arghhh... Shin Hyun-Gi kau sudah gila! Aku harus segera menjernikan pikiran.” Hyun-Gi menyalakan air di bathub, dia berfikir dengan berendam mungkin bisa membuang semua pikiran konyolnya.
--------------

Leeteuk bersiul-siul ringan di dalam kamarnya, sambil merapikan beberapa buku yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Ahhh... kenapa aku ingin menggodanya lagi?” Leeteuk tersenyum jahil.
Blammm...
Leeteuk menutup pintu kamarnya, dan segera beranjak menuju ruang tengah, di lantai satu.
Begitu sampai di ruang tengah, Leeteuk mendapati tv masih menyala, tanpa ada tanda-tanda keberadaan Hyun-Gi.
Eh? Ke mana dia?” Leeteuk mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah.
Pettt...
Tiba-tiba seluruh lampu padam.
Kyaaa...” suara teriakan Hyun-Gi terdengar di seluruh penjuru rumah yang gelap gulita.
Hyun-Gi...” teriak Leeteuk dengan suara gusar.
Tidak ada jawaban.
Hya! Shin Hyun-Gi, kau dimana?”
Brukkk...
Awww...” ringis Leeteuk, saat tanpa sengaja kakinya membentur sudut meja.
Hyun-Gi-ah... kau di mana?” sekali lagi Leeteuk berteriak.
Ka... kamar mandi.” sayup-sayup Leeteuk mendengar suara Hyun-Gi yang bergetar.
Brakkk...
Leeteuk membuka kamar mandi dengan kasar.
Detik itu juga Leeteuk merengkuh tubuh Hyun-Gi, tanpa memperdulikan fakta bahwa saat ini yeoja itu hanya mengenakan handuk mandi, leeteuk langsung membopongnya ke ruang tengah.

Leeteuk benar-benar panik, berusaha menyalakan lilin sebanyak-banyaknya. Karena dia tahu dengan pasti, yeoja yang saat ini meringkuk di sofa sangat takut akan kegelapan.
Ditengah kesibukan menyalakan lilin, sesekali Leeteuk melirik Hyun-Gi, sekedar memastikan bahwa yeoja itu dalam keadaan baik-baik saja.
Hyun-Gi-ah...” Leeteuk duduk di samping Hyun-Gi, memeluk tubuh mungil itu, yang masih bergetar. Kemudian mulai mengusap rambut yeoja itu dengann lembut. “Tenanglah, ada aku di sini, kau tidak perlu takut lagi.”
Bagaimana kau tahu aku takut akan kegelapan?” tanya Hyun-Gi dengan suara yang masih sedikit bergetar.
Itu rahasia.”
“Kau tetap saja namja yang menyebalkan!” Hyun-Gi memukul dada Leeteuk pelan. “Tapi... aku sangat berterima kasih padamu.”
Hanya terima kasih?”
Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya. “Eh?”
Aku tidak mau sekedar ucapan terima kasih.” Leeteuk mulai menarik dagu Hyun-Gi. “Bagaimana kalau...” Leeteuk menggantungkan kata-katanya, dengan cepat dia mendaratkan sebuah kecupan di bibir Hyun-Gi.
Deg...
Jantung Hyun-Gi berdebar kencang, akal sehatnya berteriak, menyuruhnya untuk segera mendorong tubuh Leeteuk, namun di salah satu sudut hatinya, yeoja itu mulai merasan sebuah sensasi yang luar biasa di tubuhnya, seakan menikmati tiap kecupan namja itu. Tanpa sadar Hyun-Gi mulai mengikuti alur permainan, terbawa suasana? Mungkin!

Leeteuk mulai melepaskan ciumannya, memberi Hyun-Gi kesempatan untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Untuk beberapa saat, Leeteuk menatap wajah Hyun-Gi dengan penuh kelembutan, sejurus kemudian sebuah senyum simpul menghiasi wajah namja itu. “Saranghae...” bisiknya lirih.
Hyun-Gi terdiam, yang bisa dilakukannya hanya menatap kedua bola mata Leeteuk, mencari sebuah kejujuran dalam pancaran mata namja yang saat ini ada di hadapannya itu.
Plikkk...
Seluruh lampu telah menyala, namun... mereka berdua masih saling menatap dalam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sejurus kemudian, Leeteuk mulai mengerjapkan matanya.
Ehmmm... nona Shin, sepertinya keadaanmu benar-benar tidak menguntungkan.”
Hyun-Gi memiringkan kepalanya. “Maksudmu?”
Leeteuk terlihat sedikit gelisah. “Ehmmm... aku bisa saja menyerangmu.” Leeteuk memalingkan wajahnya, yang terlihat mulai memerah.
Aneh!” celetuk Hyun-Gi, namun detik itu juga dia membulatkan matanya, melihat kondisi tubuhnya yang hanya di balut dengan handuk mandi. “Kyaaa... mesum!”
Hyun-Gi masih sempat menendang tubuh Leeteuk hingga tersungkur di lantai.
Brukkk...
Awww...” Leeteuk meringis, karena tanpa sengaja dahinya terbentur meja.
Hyun-Gi tidak memperdulikan suara teriakan Leeteuk, dia berlari menuju kamarnya di lantai dua, sambil mengumpat kesal, cukup nyaring hingga membuat tawa Leeteuk meledak.
--------------

Leeteuk menatap cermin di hadapannya, melihat luka memar yang terlihat jelas di keningnya.
Ckckck... kau harus bertanggung jawab nona Shin, setidaknya... cukup adil jika kau menyerahkan seluruh hatimu padaku.” Leeteuk tertawa riang, kemudian kembali menatap cermin, perlahan menyetuh permukaan bibirnya. “Hari ini... kemajuannya sangat pesat, dia... membalas ciumanku.” Leeteuk benar-benar tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya.
Beberapa saat kemudian, Leeteuk menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, matapa langit-langit kamar, menerawang jauh.
Setelah kejadian tadi, kira-kira apa yang sedang dilakukannya saat ini? Ehmmm... apa sebaiknya aku pergi melihat keadaannya? Benar, setidaknya aku memastikan kalau dia... tidak marah lagi padaku.”

Tok... Tok... Tok...
“Hyun-Gi-ah... boleh aku masuk?”

Ckelekkk...
Begitu Leeteuk membuka pintu kamar Huyun-Gi, dia hanya bisa mendesah pelan.
Selalu saja tidak punya pertahanan diri. Kalau mau tidur setidaknya kunci pintu dulu!” gerutu Leeteuk, dan berjalan menghampiri tempat tidur Hyun-Gi, menyelimuti tubuh yeoja itu. “Aish! Kau harus diberi pelajaran nona Shin.”Leeteuk membaringkan tubuhnya di sambing Hyun-Gi.
Leeteuk tersenyum lembut, memandang wajah Hyun-Gi yang terlihat damai. Perlahan tangannya mulai bergerak, menyibak poni yang terlihat nakal, menutupi mata yeoja itu.
Hyun-Gi-ah... sampai kapan kau akan melupanku?” bisik Leeteuk lirih.
========

Kediaman Keluarga Jung...


* Jung Halmoni POV *
Tok... Tok... Tok...

Kututup proposal di tanganku, mengalihkan pandangan ke arah pintu.
Siapa?”
Nyonya besar, ini saya, pengurus Kim.”
Masuklah.”
Ckelekkk...
Kulihat pengurus Kim membungkukan badan sejenak, “Nyonya, ada tamu untuk anda.”
Siapa? Malam-malam begini?”
Pengurus Kim mengulas senyum simpul. “Pengacara Park. Sedang menunggu anda di ruang kerja.”
Aku tersenyum riang. “Tunggu dulu! Kau tidak menceritakan apapun padanya kan?”
Tanpa seijin nyonya, saya tidak mungkin berani.”
Bagus! Aku sendiri yang akan mengatakannya.” aku beranjak dari tempat tidurku, mengenakan mantel yang tersampir di sebuah kursi.
Saya rasa... ini akan menjadi kejutan hebat bagi pengacara Park.”
Aku mengedikkan bahu pelan. “Kita lihat saja nanti, bagimana reaksinya?”
kulihat pengurus kim Mengerutkan dahinya. “Apa anda berpikir... pengacara Jang akan menentang tindakan anda?”
Entahlah!” Aku menatap pengurus Kim. “Kau tahu apa yang kuinginkan?”
Nona Ji-Hee, yeoja yang pantas untuk di pertahankan.” ucap pengurus Kim dengan mantap.
Aku tahu, kau satu-satunya orang yang berada di pihakku.”
Bukan hanya saya,” pengurus Kim tersenyum lembut. “Karena menurut saya... mendiang tuan besar juga akan selalu berada di pihak anda.”
Aku meraih tangan pengurus Kim. “Terima kasih.”

Ckelekkk...
Aku tersenyum saat melihat pengacara Park berdiri dan melebarkan tangannya, menyambut kedatanganku.
Sudah lama kita tidak bertemu, nyonya Jung.”
Aku tertawa lepas. “Kau yang terlu sibuk dengan pekerjaanmu, pengacara Park.” kudengar dia terkekeh pelan. “Apa yang membawamu kemari?”
Tidak ada yang khusus, hanya mengunjungi teman.”
Benarkah? Park Yoochun, ehmmm... sebenarnya ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu.”
Apa? Tidak ada masalah dengan perusahaan bukan?”
Kau tenang saja, semua aman terkendali.”
Baguslah.” Yoochun menatapku tajam. “Ada masalah dengan kesehatanmu?”
Aku dalam keadaan sehat, bahkan sangat sehat.”
Yoochul mengeryitkan dahinya. “Lalu?”
Ehmmm... kau ingat yeoja yang menyumbangakan seluruh isi tabungannya, saat acara amal di panti asuhan tahun lalu?”
Errr... yeoja manis yang... memaikan piano, saat pengisi acara terlambat datang?” aku tersenyum, dan mengangguk mantap. “Kenapa dengan yeoja itu?”
Ehmmm... namanya Lee Ji-Hee.” tanpa sadar aku menggaruk pelipisku. “Aku... bermaksud akan menikahkannya dengan Yunho.”
Mwo?”


*** TBC ***

Wkakaka....
Yang kangen ma kata-kata 'Mwo?' udah tak kasih lagi noh... Fufufu~
Ehmmm... sepertinya terlalu banyak scandal yang kubuat di part ini hahaha... #Plakkk...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar