Senin, 30 Mei 2011

«» Journey To Happiness {Special Part~΅Wookie-Eunhyuk΅} «»


Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Genre : Comedy-Romance / Genderswitch
Rating : PG-16
Main Cast : Ryeowook (Yeoja)
Eunhyuk (Namja)
================================

* Wookie POV *

Kim Ryewook, tapi aku lebih senang di panggil Wookie, yeoja biasa-biasa saja, yang terlahir di keluarga luar biasa. Kenapa aku bisa bilang seperti itu? Karena aku mulai merasa sesak napas, berada di rumah ini. Ehm... mesti kuralat, berada di keluarga ini.
Aku sendiri juga merasa heran, kenapa aku bisa berada di tengah-tengah orang yang memancarkan cahaya berlebihan? Bukankah dengan begini aku jadi terlihat... ah... bukan, aku jadi... tidak terlihat, mungkin kata-kata itu akan lebih tepat.


Kucoba menghela napas pelan.
Oke, aku terlalu berlebih! Keluargaku kaya, otakku cukup encer, semua orang bilang, aku orang yang menyenangkan, orang yang bertanggung jawab, dan segala pujian lain yang sering kali ku dengar. Tapi... satu hal yang membuatku cukup minder, masalah fisik.
Kupatut diriku di depan cermin.
Well, bisa kalian lihatkan? Bagaimana porsi tubuhku yang berlebih? Oh tidak! Aku seorang yeoja, tp lihat! Aku saja merasa takut saat melihat cermin. Lantas bagaimana aku bisa mendapatkan seorang namja? Inilah masalah yang paling krusial bagi yeoja seusiaku. Bingo! Aku baru 16 tahun, tidak ada seorang namjapun yang melirikku, bukankah yeoja seusiaku pasti menikmati masa-masa 'pacaran' dan juga 'kencan'?. Apalagi ini satnight! Selama ini aku hanya bisa pergi dengan sepupu-sepupuku yang sangat 'indah'. Ah... aku bisa gila! Kemana perginya masa mudaku?
Kujatuhkan tubuhku ke atas tempat tidur. Sejurus kemudian aku mulai membenamkan wajaku di atas bantal. Rasanya aku ingin menghilang!

Tok... Tok... Tok...
Kudengar pintu kamarku di ketuk. Dengan berat hati, ku dudukkan tubuhku.
“Siapa?” tanyaku dengan lemas.
“Wookie... ini aku. Boleh aku masuk.”
“Unnie, tentu saja. Masuklah.”
Kupandangi knop pintu yang mulai bergerak, tidak lama kemudian, kulihat kepala Teuki unnie menyembul dari balik pintu.
“Wookie... sampai kapan kau mau mengurung diri di kamar? Kita pergi jalan-jalan yuk.”
“Aku sedang malas unnie.” aku mengambil sebuah bantal dan mendekapnya dengan erat.
“Hya! Kenapa kau jadi membosankan seperti ini? Ayolah kita pergi.” rengek Teuki unnie.
“Ajak saja Kyuhyun.” aku tersenyum, memasang wajah inocent.
“Hahaha...” Teuki unnie tertawa hambar. “Kau berusaha menyindiriku?” kulihat Teuki unnie memutar bola matanya.
Well, masalah Kyuhyun memang sedikit sensitif baginya.
“Coba saja bicara baik-baik.”
“Kau tahu, sebelum aku bicara, dia sudah kabur terlebih dulu, bersama dua teman konyolnya itu.”

Aku hanya tersenyum, setiap mendengar unnie mengeluh tetang dua teman 'konyol' Kyuhyun. Jujur saja aku sedikit penasan pada mereka. Ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri, seberapa konyol wajah mereka.
“Bagaimana kalau kita pergi ke taman kota? Kau tahu akan ada kemabang api malam ini.” Teuki unnie terlihat begitu bersemangat.
Aku menyipitkan mata. “Kenapa tidak mengajak Yunho oppa?”

*Kyaaaaa... @(>.<)@ gak nyangkan, suami pertamaku nongol di JTH ee... >.< hug Yunpa*

“Yunho?” Teuki unnie mendongak, menatap langit-langit kamar. “Aku sudah putus dengannya.”
“Kenapa?”
“Minggu depan dia akan pindah ke Jepang. Kau tahu, aku tidak cukup percaya diri, jika harus menjalani long distance. Jadi, menurutku... break-up satu-satunya jalan bagi kami.” meski kulihat Teuki unnie tersenyum, tapi, bisa kurasakan ada kegetiran dalam tiap kata-katanya.

“Hya! Unnie, kau jangan seperti itu. Ingat saja kau masih muda. Masih bisa menemukan namja yang lebih baik dari Yunho oppa.”
Kulihat Teuki unnie mendengus kesal. Upss... aku lupa baginya, umur adalah hal yang cukup sensitif, setelah masalah Kyuhyun tentunya.
“lagi-lagi kau menghinaku.” Teuki unnie merebahkan tubuhnya. “Kurasa aku akan sedikit kesulitan menemukan pengganti Yunho. Kau tahu sendiri, aku orang yang sulit jatuh cinta, ataupun merasan hal-hal seperti itu.”
“Tapi kau cantik. Akan ada banyak namja yang berusaha mendekatimu. Siapa tahu, salah satunya bisa menarik perhatianmu. Setidaknya peluangmu jauh lebih besar dari pada aku.”

Pletakkk...
Kurasakan Teuki unnie menjitak kepalaku. Aku hanya bisa menringis. Rasanya benar-benar sakit, karena dia memang tidak main-main.
“Hya! Wookie, kenapa pikiranmu selalu seperti ini? Mana kepercayaandirimu sebagai purti keluarga Kim?” unnie mengertakkan giginya. “Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini! Semua punya keterbatasannya masing-masing. Bahkan Kyuhyun yang kau anggap namja sempurna, setiap malam selalu menciptakan pulau di bantalnya.” aku terkiki pelan mendengar hal itu. “Saat seusiamu, aku bahkan mendapatkan ini.” unnie menunjuk punggungnya.
“Kau tahu, dengan luka ini, aku pernah berfikir, bahkan orang butapun akan merasa jijik. Tapi aku tidak peduli. Karena aku yakin, suatu saat aku akan menemukan orang yang bisa menerimaku apa adanya. Bukan sekedar melihat fisikly, ataupun kekayaan yang dimiliki keluargaku. Tapi orang yang bisa melihatku secara utuh, lengkap dengan segala kekuranganku.”
“Seperti Yunho oppa?” Teuki unnie tersenyum miris, saat mendengar pertanyaanku.
---------------------

Brukkk...
Tanpa sengaja aku menabrak tubuh seseorang. Saat keluar dari perpustakkan kota.
Semua buku yang kubawa berserakan di lantai.
“Sial!” rutukku dalam hati. Dengan perasaan enggan, aku mulai memunguti buku-buku itu.
“Ini.” sebuah tangan menyodorkan beberapa buku kepadaku. Dengan cepat aku menoleh, memandang wajah namja yang sedang jongkok, membantuku memunguti buku-buku.
“Oh! Terima kasih.” aku sedikit menganggukkan kepala.
Jujur saja, tidak kusangka dia akan membantuku. Kukira dia akan pergi begitu saja. Well, siapa yang akan membantu yeoja seperti?
Kami berdua berdiri, dia tersenyum padaku.
Wow, senyumnya begitu mengemaskan, untuk ukuran seorang namja. Ehm... menurutku pribadi... dia bukan tipe namja tampan, tidak seperti Kyuhyun yang mempesona. Tapi, dia cukup manis. Eh? Apa aku pantas menyebut seorang namja dengan sebutan manis? Karena wajahnya memang cukup menyenangkan.

“Maaf.” kata-katanya membuyarkan seluruh lamunanku.
“Tidak apa-apa.” aku tersenyum ke arahnya.
“Eunhyuk.”
“Eh?”
Sesaat, terlihat senyuman mengembang di bibirnya. “Namaku Eunhyuk.” dia mengulurkan tangannya.
“Oh. Wookie.” ucapku sambil menjabat tangannya.
“Perlu kubantu?”
“Eh?” aku menatapnya sejenak.
Lagi-lagi dia tersenyum. “Sepertinya kau sedikit kesulitan membawa buku-buku itu. Aku, dengan senang hati akan membantumu membawanya.”
“Oh, tidak perlu. Aku bisa membawanya sendiri.”
“Kau yakin?” dia mengulurkan tangannya, untuk menghalangi jalanku.
“Tentu saja Eunhyuk-ssi. Lagipula mobilku tidak jauh dari sini.” aku melemparkan pandangan pada mobilku yang terletak di seberang jalan.
“Kalau begitu, biar kubawakan sampai mobilmu.” dia mengambil semua buku yang aka di tanganku. Aku hanya bisa melongo, melihat sikapnya. Jujur saja, aku sedikit terkesan dengan niat baiknya itu.
---------------------

“Kita bertemu lagi.” bisik seseorang tepat di telinga kiriku.
“Kau? Eunhyuk-ssi, bagaimana kau bisa ada disini?”
“Sebenarnya, aku memang sering kemari.” dia menatapku cukup lama.
Aku mengerutkan dahi. Apa ada yang aneh dengan bajuku? Dengan cepat aku melihat tubuhku sendiri. Ah... porsi tubuhku yang aneh. Aku mulai menggelengkan kepala pelan.
“Kau... apa hubunganmu dengan Kyuhyuh?” apa aku tidak salah dengar? Kenapa nada suaranya begitu tajam? Seolah sedang menilaiku?
“Kyuhyun? Dia sepupuku.”
“Benarkah?”
“Memangnya aku terlihat berbohong?”
“Tidak juga.” dia tersenyum seperti waktu itu.
“Eh... kau teman Kyuhyun? Jadi kau salah satu teman 'konyol' Kyuhyun?”
“Pasti Teuki noona?” Aku memutar bola mataku.
Kalian tahu, pembicaraan kami mengalir begitu saja. Ini pertema kalinya, aku betah berinteraksi dengan seorang namja. Aku bahkan baru mengenalnya. Entahlah, yang jelas aku merasa nyaman saat berada di dekatnya.
=============

Begitu turun dari pesawat, kuhirup udara dalam-dalam.
Setelah 4 tahun tinggal di London, akhirnya aku bisa kembali ke Korea.

Kalian tahu, ada sedikit perubahan dalam diriku. mungkin karena aku tidak cocok dengan semua makan di London, atau karena hal lain, yang pasti, sekarang bentuk tubuhku jauh lebih baik. Atau mungkin lebih buruk. Entahlah, kemana perginya semua lemak ditubuhku? Sampai-sampai hanya menyisahkan tulangnya saja. Kalau begini caranya, bisa-bisa orang mengira aku ini cacingan. Aku menghela napas pelan. Aku memang harus lebih bersyukur dengan keadaanku.
Hari-hariku sedikit membosankan. Teuki unnie pergi ke Jepang 2 tahun yang lalu. Ah... aku merindukannya!

Sekarang aku mengelola restaurant keluarga. Cukup berat, mengingat restaurant ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawabku sekarang.
Ckelekkk...
Aku keluar dari ruanganku, mencoba berinteraksi dengan pelanggan yang datang.
“Wookie.” suara ini. Aku langsung menoleh. Wajah yang sama, senyum yang sama, entah berapa malam aku bermimpi melihat semua ini.
“Kau masih ingat padaku?” tanyanya penuh antusias.
Bagaimana mungkin aku bisa lupa padamu Eunhyuk? Kaulah satu-satunya alasan, aku ngotot untuk kembali ke Korea. Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Tanpa sadar senyumku telah tersungging di bibirku.
“Kau sedikit berubah. Tapi, tetap cantik seperti dulu.” bisakurasakan wajahku mulai memanas. Kau berhasil membuatku malu Eunhyuk.
“Kau sakit?” dia menyentuh keningku. “Wajahmu memerah.”
“Aku baik-baik saja.” ucapku sambil menepis tangannya. Sekarang, aku sedikit kesulitan bernapas.

“Ah... sudah 4 tahun kita tidak bertemu. Kau bahkan tidak pernah memberiku kabar. Apa kau sudah melupakanku?”
“Maaf, bukannya aku melupakanmu. Tapi, aku terlalu sibuk. Tidak sempat memberi kabar.”
“Sudahlah, yang penting sekarang kita sudah bertemu. Kyuhyun tahu kau sudah pulang?”
Aku menganggukkan kepala, sambil tersenyum.
“Mwo? Dan tidak memberitahuku? Teman macam apa kalian?” aku tertawa mendengar protesnya.
“Maaf. Eunhyuk, jangan marah.” aku merik lengan bajunya, sambil memasang wajah innocent.
===============

Sudah setahun berlalu. Aku hanya bisa diam-diam menatap wajah Eunhyuk. Sebenarnya sangat tidak enak memendam perasaan seperti ini. Tapi, aku tidak siap jika suatu saat dia menjauh karena tahu perasaanku. Jadi, aku cukup senang bisa berada disekitarnya seperti ini.

“Wookie...” kudengar suara Kyuhyun berteriak.
“Hya, kau tidak perlu berteriak seperti itu, eh... tumben kau kesini? Ada apa?”
“Aku ingin mempekerjakan seorang teman, terserah mau kau terima sebagai apa.”
“Ehm... aku hanya bisa mempekerjakannya sebagai pelayan, mana dia?”
Kyuhyun menunjuk pada seorang yeoja, yang sedang berdiri di depan pintu dapur, sambil melihat sekeliling ruangan.
“Cantik juga, pacarmu?”
“Ehm... bisa dibilang begitu.”
“Eh... mencurigakan,” aku menatap Kyuhyun tajam. “Well, aku tidak bisa memperlakukan dia secara khusus walaupun dia pacarmu,” Kyuhyun hanya mengangkat bahu. “Oke, dia bisa mulai bekerja hari ini.”
“Yup, ku serahkan dia padamu.”

kami bejalan menghampiri yeoja itu.
“Siapa namanya?”
“Chulie...” jawab Kyuhyun singkat. “Hya, Chulie, kau bisa bekerja mulai hari ini, kenalkan, ini Wookie, manajer restauran ini,” kulihat Kyuhyun melirik jam tangannya. “Oke, aku pergi dulu, selamat menikmati pekerjaanmu!” ucap Kyuhyun dengan senyum evilnya.
------------------------

Seperti biasa, aku selalu memandangnya seperti ini. Aku ikut tersenyum saat melihatnya tersenyum seperti itu.
“Apa yang sedang kau lihat?”
Aku terlonjak, saat mendengar suara Chulie begitu dekat. “Sejak kapan kau ada disini?” tuntutku.
Chulie memutar bola matanya, kemudian tersenyum. “Kau pasti menyukai salah satu dari mereka?”

bisa kurasakan, wajahku mulai memanas. “Apa yang kau bicarakan?”
“Kalau dugaanku salah, wajahmu sekarang tidak mungkin semerah tomat.”
“Wajahku baik-baik saja.” aku mencoba mengelak.
“Mau kubawakan cermin yang ada di ruang ganti?”
“Aish... kau ini bicara apa sih?”
“Sudah mengaku saja, aku bisa jaga rahasia kok.”

Aku menatap Chulie dengan tajam.
“Kau suka salah satu dari mereka kan?”
Aku hanya diam, kemudian mengangguk pelan.
“Siapa? Yang mana?” Tuntut Chulie dengan penuh antusias.
“Itu... ehm...” aku sedikit ragu saat ingin mengatakannya.
“Jangan-jangan... Kyuhyun?” tebak Chulie sambil menyipitkan matanya.
“Aish... Kyuhyun itu sepupuku, jadi tidak mungkin aku menyukainnya dengan cara yang seperti itu!” aku sedikit cemberut.
Chulie memutar bola matanya, “Kau tidak mau memberitahuku?” ucap Chulie dengan nada polos.
“Tidak sekarang!” ucapku dengan tegas, “Kurasa, kita belum cukup dekat untuk membahas tentang masalah ini.” tukasku, aku mulai menyadari kesalahanku.

“Ehm... aku kan pacar sepupumu,” ucap Chulie dengan penuh semangat, “Bagaimanapun juga, kelak kita akan jadi sebuah keluarga. Jadi, apa salahnya kalau kita bisa saling berbagi cerita.”
Aku berfikir sejenak, kemudian tersenyum manis. “Benar juga, tidak ada salahnya memberitahumu. Baiklah, aku akan cerita,” ucapku sedikit malu-malu, “Sebenarnya orang yang...”
“Hya, Wookie, boleh aku minta...” Kyuhyun tidak meneruskan kata-katanya karena langsung dipelototi oleh Chulie. “Apa aku mengganggu kalian?”
“Sangat.” tukas Chulie tajam, diapun pergi meninggalkanku dan Kyuhyun berdua.
“Dia kenapa?” tanya Kyuhyun dengan wajah tanpa dosa. Tapi, dalam hal ini dia memang tidak berdosa. Aku hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, “Kau tadi mau minta apa?”

“Oh... itu... apa ya?” Kyuhyun mengaruk-garuk kepalanya, “Aish... gara-gara Chulie melotot seperti itu, aku jadi lupa mau minta apa. Sudahlah...” Kyuhyun kembali menghampiri kedua temannya, sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
Aku kembali menatap Chulie yang sedang mengerutu. sebuah senyuman terulas di atas bibirku, Perlahan aku mulai berjalan mendekati Chulie. Ku tepuk bahunya pelan.
“Kau bisa menjaga rahasiakan?” mata Chulie berkilat-kilat, dengan cepat dia menganggukkan kepalanya. Aku menghela napas pelan, kemudian mulai menceritakan semuanya.
=================

“Percayalah padaku!”
Aku dan Chulie saling pandang, kemudian mencari sumber suara. Kami bersembunyi di balik tanaman, saat melihat Eunhyuk, dan Teuki unnie berdiri, saling berhadapan.
“Aku benar-benar menyukaimu. Bahkan sejak pertama kita bertemu. Kurasa... aku akan selalu meyukaimu sampai kapanpun, jadi...” kulihat Eunhyuk meraih kedua tangan Teuki unnie, dan menggenggamnya dengan erat. “Maukah kau menjadi kekasihku?”
Aku membelalakkan mata lebar. Sebelum mendengar jawaban Teuki unnie, aku beranjak pergi dari tempat itu.
“Wookie...” bisa kudengar bisikan Chulie. Tapi aku lebih memilih tidak menghiraukannya. Saat ini hatiku terlalu sakit. Berbagai pertanyaan berkecambuk dalam otakku. Sejak kapan Eunhyuk menyukai unnie? Apa unnie juga menyukai Eunhyuk? Tanpa sadar air mataku mulai meleleh.

“Ehm... Wookie, malam ini kau ada waktu luang?” bisik Eunhyuk tepat di telingaku.
Aku menatapnya sejenak, mengangkat sebelah alis. “Kenapa?” aku benar-benar tidak siap, kalau dia mau bercerita tentang masalah tadi.
“Kau bisa mengantarku ke suatu tempat?”
“Bukankah kau biasanya pergi dengan Yesung?”
“Ayolah, aku benar-benar butuh bantuanmu. Kurasa, tidak ada yang bisa membantuku selain kau.” Eunhyuk sedikit memelas.
Melihat wajahnya seperti itu, entah mengapa hatiku luluh seketika, aku mencoba tersenyum manis. “Baiklah.”
“Kau mau membantuku?” aku hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Benarkah?” tanyanya lagi.
“Iya.”
“Ku jemput kau saat pulang kerja.”

Kami telah keluar-masik ke beberapa toko perhiasan. Sungguh miris nasibku. Kalian tahu, Eunhyuk mengajakku mencari sebuah cincin. Dia bilang ingin memberikannya pada seorang yeoja, yang selama ini telah di taksirnya. Bisa kutebak dengan pasti, bahwa yeoja beruntung itu adalah Teuki unnie. Entah berapa kali aku mendesah pelan.
“Apa menurutmu ini bagus?” tanya Eunhyuk, sambil menyodorkan sepasang cincin perak, dengan tiga batu permata ukuran kecil untuk pria, dan dua batu permata ukuran kecil dengan satu batu permata ukuran besar, untuk wanita.



Aku mencoba untuk tersenyum. “Bagus. Sangat bagus.” ucapku dengan jujur.
“Kau menyukainya?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari cincin itu.
“Tentu saja.” rasanya dadaku sangat sesak, aku benar-benar ingin menangis saat ini. Ku coba mengalihkan pandangan ke tempat lain, sekedar mengurangi rasa yang menghimpit dadaku saat ini.

Citttt...
Mobil Eunhyuk berhenti di sebuah bukit kecil.
“Kenapa kita kemari?” aku menyipitkan mata.
Dia hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku. Sejurus kemudian di turun dari mobil. Aku memutar bola mataku. Apalagi sekarang? Dengan cepat aku turun dari mobil, mengikutinya dari belakang.
“Indah bukan?” kata Eunhyuk sambil menatap ke arah ribuan lampu kota yang terlihat seperti bintang, yang berpendar dengan terang. Aku tersenyum, menyadari bahwa saat ini, aku melihat pemandangan yang sangat indah, bersama orang yang kucintai. Kulirik Eunhyuk sekilas, rasanya aku ingin menangis. Ku tarik napasku dalam-dalam.

Aku membelalakkan mata, saat mendapati Eunhyuk tiba-tiba mencium punggung tanganku.
Perlahan dia mengeluarkan cincin yang tadi dia beli. Jangan bilang... dia mau mempratekkannya padaku. Sudah cukup rasa sakit hatiku. Dengan cepat kutepis tangannya. Memandang wajahnya lekat-lekat, kutelan ludahku, menekan emosiku yang mulai tidak terkendali.
“Wookie... jujur aku tidak tahu harus bicara apa. Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu.” dia menarik tangan kiriku, menyematkan cincin pada jari manisku. Mataku semakin membulat. Tidak mengerti dengan tindakannya ini.
Kulihat dia tersenyum kebingungan di wajahku. “Maukah kau menikah denganku? Menjalani sisa hidupmu bersamaku? Menjadi ibu dari anak-anakku?” dia tersenyum, senyum yang selalu kusukai.
Dia menarik lenganku pelan, tanpa sadar tubuhku sedikit mendekat padanya. “Kau tahu kan ini cincin pasangan? Sepertinya aku tidak pandai merayu, sampai-sampai kau akan menerima lamaranku. Jika kau menerima lamaranku, bisakah kau melakukan hal yang sama, menyematkan cincin ini di jariku? Tapi jika ternyata kau menolakku. Kau boleh membuang cincin ini.” Eunhyuk menyodorkan cincin itu padaku. Wajahnya sedikit cemas, menunggu jawabanku.

Kalian tahu, dadaku berdebar dengan kencang. Rasanya seperti mimpi, namja yang selama ini kucintai melamarku secara tiba-tiba. Senang? Lebih dari itu. Bahagia? Entahlah, yang jelas aku bisa merasakan seluruh dunia berada dalam genggamanku. Ya Tuhan... jika ini mimpi, tolong jangan pernah bangunkan aku.
Perlahan, kutarik tangan kirinya, kutatap wajahnya. Sejurus kemudian, sebuah cincin telah melingkar dengan sempurna di jari manisnya.
Eunhyuk mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian tersenyum, dan menarik tubuhku dalam pelukannya.

“Wookie... gomawo... kau tahu. Sejak pertama kali kita bertemu. Di depan perpustakaan kota, aku telah menyadari satu hal. Ternyata, kau telah mendapatkan hatiku seutuhnya.” aku mengigit bibir bawahku, membenamkan wajahku ke dadanya, yang baru kusadari, ternyata cukup bidang. Ya Tuhan... ternyata... selama ini kami telah menyia-nyiakan banyak waktu.
Kurasakan dia mulai melepaskan pelukannya. Aku mendongak, memandang wajahnya. Perlahan, dia menarik daguku. Ya Tuhan... jangan bilang... dengan cepat bisa kurasakan, bibirnya telah mendarat di atas permukaan bibirku. Bergerak dengan lembut, menelusuri tiap sudut bibirku.
“Saranghae...” ucapnya disela-sela ciuman kami.
Cukup lama kami berciuman, akhirnya... dia melepaskan ciuman kami, menatapku denganpenuh kelembutan.

“Saranghae.” ucapnya sekali lagi.
“Nado... nado saranghae Eunhyuk.” ku benamkan wajahku kembali ke dadanya, rasanya aku benar-benar melayang, saat mencium aroma tubuhnya.
“Eunhyuk, boleh aku tanya sesuatu?”
“Hem... tanyalah.”
“Tadi siang, aku melihatmu dan Teuki unnie...”
“Mwo? Kau melihatnya? Aish...” dia mengaruk-garuk kepalanya, sebelah lengannya tetap mendekapku erat. “Itu sungguh memalukan. Noona terus saja membentakku.”
aku terkikik pelan mendengar semua keluhannya.
---------------------

Aku menceritakan semuanya pada Chulie, dan Teuki unnie. Ya Tuhan... sekarang hari-hariku terasa lebih sempurna. Bagaimana tidak? Sekarang aku benar-benar bisa melihat wajahnya tanpa sembunyi-sembunyi. Beruntung? Kurasa aku memang sangat beruntung.
--------------------

Hari ini seperti biasa aku berada di apartemen Eunhyuk.
“Chagi... kau masak apa?” tanyanya sambil memelukku dari belakang.
“Kenapa? Bukannya kau bilang suka semua masakanku?”
“Ehm... Hanya ingin kau cepat menyelesaikannya saja.”
Aku menoleh padanya, “Kenapa? Kau mau membicarakan sesuatu?”
kulihat dia tersenyum, sejurus kemudian, bibirnya sudah mecium bibirku. Ya Tuhan... ini bukan ciuman pertama kami, tapi... bisa kurasakan jantungku berdetak kencang, setiap dia menciumku seperti ini. Tanpa sadar aku sudah melingkarkan lenganku di lehernya.
Ciuman kami terhenti, saat kudengar air yang kumasak telah mendidih. Kudorong tubuhnya sedikit menjauh. Bisa kulihat dia mendengus kesal.

Kami duduk di sofa, melihat acara tv yang sedikit membosankan. Tiba-tiba pikiranku melayang, memikirkan masalah Kyuhyun, Chulie dan Hankyung.
“Eunhyuk, menurutmu bagaimana masalah mereka?”
“Mereka? Siapa?”
aku memukul lengannya pelan. “Kyuhyun, Chulie dan Hankyung.”
“Oh... mereka? Sebaiknya jangan terlalu ikut campur dengan urusan mereka. Ini menyangkut perasaan. Sepertinya, kita tidak berhak memaksakan pendapat kita disini.”
Aku menghempaskan tubuhku di punggung sofa. Melihat langit-langit apartemen. Pikiranku sedikit melayang, aku tahu Kyuhyun menyukai Chulie. Dan bisa kupastikan Chulie juga mulai menyukainya. Tapi... tidak bisa dipungkiri, posisi Hankyung sangat mutlak bagi Chulie. Entahlah... apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya. Kurasa... mau tidak mau, diantara mereka, pasti akan ada yang terluka.

“Awwww...” teriakku saat kurasakan Eunhyuk mengigit leherku. “Hya! Kau terlalu banyak menonton film vampire. Kau tidak akan pernah bisa menghisap darahku, meski mengigitku seperti itu.” protesu pada Eunhyuk.
Kulihat dia hanya terkekeh. “Siapa suruh kau sibuk memikirkan orang lain? Sebaiknya kau pikirkan tentang kita.” dia mendengus kesal.
Aku memutar bola mata, “Memangnya ada apa dengan kita?”
wajah Eunhyuk semakin mendekat, bisa kurasakan hembusan nafasnya membentur wajahku. “Kapan kita akan menikah?”
“Ehm... tidak sekarang.” jawabku asal.
“Wookie, aku sudah melamarmu, dan kau sudahj menerimanya. Jadi tunggu apa lagi?”
“Aku belum siap. Lagipula, kenapa kau selalu ngotot ingin cepat-cepat menikah?”

Eunhyuk menarik daguku, mendaratkan ciuman di bibirku. Seperti biasa aku menikmati saat-saat seperti ini, di tengah-tengah degup jantungku yang mulai berdebar dengan tidak terkendali.
“Imanku bisa goyah...” ucapnya disela-sela ciuman kami. Butuh waktu beberapa saat, untuk menangkap maksud dari uncapannya. Tiba-tiba mataku mebelalak, kudorong tubuhnya menjauh dariku.
“Mesum...” teriakku kencang.
Tawanya pecah. “Siapa suruh kau selalu menggodaku?”
“Aku tidak pernah menggodamu!” tukasku tajam.
“Tapi dimataku kau selalu menggoda.”
“Itu bukan urusanku! Aku mau pulang.” aku sedikit berlari mengambil tas. Tiba-tiba langkahku terhenti di depan cermin. Apa itu? Ada bercak merah di leherku.
“Tidak...” teriakku kencang. “Apa ini? Hya! Eunhyuk, apa yang kau lakukan padaku?” aku menggosok-gosok leherku. “Eunhyuk tidak bisa hilang.” rasanya aku ingin menangis.
“Itu hukuman, siapa suruh kau lengah.”
Aku menendang kakinya, dan berhambur keluar dari apartemennya.
----------------------

Bagaimana ini? Masih belum hilang. Aku menundukkan kepala saat berdiri di depan cermin.
Gila, dalam cuaca panas seperti ini, aku harus memakai syal dan jaket. Eunhyuk... kau sudah gila! Kau mencoba membunuhku ya? Aku memukul kepalaku pelan.
----------------------

“Kau kenapa?” tanya Kyuhyun, sambil menahan tawanya.
“Aku? Hanya sedikit tidak enak badan.” Eunhyuk terkikik pelan. Dengan cepat aku melemparkan pandangan membunuh pada Eunhyuk.
“Eunhyuk, kau benar-benar parah, Wookie sedang tidak enak badan, kenapa kau malah seperti itu?” protes Chulie.
“Wookie...” panggil Eunhyuk dengan manja. “Mianhe... tubuhmu berkeringat, sebaiknya kau lepaskan saja jaketmu ini.” gial! Sebenarnya apa maunya?
“Tidak.” teriakku kencang, bisa kurasakan semua langsung menatapku. “Aku merasa kedinginan.” ucapku sedikit gugup. “Lagipula, aku baru saja minum obat, tentu saja... aku jadi berkeringat. Aku... mau istirahat sebentar di ruanganku.” aku berjalan dengan cepat, menuju ruanganku. Bisa kulihat Eunhyuk sedang membuntutiku.

Aku melempar bantal kursi, sesaat setelah dia masuk ke dalam ruanganku.
“Pergi kau.” bentakku.
“Chagi... kau jangan bersikap seperti itu.” wajahnya sedikit memelas. Tapi kali ini, aku tidak akan tertipu.
“Jangan mendekat! Aku tidak mau kau mendekatiku, sampai radius 5 meter.” aku melangkah muncur.
“Chagi...” protesnya.
“Aku serius Eunhyuk. Setidaknya sampai ini hilang.” aku menunjuk leherku.
“Hya! Kau tidak bisa melakukan itu. Aku janji tidak akan melakukannya lagi.”
“Terlambat.” tukasku tajam.
“Chagi... ayolah. Aku ingin memelukmu.”
Kulempar sebuah tempat pencil berserta isinya, ke arah Eunhyuk. “Mesum... cepat pergi dari sini.”

Untuk saat ini aku benar-benar merasa dongkol padanya. Benci? Kurasa... aku tidak akan pernah bisa membencinya.
Kusadari sepenuhnya, aku sangat mencintai namja yang bernama Eunhyuk. Aku bahkan tidak berani untuk sekedar membayangkan, bagaimana hari-hariku, jika tidak melihat sosoknya di sekitarku.
Oksigenku? Susunan pusat tata surya di hatiku? Ehm... kurasa lebih dari itu. Karena, Eunhyuk adalah seluruh bagian dalam hidupku.

~(˘▾˘~) ~(˘▾˘)~ (~˘▾˘)~

Wkakaka...
Gila! Hai kalian yg berpikiran mesum *lirik Vinny, Hera, Nani* segeralah bertaubat! Ckckckc... kmrn PG-15, skrng PG-16 *jedotin pala di dada Yunpa* Cukup, gak mungkin aku bikin adegan lebih dari ini *Meditasi* Otakku kan suci bo' *langsung di kissu YunHae* wkakaka... #Plakkk...
Ah... buat yg kmrn tanya ada apa dengan Wookie? Hehehe... dah th jawabannya kan? kekeke~
Well, Thanks buat anakku, Kaoru-Chan, yg dah ingetin aku klo ada pairing EunWook di JTH.
* Vinny : Onnie... =.=a anakmu ada brp banyak sih?
Reni : Wkakaka... udah dibilang YunHae itu yahud bo' *
Ehm... rencananya bakalan ada Special part buat semua pairing yang kubuat kok, sO... tgg aja, kira2 berikutnya giliran siapa yo? Hohoho... *senyum paling licik*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar