Selasa, 24 Mei 2011

«» Journey To Happiness ® Part 16 «»


Hai-hai Reni kembali... *melambaikan tangan*
Adakah yang kangen ma aku? Pasti ada kan? Ada dong? Harus ada! *maksa mode on* awas klo kagak ada, JTH tak ungsikan ke jalur gaza neh! *sarap!* wkakaka... #Plakk...
Wokeh... cmn mau kasih th, neh cerita makin ancur, mending jgn dibaca dah, beneran. Coz Reni gak nanggung lho yo... klo ada yg muntah kodok(?) *langsung kabuuurrr*
==================

Chulie meneteskan air matanya. “Oppa.” detik itu juga dia berlari ke arah Hankyung.
Chulie memeluk Hankyung dengan erat. “Oppa... akhirnya kita bertemu.”
“Chulie.” Hankyung membalas pelukan Chulie.
Tidak jauh dari sana, Kyuhyun melihat semua adegan itu. Dia memegang dadanya, perlahan bunga yang dia pegang jatuh ke tanah.
“Chulie...” bisik Hankyung lirih, “aku ingin melihat wajahmu.” Hankyung mulai merengkuh wajah Chulie, menyeka tiap butir air mata di kedua pipi Chulie. “Ada apa ini? Mana senyuman itu?” Hankyung menyentuh sudut bibir Chulie, manatap kedua bola mata yeoja yang saat ini berdiri di hadapannya.


Chulie menarik napas sejenak, sejurus kemudian, sebuah senyuman manis terulas di bibirnya.
Tanpa pikir panjang, Hankyung mengecup pucuk kepala Chulie, dengan penuh kelembutan.
Kyuhyun membelalakkan mata, mengertakkan giginya, buku-buku jarinya mulai mengepal. “Sial! Apa-apaan itu?” teriak Kyuhyun dalam hati. Namun dalam situasi seperti ini, Kyuhyun hanya bisa melihat, tanpa bisa melakukan apapun.
“Oppa... kau tidak mau mengenalkannya padaku?” suara Minnie membuyarkan semua adegan mengharukan itu.
“Ah... kenalkan, dia Minnie, dan ini...”
“Chulie.” Minnie memotong kata-kata Hankyung. “Aku benarkan?” Minnie langsung memeluk tubuh Chulie. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.” Minnie tersenyum menatap wajah Chulie. “Maaf...” Minnie mulai menundukkna kepalanya.
“Eh?” Chulie tidak mengerti dengan uacapan Minnie.
“Karena aku...” Minnie mendongak, menatap wajah Hankyung.

“Sebaiknya kita kembali ke restaurant, kurasa saat ini, Wookie pasti sedang cemas.” Suara Kyuhyun memecahkan keheningan yang sempat tercipta, meski hanya sesaat.
Hankyung menatap Kyuhyun sejenak, “dia temanmu?” tanya Hankyung dengan lembut.
“Ne oppa, dia yang telah menolongku selama ini.”
Hankyung tersenyum, melingkarkan tangannya di pinggang Chulie, kemudian mulai berjalan ke arah Kyuhyun.
“Terima kasih, kau telah menjaga Chulie-ku.”
“Mwo? 'Chulie-ku' katanya? Cih. Benar-benar menyebalkan!” cibir Kyuhyun dalam hati.
“Hankyung imnida.” ucapnya sambil menyodorkan tangan.
Dengan malas Kyuhyun menjabat tangan Hankyung. “Kyuhyun.” ucapnya sambil melirik Chulie.
“Oppa, kita kembali ke restaurant.” Chulie menyeret lengan hankyung.

Kyuhyun masih berdiri diam, menatap Hankyung dan Chulie, yang mulai menjauh dari pandangan matanya.
“Kau tidak mau pergi?” tanya Minnie. “Hai...” Minnie melambaikan tangannya. “Aku Minnie. Ah... bungamu jatuh.” Minnie mengambil bunga milik Kyuhyun.
“Buang saja!” ucap Kyuhyun dingin.
“Eh?” Minnie mengerutkan dahi.
“Kubilang buang saja!” Kyuhyun merebut bunga di tangan Minnie, kemudian membuangnya ke tong sampah.
“Kenapa kau buang?” protes Minnie.
Kyuhyun melirik Minnie yang masih menatap bunga itu di tong sampah, diapun menghela napas pelan. “Itu tadi sudah jatuh nona, sudah rusak. Lihat saja kelopaknya banyak yang rontok.” Kyuhyun menunjuk kelopak bunga mawar putih yang berceceran di tanah. “Benar, sudah rusak. Sama dengan hatiku saat ini.” batin Kyuhyun.
“Ah... benar juga. Tapi tetap sayang kalau dibuang. Siapa tahu, masih ada yang bisa diselamatkan.”
“Sudah tidak bisa diselamatkan lagi.” Kyuhyun berjalan dengan lunglai, menuju restaurant.
Minnie mengerucutkan bibirnya. “Hya... tunggu aku.”
-------------------------

Suasana restaurant terasa sedikit aneh.
Chulie, terlihat begitu berbunga-bunga, sangat kontras dengan keadaan Kyuhyun, yang diselimuti awan mendung.
“Apa yang harus kita lakukan?” bisik Eunhyuk, tepat di telinga Wookie.
“Aku juga tidak tahu. Kau lihat sendiri, Kyuhyun diliputi hawa membunuh, aku tidak mau dekat-dekat dengannya.” bisik Wookie.

Sorry Sorry Sorry Sorry
Naega naega naega meonjeo
Nege nege nege ppajyeo
Ppajyeo ppajyeo beoryeo baby

Suara nada dering ponsel Wookie.
“Yobose.”
“Wookie, ini aku.”
“Ah... Unnie.”
“Apa kau masih di restaurant?”
“Ya, kenapa?”
“Kyuhyun ada disana?”
“Ya, kau mau bicara dengannya?”
“Tidak. Chulie juga ada disana?”
“Mereka berdua memang masih ada disini.”
“Kau bisa melihat mereka?”
Wookie mengerutkan dahi. “Unnie, sebenarnya ada apa?”
“Hehehe... kau mau sedikit membantuku?”
“Membantu?”
“Aish... kalau saja aku tidak dihukum.” terdengar suara helaan napas Teuki. “Jadi begini, hari ini sepertinya Kyuhyun akan menyatakan perasaannya pada Chulie.” Wookie langsung membelalakkan matanya. “Bisakah kau membantuku? Lebih tepatnya, kau jadi mata-mata untukku. Beritahu aku tiap detail moment mereka, kalau perlu rekam semua adegan, baik itu adegan konyol Kyuhyun. Kau mau kan berkerjasama denganku? Aku benar-benar tidak sabar ingin melihat wajah tolol Kyuhyun.” terdengar suara tawa Teuki. “Oke! Ku tunggu kabar baik darimu.”
Tut... Tut... Tut...
Teuki langsung memutuskan sambungan teleponnya.
“Unnie...”

Wookie memejamkan matanya untuk beberapa saat.
“Kenapa bisa jadi begini?” bisik Wookie lirih. “Unnie... sepertinya... kau tidak akan mendapat kabar baik dariku.” Wookie menghela napas pelan, kemudian berbalik, menatap wajah Chulie dan Kyuhyun, secara bergantian.
“Chulie... inikah jawaban dari pertanyaanmu?” gumam Wookie lirih.

- Flashback, 2 jam yang lalu -

Chulie meletakkan kepalanya di atas meja.
“Kira-kira apa yang ingin dibicarakan?” Chulie menerawang jauh. “Aish... apa yang kupikirkan? Chulie! Apa yang kau harapkan? Rasanya otakku mau meledak!” Chulie menarik rambutnya sendiri.
“Kau kenapa?” tanya Wookie yang sejak awal melihat tingkah aneh Chulie.
“Aku... tidak tahu.” ucap Chulie dengan wajah memelas.
“Bagaimana kalau kita pergi? Ehm... temani aku ke swalayan, ada yang mau kubeli.”
“Tidak bisakah...”
“Tidak bisa! Ayo cepat antar aku!” Wookie menarik lengan Chulie.

Brakkk...
Wookie keluar dari mobilnya, yang terparkir di depan sebuah swalayan.
“Kau mau turun dengan suka rela? atau perlu ku pangil scurity untuk mengeluarkanmu dari mobil?”
“Kau pikir aku buronan? Kenapa tidak sekalian saja kau suruh tim swat?”
“Aku juga sedang memikirkannya.”
“Hya!” protes Chulie.
“Sudahlah, cepat turun!” Wookie berjalan menuju swalayan.
“Kau mau membeli apa?” tanya Chulie yan gsudah mengambil kereta dorong.
“Aku? Cari apa ya?” Chulie memutar bola matanya. “Hahaha... kau bantu aku cari makanan ringan, aku mau membeli beberapa bahan makanan.” Chulie mengerutkan dahinya. “Isi kulkas Eunhyuk, mulai kosong.”
“Ternyata... kau benar-benar menyiapkan diri untuk menjadi istri yang baik ya?” Wookie tersipu malu.

Beberapa saat kemudian...
“Apa ini?” Wookie membelalakkan matanya.
“Apa?” ujar Chulie enteng.
“Aku kan bilang makanan ringan.”
“Memangnya itu semua masih kurang ringan?” Chulie masih sibuk berkutat dengan beberapa merk produk makanan.
“Hya, Chulie! Bercandamu kelewatan. Masa kau mau memberi Eunhyuk pambalut sebagai makanan ringan?” tukas Wookie tajam.
Chulie tersentak, mengalihkan pandangannya pada kereta dorong. “Aku tidak merasa mengambil ini semua. Ini bukan kereta dorongku. Hya, mana kereta dorongku?”
Wookie memutar bola matanya. “Mana aku tahu.”

Buahahaha...
Tawa Wookie meledak, begitu keduanya telah masuk ke dalam mobil.
“Hya! Wookie. Kau jangan tertawa lagi. Aish... benar-benar memalukan.” Chulie menutup wajahnya dengan tangannya sendiri.
“Siapa suruh kau kebanyakan melamun?”
“Aku tidak melamun.” protes Chulie.
“Lalu tadi itu apa?”
“Itu... hanya sebuah kesalahan, siapapun bisa melakukan kesalahan. Ingat itu.” Chulie mencoba berdiplomasi.
“Ah... benar juga, siapapun bisa berputar-putar dengan kereta dorong yang salah, bahkan sempat memasukkan beberapa makanan, tanpa menyadarinya. Padahal tidak sedang melamun ataupun memikirkan sesuatu.”
“Aish... sejak kapan kau pintar berdebat denganku?”
“Sejak...” Wookie melirik Chulie, dan tersenyum jahil.
Chulie memutar bola matanya. “Hahaha... sudah-sudah, ku traktir kau es cream.” Wookie menepuk bahu Chulie.
“Kau pikir aku anak kecil?”
-----------------

Wookie dan Chulie sedang duduk di salah satu bangku, di sudut ruangan, cafe ice cream. Saat ini, mereka berdua sedang menikmati es cream masing-masing.
“Jadi, sejak kapan kau menyukai Kyuhyun.” tanya Wookie tiba-tiba.
“Uhuk... Uhuk...” Chulie langsung tersedak.
“Aish... kau ini.” Wookie menepuk-nepuk punggung Chulie.
“Kenapa kau berpikir seperti itu?”
Wookie mengangkat bahunya, “entahlah, kurasa sikapmu akhir-akhir ini sangat aneh. Kyuhyun selalu mencarimu, dan kau... kenapa kau berusaha menghindarinya.”
“Aku...”
“Menyukai Kyuhyun!” Wookie menganggukkan kepalanya.
“Aku tidak bilang seperti itu.”
“Lantas, kenapa wajahmu memerah?”
Chulie langsung memegang kedua pipinya. “Wajahku tidak memerah.” Chulie mngerucutkan bibirnya.

Wookie menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. “Sudah kuduga hubungan kalian akan jadi seperti ini.”
“Kau menduga aku akan suka pada Kyuhyun?”
“Hahaha... akhirnya kau mengakuinya juga.” Chulie memutar bola matanya. “Well, aku sempat menduga Kyuhyunlah yang akan menyukaimu. Secara... selama ini, hanya kaulah satu-satunya yeoja yang dekat dengannya. Kecuali aku dan Teuki unnie, dia tidak pernah dekat dengan yeoja manapun. Bisa dibilang kau adalah angin segar alam kehidupannya. Jujur saja aku tidak pernah melihat, atau bahkan berpikir, seorang Kyuhyun, akan dengan sabar mengantar-jemput seorang yeoja. Malam itu, entah apa dia mencarimu karena keinginanya, atau hanya karena aku dan unnie yang memintanya, tapi yang pasti, seorang Kyuhyun akan lebih memilih tidur di bawah selimutnya yang hangat. Dan beberapa hari terakhir ini, kau tidak tahu bagaimana wajah kusut Kyuhyun yang selalu menanyakanmu? Benar-benar seperti orang bodoh.” tawa Wookie mengelegar.

“Apa ini aneh? Entah kenapa, aku merasa senang, kau bercerita tentang Kyuhyun.” Chulie menundukkan kepalanya, dan tersenyum tipis.
“Jujur saja, aku akan lebih senang jika kau, orang yang kelak akan menjadi sepupuku. Bukan orang lain.” Chulie mengalihkan pandangannya ke langit-langit cafe. “Kau takut menghianati Hankyung?”
Chulie mengigit bibir bawahnya. “Aku harus bagaimana?” ada getaran dalam nada suaranya.
“Aku punya sebuah tips.” Wookie tersenyum menatap Chulie. “Saat kau ragu-ragu, coba tutup kedua matamu, lihat siapa yang memenuhi seluruh pikiranmu. Kemudian, bukalah matamu, lihatlah siapa yang saat ini berdiri di hadapanmu.” Wookie memegang tangan Chulie, mencoba memberi dukungan. “Jika kau masih ragu-ragu, coba tanyakan pada hati dan perasaanmu. Siapa, yang berhasil mendapatkan tempat tertinggi di hatimu.”

- End Of Flashback -

* Kyuhyun POV *

Apa-apaan itu? Kenapa wajah mereka terlihat begitu bahagia? Ku pejamkan mataku, menghela napas pelan.
Eh? Sudah berapa kali aku melakukan hal seperti ini? Sialan! Ada apa denganku? Aku mendengus kesal.
Semua ini gara-gara Teuki noona, kalau saja dia tidak bicara yang macam-macam, aku pasti tidak akan berpikir yang macam-macam. Benar. Aku tidak mungkin menyukai Chulie. Semua ini pasti karena kata-kata noona. Berengsek! Kenapa aku bisa terjebak dalam permainana seperti ini?

Oke, Kyuhyun saat ini kau harus mendinginkan kepala! Berpikir dengan lebih realistis.
Aku menatap Chulie dari jauh. Cho Kyuhyun tidak mungkin menyukai Chulie. Lihat saja wajahnya... Cantik... apalagi kalau tersenyum seperti itu, benar-benar seperti malaikat.
Aku memutar bola mataku. Mwo? Apa yang baru saja ku pikirkan? Oke, fokus Kyuhyun!
Lihat saja tubuhnya, terlihat... seksi, bentuk tubuh yang semampai, kulit yang putih bersih, dia bahkan bisa mengalahkan top model manapun.
Aku menggelengkan kepalaku. Aish... apa yang kau pikirkan? Kau tidak boleh tergoda Cho Kyuhyun. Eh? Tunggu dulu, tergoda? Bukankah aku tidak punya perasaan apa-apa padanya? Kenapa bisa tergoda? Aish... aku mengacak-acak rambutku sendiri dengan frustrasi.

Tiba-tiba, Ku rasakan seseorang menepuk bahuku. Saat itu juga aku mendongak, kulihat Wookie tersenyum ke arahku.
“Sebaiknya kita bergabung dengan mereka.” entah kenapa tawarannya terdengar cukup bijak.
Aku mencoba untuk tersenyum. “Ayo.” aku berdiri dari kursiku, dan berjalan ke arah orang-orang bahagia itu.
Kulihat, Wookie dan Eunhyuk dengan cepat berbaur dengan mereka, terutama dengan yeoja itu, Minnie, kurasa dia anak yang ceria. Bahkan, beberapa kali sempat mengajakku bicara. Meski kujawab ala kadarnya, karena aku masih fokus memperhatikan Chulie.

“Ngomong-ngomong, kau tadi mau memberikan bunga itu pada siapa?” tiba-tiba Minnie bertanya, dengan wajah tanpa dosanya. Aish... benar-benar yeoja yang menyebalkan.
Aku bisa melihat dari ekor mataku, Wookie sedang menatapku. Apa yang dia pikirkan? Kenapa menatapku seperti itu? Aku kembali menatap Minnie, menghela napas pelan.
“Itu bunga untuk Wookie.”
“Untukku?” Wookie mengernyitkan dahinya.
Aish... bisa tidak jangan membicarakan bunga sialan itu lagi. “Eunhyuk yang menyuruhku membawanya untukmu.” rasanya nada suaraku terlalu keras.
“Aku...” ku pelototi Eunhyuk sebelum dia bicara yang aneh-aneh. “Iya, aku ingin memberimu bunga.” kulihat Eunhyuk tersenyum. Tapi, senyumnya terlihat sangat dipakasakan, sebagai akibatnya, Wookie menatapku dengan tajam. dasar Eunhyuk bodoh.

“Aku akan pindah ke rumah kontrakan Hankyung oppa.” seru Chulie tiba-tiba.
“Mwo?” tanpa sadar aku sudah berteriak.
“Aku kan sudah bertemu Hankyung oppa, jadi aku akan tinggal dengannya.”
“Tidak bisa.”
Bisa kurasakan, semua mata saat ini sedang menatapku. Dengan cepat aku memutar otak. “Hya! Kau mau mencelakai aku dan Teuki noona? Kau tidak bisa pergi dari rumah begitu saja.”
“Tapi...”
“Setidaknya tunggu eomma pulang. Baru kita bicarakan masalah ini lagi.” sergaku dingin.
Mataku melebar, saat melihat Hankyung meremas jemari Chulie. Tenang Kyuhyun, tenang! Aku mencoba mengendalikan emosiku saat ini.

“Benar apa yang Kyuhyun katakan, kau tidak bisa pergi begitu saja, rasanya sangat tidak sopan.”
“Oppa...” aku memutar bola mata, mendengar nada merajuk Chulie.
“Aku akan kemari setiap hari. Wookie, bolehkan aku kemari setiap hari?”
Aku memandang Wookie, berharap dia menolak permintaan Hankyung.
“Tentu saja boleh.”
Dengan lemas, ku sandarkan tubuhku di punggung kursi. Aku harus belajar bersabar, mulai sekarang.
==============

*Author POV *

Dua hari kemudian...

Kediaman keluarga Cho...

“Noona...” teriak Yesung.
“Ada apa kau kemari?” tukas Teuki tajam.
“Boleh aku sedikit mengeluh?” Yesung sedikit merajuk.
“Aku tidak dibayar untuk mendengar keluhanmu.”
“Hya, noona, ini semua gara-gara dongsaengmu.”
“Dongsaengku sudah mati! Sekarang yang ada tinggal si bodoh Kyu, yang mungkin saja sebentar lagi akan mati. Aku berencana mencekiknya saat dia tidur, nanti malam.” Teuki menyipitkan matanya.
Yesung menghempaskan tubuhnya di sofa, samping Teuki. “Akhir-akhir ini sungguh membosankan. Eunhyuk, seolah tidak peduli, padahal sudah jelas-jelas Kyuhyun menipu kami. Anak itu, yang dipirkan hanya Wookie. Benar-benar membuat orang iri.” Yesung melirik Teuki yang asik membaca majalah. “Noona... maukah kau membantuku?”
“Tidak, terima kasih.”
“Hya, noona, aku bahkan belum bilang apa-apa.”
“Aku benar-benar tidak tertarik.”
“Kenapa kau selalu begitu padaku?”
Teuki memutar bola matanya. “Sudah ku bilang, wajahmu menyebalkan.” ucap Teuki dingin.

“Noona, kau jangan terlalu kejam padaku. Atau jangan-jangan kau mulai jatuh cinta padaku? Dan mencoba menutupi perasaanmu?” Yesung mengerlingkan matanya.
“Yesung-ssi, jika semua namja di muka bumi ini telah musnah, mungkin aku akan berpikir... kau bisa menjadi pembantuku.”
“Hanya jadi pembantu?” Yesung mendekatkan tubuhnya pada Teuki. “Noona, kau tidak lihat betapa tampannya wajahku? Bagaimana kalau jadi pendamping saja.” Yesung mendekatkan wajahnya ke wajah Teuki.
Plakkk...
sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi kiri Yesung.
“Jangan dekat-dekat.” tukas Teuki.
“Noona, kalau begitu bantu aku.” Yesung mulai merajuk, layaknya anak kecil yang minta dibalikan permen.
“Dengar Yesung. Saat ini aku benar-benar tidak ingin bercanda. Sudah cukup Kyuhyun yang membuatku kesal. Kalau kau bersikeras mau menambah tingkat kekesalanku, dengan senang hati aku akan meremukkan seluruih tubuhmu.” Teuki bangkit dari duduknya.
“Noona kau mau kemana?” Yesung sedikit cemberut.
“Tidur. Sebaiknya kau pulang sana! Kau tahu dimana letak pintu keluar kan?”
================

Saat jam makan siang...
Kyuhyun baru sampai di restaurant, dan langsung disuguhi dengan pemandangan yang membuatnya selalu mengerutu.
“Sejak kapan dia ada disini?” tanya Kyuhyun pada Wookie.
“Siapa?” Wookie mengikuti arah apndang Kyuhyun. “Oh, sejak pagi tadi.”
“Memangnya dia tidak punya pekerjaan lain? Kenapa selalu saja kemari?” gerutu Kyuhyun.
Wookie terkikik pelan.
“Hya! Tertawamu sungguh mengejek.” protes Kyuhyun.
“Sangat lucu melihatmu cemburu seperti ini.”
“Aku tidak cemburu!”
“Ya... ya... kau tidak cemburu, hanya merasa muak, melihat senyum menjijikan mereka.”
Kyuhyun memutar bola matanya.
Wookie mendekati Kyuhyun, berbisik di telinganya. “Kau pasti berharap, hanya kaulah satu-satunya orang, yang bisa membuat Chulie tersenyum seperti itu.” Wookie langsung lari menuju dapur.
“Hya!” teriak Kyuhyun.
================

Seperti malam-malam sebelumnya, Kyuhyun menjemput Chulie di restaurant.
“Kyu... bukankah Adjumma besok akan pulang? Kalau begitu lusa aku bisa tinggal di tempat Hankyung oppa bukan?” tanya Chulie dengan penuh antusias.
“Hem...” gumam Kyuhyun.
“Ehm... Kyu... boleh tidak kalau hari ini aku diantar Hankyung oppa saja?” Chulie mengigit bibir bawahnya.
Kyuhyun mengepalkan tangannya, mencoba manahan emosi. “Aku sudah menjemputmu. Bukankah aku jadi sia-sia datang kemari?” tukas Kyuhyun.
“Sebenarnya... aku dan Hankyung oppa mau pergi ke suatu tempat.”
“Kenapa tadi siang kau tidak bilang? Bukankah denganm begitu aku tidak perlu repot-repot menjemputmu?” Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya.
“Kami baru saja memutuskan.” ucap Chulie lirih, sambil menundukkan kepalanya.
“Apa? Aku tidak dengar.”
“Aku...” kata-kata Chulie terpotong, karena kehadiran Hankyung.

“Kyuhyun, hari ini aku ingin mengajak Chulie ke suatu tempat. Bisakan kalau hari ini, aku saja yang mengantar Chulie pulang?” Hankyung tersenyum lembut.
Kyuhyun hanya diam, menatap Chulie tajam.
Hankyung melirik jam di pergelangan tangannya. “Ah... sebaiknya kita pergi sekarang! Aku akan mengantar Chulie pulang sebelum tengah malam.” Hankyung menarik tangan Chulie, pada saat yang bersamaan, Kyuhyun menangkap lengan Chulie.
“Tetaplah disini.” Kyuhyun menatap Chulie lekat-lekat.

*** TBC ***

Huaaa...
Mianhe... ngepostnya lama *emg ada yg nunggu?* =.=a
Mianhe... ternyata hasilnya mengecewakan... *bungkuk2 badan, pek ngesot2, cari koin di kolong jembatan(?)*
Ehm... jujur aja mulai part ini, rasanya neh cerita bakalan makin membosankan dah, beneren. Aku aja rada gak minat mau ngelanjutinnya wkakaka... #Plakkk...
Tp tenang aja meski sering tak telantarin Journey to Happiness ttp jd prioritasku kok *kok bisa?* bo' neh ff kagak kelar2 ee... *ngelap keringet seember* rasanya pengen cpt2 namatin neh ff, sebelum reader tepar di rumah sakit jiwa(?) *langsung ngacir*

Nb : Undercover last part, klo gak besok yo lusa... ^^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar