Rabu, 04 Mei 2011

«» Journey To Happiness ® Part 15 «»


Teuki membelalakkan mata, saat menyadari bibirnya membentur sesuatu yang lembut. Matanya semakin membelalak lebar, saat sel-sel dalam otaknya mulai menangkap, dan menyadari, bahwa saat ini, bibirnya sedang membentur bibir Yesung.
Dengan cepat, Teuki langsung mengangkat wajahnya, tanpa merubah posisi tubuhnya. “Kau... kenapa ada disini?” protes Teuki, dan langsung mengusap bibirnya dengan kasar, mengunakan punggung tangannya.
Yesung tersenyum-senyum sambil menyentuh bibirnya. “Noona... kenapa tidak bilang kalau kau ingin menciumku?” guraunya, sambil menunjukkan mimik wajah malu-malu kambing(?).

Peletakkk...
Teuki menjitak kepala Yesung.
“Tidak lucu.” ucapnya dingin, sesaat kemudian, Teuki mengangkat tubuhnya, sedikit merapikan bajunya.
Melihat reaksi Teuki, sudut bibir Yesung sedikit terangkat, dia mendekati Teuki dan berbisik di telinganya. “Tanggung jawab!” Teuki langsung menoleh, mengerutkan dahinya. “Itu tadi...” Yesung kembali menyentuh bibirnya. “Ciuman pertamaku.”
Teuki memutar bola matanya. “Kau pikir aku percaya?” Teuki mengangkat tangannya, hendak memukul Yesung, detik itu juga Yesung menangkap tangan Teuki.
“Aku kan belum selesai bicara. Noona, maksudku...” Yesung mendekatkan wajahnya ke wajah Teuki. “Itu tadi ciuman pertamaku dengan Noona. Mau dicoba lagi?” Yesung mengerlingkan sebelah matanya.

“Tentu saja mau.” Teuki tersenyum lembut. “Kalau kau masih hidup.” Teuki langsung menendang kaki Yesung.
“Auwwww...” teriak Yesung.
Teuki langsung membekap mulut Yesung, mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah.
“Diam kau! Jangan berisik!” bisik Teuki, memberi penekanan dalam tiap kata-katanya.
Sejurus kemudian, Teuki mengendap2, mengintip gerbang dari balik dinding.
Yesung mendengus kesal. “Tadi kupikir, ada malaikat yang jatuh dari khyangan.” Yesung mengeleng-gelengkan kepalanya. “Sepertinya aku terlalu berharap.” Yesung terlihat sedikit murung. “Ternyata... yang menghampiriku... seorang malaikat yang datang dari neraka.”
Sontan Teuki menoleh, detik itu juga dia mencekik leher Yesung. “Benar aku malaikat dari neraka! Itu artinya aku malaikat pencabut nyawa!”
“Noo...na... ehk...” Yesung mencengkeram lengan Teuki dengan erat, kemudian menjauhkan dari lehernya. “Kau ingin membunuhku?”
Teuki mengerucutkan bibirnya.

“Pak Hyun? Kau kah itu?” tanya seorang pelayan, sambil berjalan menuju halaman samping, tempat Yesung, dan Teuki berada.
Detik itu juga Teuki menarik lengan Yesung. Keduanya bersembunyi di balik dinding.
“Apa aku salah dengar?” pelayan itu menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan kembali ke arah dapur.
“Noona. Kau begitu menyukaiku ya?”
Teuki memutar bola matanya.
Peletakkk...
Teuki kembali menjitak kepala Yesung, dan sebelum Yesung sempat mengeluarkan suara, Teuki sudah membekap mulutnya terlebih dahulu.
“Aish... kau sudah mengacaukan semua rencanaku. Sebagai hukumannya, kau harus bisa mengeluarkanku dari rumah ini. Kalau kau menolak, aku akan membuatmu... hidup segan, matipun tak rela!” ancam Teuki sambil melotot.
“Noona... tidak kusangka, kau... mengajakku kawin lari?”
Dengan geram Teuki memukul kening Yesung. “Aish... kau benar-benar mau mati?”
“Hya... noona, aku kan hanya bercanda.”
“Tidak lucu.”
“Kenapa kau begitu membenciku? Bahkan... ada kalanya kau bisa bersikap lembut pada Eunhyuk. Itu tidak adil.” protes Yesung, sambil merajuk.
“Kau tanya kenapa? Karena wajah dan kelakuanmu sangat menyebalkan! Sudah. Ayo cepat kita pergi!” Teuki menarik lengan Yesung.
------------------

“Kau sudah bisa keluar, noona.”
Teuki yang sendari tadi meringkuk di belakang jok mobil Yesung, keluar dari persembunyiannya. Detik itu juga Teuki langsung mendorong kepala Yesung dengan keras.
“Kau sengaja ya?” bentak Teuki.
“Apa salahku?” Yesung mengerucutkan bibirnya, menatap Teuki yang berpindah, duduk di sampingnya.
“Kau... pasti sengaja, berlama-lama menghentikan mobil di depan gerbang.” tukas Teuki tajam.
“Ah... tidak juga! Aku hanya sedikit menyapa pak Yong.” Yesung tesenyum tanpa dosa.
“Menyapa? Lantas kenapa kau repot-repot menayakan keadaan putrinya yang sedang hamil? Memangnya apa hubunganmu dengan putri pak Yong? Ah... pasti kau ayah dari bayi yang di kandungnya? Gila! Idiot! Kau pikir aku bodoh?”
Yesung tertawa mendengar semua ocehan Teuki.
“Diam kau! Tidak ada yg lucu disini!”
“Yang penting kita sudah bisa keluar bukan?.” Yesung melirik Teuki, dengan pandangan jahil.
Teuki mendengus kesal.
==================

Disisi lain...

Saat itu, Hankyung sedang duduk di atas tempat tidurnya. Wajahnya terlihat murung, menatap sebuah gantungan kunci yang terbuat dari manik-manik, berwarna biru.
“Chulie... kau ada dimana?” ucapnya lirik.
Sesaat, sebuah bayangan masa lalu terlintas dalam benak, dan pikirannya.
«»«»«»«»«»«»«»«»

* Hankyung POV *

Aku berdiri di halte bus, kulirik jam yang ada di tanganku. “Sebentar lagi bus akan datang, kemana dia?” dengan gelisah ku tengok jalan, yang berlawanan arah dengan datangnya bus.
Sebuah kelegaan muncul, saat kulihat seorang yeoja sedang berlari menuju kearahku. Dia melambaikan tangannya, senyumannya terkuar, sangat manis. Dia adalah yeoja yang sangat ku cintai.
“Oppa... mianhe, aku terlambat.” dia mulai mengatur napasnya.
“Hya, Chulie! Kenapa kau terlambat?” aku pura-pura marah padanya.
“Oppa... kau marah padaku?” Chulie menundukkan kepalanya.
Tidak tahan dengan sikapnya yang mengemaskan, akupun langsung memeluknya.
“Kita akan berpisah, tapi... percayalah ini hanya untuk sementara. Terima kasih, kau telah mengijinkanku...”
Kata-kataku terputus, saat kurasakan dia membalas pelukkanku. “Oppa... saranghae.”
Aku menatap kedua matanya lekat-lekat, disana, kutemukan sebuah kejujuran, perasaan yang kupercaya akan selalu tercurah hanya untukku. “Nado saranghae Kim Heechul.” ku kecup keningnya, cukup lama. Karena, aku pasti akan merindukan hal ini.

“Ah... Oppa, aku punya sesuatu untukmu.” kulihat dia merogoh tasnya.
“Taraaaa... ini untukmu.” dia menyodorkan sebuah gantungan kunci padaku. “Oppa akan selalu ingat padaku kan? Ehm... kalau oppa rindu padaku, lihat saja gantungan kunci ini.” Chulie mengigit bibir bawahnya, terlihat malu-malu. “Aku... mencurahkan segenap perasaanku saat membuatnya.”
Aku langsung membelalakkan mata. “Kau? Membuatnya? Jadi, karena ini kau terlambat?”
Chulie menganggukkan kepalanya.
Rasanya otakku langsung berhenti bekerja. Saat ini, aku hanya ingin melakukan satu hal. Dengan cepat kutarik tubuhnya, dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir mungilnya yang lembut.

*Wkakaka... ayo ngaku! Sapa yang demen adegan kissu? Langsung ditimpuk pke golok(?) coz nongol di saat yang tidak tepat *

Aku tahu Chulie pasti terkejut, tapi aku tidak peduli. Aku juga tahu pasti ada beberapa pasang mata yang menatap kami, tapi aku tetap tidak peduli.
Aku sangat senang, saat mendapati chulie membalas ciumanku. Aku tahu dengan pasti, ini bukan sekedar nafsu sesaat, lebih dari itu, ini sebuah keyakinan, aku mencintainya dengan segenap perasaanku.
Beberapa saat kemudian, kami saling melepaskan diri, ku lihat wajahnya sedikit memerah, tertunduk malu.
Saat kulihat ada butiran air mata jatuh di pelupuk matanya, tanpa pikir panjang aku kembali mendekapnya. Aku benar-benar ingin selalu memberi perlindungan pada yeoja yang saat ini ada dalam dekapanku ini.
“Jangan menangis.” aku kembali mengecup keningnya.
Pikiranku melayang, aku akan sangat merindukan wangi tubuhnya, suaranya, senyumannya.
Aku tidak boleh rapuh! Bukankah membahagiakan Chulie adalah keinginan terbesarku?
Jessss...
Tit... Tit... Tit...
Bus telah datang, aku menggenggam jemarinya erat.
“Aku pasti akan kembali. Hanya untukmu.”
“Ne, aku akan menunggumu. Oppa.”
«»«»«»«»«»«»«»«»

* Author POV *

Hankyung mengerjapkan matanya, menggenggam gantungan kunci itu dengan erat. Sesaat dia menghela napas, merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
“Chulie...”

Tingtong... Tingtong...
Suara bel terdengar di segala penjuru rumah.
Hankyung terlonjak, dan langsung berlari menuju pintu.
Ckelekkk...
Seorang yeoja berdiri dihadapannya.
“Minnie?”
Miinie tersenyum manis. “Oppa, kau sudah makan? Aku membawakanmu makanan.” tanpa menunggu jawaban dari Hankyung, Minnie langsung berjalan masuk, menuju ke arah dapur.
“Ada apa? Kenapa kau pagi-pagi kemari?” tanya Hankyung dengan halus.
Minnie menatap Hankyung sekilas. “Sejak oppa tidak lagi tinggal di rumah, aku kan memang selalu kemari.”
“Tapi tidak pernah sepagi ini.”
Minnie mengigit bibir bawahnya. “Aku... oppa, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Selama ini banyak hal yang telah kau lewatkan. Ehm... kita nonton, atau shopping.”
Hankyung tersenyum. “Kau mau mengajakku kencan?”

“Hya oppa, bukan begitu.” Minnie berjalan mendekati Hankyung. “Aku hanya ingin...”
“Jangan terlalu merasa bersalah padaku! Aku baik-baik saja.” Hankyung berusaha meyakinkan.
“Oppa... kau juga butuh refreshing. Apa kau sadar? Kerutan di wajahmu semakin bertambah.” telunjuk Minnie menyentuh lingkaran mata Hankyung.
Dengan cepat Hankyung memegang tangan Minnie, dan mengigit kecil telunjuk Minnie.
“Hya oppa! Sakit.” protes Minnie, sambil memukul bahu Hankyung.
“Siapa suruh tidak sopan?”
Minnie tersenyum, menjulurkan lidahnya pada Hankyung.
“Dasar.” Hankyung mengacak rambut Minnie, dengan penuh kasih sayang.
----------------------

Minnie berjalan, mengandeng lengan Hankyung sambil meminum jus alpukat.
“Oppa, kita mau kemana lagi?”
“Harusnya, sejak awal kau bilang kalau minta ditemani jalan-jalan.”
“Oppa...” Minnie menyandarkan kepalanya di bahu Hankyung. “Inikan juga demi kebaikanmu!”
“Kebaikanku? Dari tadi aku hanya menjadi ekormu!”
“Ehm... siapa tahu kita bisa bertemu Chulie.”
Hankyung tersenyum lembut. “Semoga saja.”
“Ah...” pekik Minnie.
“Apa?”
“Aku lupa. Ada barangku yang tertinggal di tempat penitipan barang.”
“Bagaimana bisa?”
Minnie menyeruput jusnya sekilas. “Aku akan mengambilnya sebentar.” Minnie menyerahkan Jusnya pada Hankyung.
“Mau kuantar?”
“Tidak perlu. Oppa tunggu saja disini. Ah... jangan minum jusku.” Minnie langsung berlari meninggalkan Hankyung.
“Dasar. Anak itu...” Hankyung tersenyum, kemudian duduk di sebuah kursi, tidak jauh dari tempatnya berdiri.
-------------------

“Noona, kau tidak cape?”
“Aku kan sudah bilang, kau bisa meninggalkanku sendiri.”
“Tapi, aku ingin menemanimu. Aku yang telah membawamu keluar. Setidaknya kau akan jadi tanggung jawabku.” Yesung melirik Teuki. “Sampai kita menikah.”
“Terserah!” ucap Teuki datar, merasa bosan dengan semua gurauan Yesung.
“Hya... noona. Kau jangan membaca sambil berjalan.” Yesung menarik lengan Teuki. “Sangat berbahaya.”
Teuki memutar bola matanya. “Bukankah ada kau?” Teuki kembali membaca buku yang ada di tangannya.
“Aish... noona!” Yesung sedikit membentak.
“Apa?” Teuki menangapinya seperti angin lalu.
“Bisakah kau tidak mempersulitku?”
Teuki tersenyum ke arah Yesung. “Tentu saja! Tidak!”
Yesung merangkul pundak Teuki. “Teruslah membaca, aku akan membimbingmu berjalan. Ngomong-ngomong, kalau seperti ini, kita seperti sepasang kekasih ya?”
Teuki melirik Yesung. “Aku haus.”
“Noona, kau tidak berencana mau kabur bukan?”
“Memangnya aku buronan?”
Yesung berpikir sejenak, “akan kubelikan minuman, tapi jangan pergi kemana-mana!”
“Memangnya mau kemana?”
“Pokoknya tetap diam disini! Aku tidak akan lama.”

Teuki mengedarkan pandangan, mencari tempat duduk. Sesaat dia menatap sebuah kursi, kemudian berjalan ke arah kursi itu, sambil kembali membaca bukunya.
Tiba-tiba, kakinya membentur sebuah batu, tubuhnya oleng. “Ah...” teriaknya, buku yang ia bawa terjatuh.
Brukkk...
Teuki mengangkat wajahnya. Saat ini, tepat di depannya seorang namja yang tidak dikenal, menahan tubuh Teuki. Pandangan keduanya bertemu, cukup lama mereka saling menatap satu sama lain.
“Terima kasih.” ucap Teuki sedikit terbata.
“Sama-sama, kau harus lebih hati-hati.” ucapnya lembut.

“Hankyung oppa! Apa yang sedang kau lakukan?”
“Minnie. Kau sudah kembali?”
Minnie mengerutkan dahi, menatap Teuki dengan tajam. Matanya membelalak, saat melihat tangan Hankyung berada di pinggang Teuki.
Minnie mengembungkan pipinya. Berjalan sambil menghentakkan kakinya ke arah Hankyung. “Oppa! Siapa dia?” Minnie mengerucutkan bibirnya.
“Dia? Oh... aku tadi menolongnya saat akan jatuh.”
“Dia tidak jadi jatuh bukan?”
“Eh?” Hankyung dan Teuki sedikit bingung dengan ucapan Minnie.
“Kenapa belum kau lepaskan?” Minnie sedikit merajuk.
Detik itu juga Hankyung dan Teuki tersadar, kemudian saling melepaskan diri.
Yesung yang baru kembali langsung berlari ke arah Teuki.
“Noona, kau tidak apa-apa?”
“Ah? Oh... tidak, dia tadi menolongku.”

Yesung menatap orang yang dimaksud Teuki. Namun tiba-tiba tatapannya tertuju pada satu orang.
“Minnie.” pekiknya.
Minnie mengerutkan dahi, merasa tidak asing dengan suara itu. “Yesung Oppa.”
“Ah... Minnie. Aku rindu padamu.” Yesung langsung memeluk tubuh Minnie.
“Hya oppa. Lepaskan.” Minnie mendorong tubuh Yesung.
“Kau kenapa?” tanya Yesung dengan wajah sedih.
Minnie mengerucutkan bibirnya. “Aku... aku kan benci padamu.”
“Memangnya apa salahku?”
“Pikir saja sendiri!”
“Kalian saling kenal?” tanya Teuki.
“Ah... aku lupa, kenalkan dia Minnie, sepupuku.” Yesung merangkul pundak Teuki.
Kerutan di dahi Minnie semakin bertambah. “Aku tidak suka punya sepupu sepertimu.” Minnie langsung menarik lengan Hankyung. “Sebaiknya kita cepat-cepat pergi dari sini.”
“Minnie...” teriak Yesung, wajahnya terlihat sedikit murung.
Teuki menatap wajah Yesung lekat-lekat. “Kau... tidak apa-apa? Well, bukan urusanku sih!”
Yesung tersenyum. “Noona, kau mencemaskanku?”
“Jangan mimpi! Ah, aku harus pulang.”
==============

Di lain tempat...

“Chulie... babo! Apa yang sedang kau pikirkan?” Chulie memejamkan mata, sambil terus memotong bahan makanan.
“Ahwwww...” teriak Chulie, saat tanpa sadar, dia telah memotong lengannya sendiri #Plakkk...

*Iya-iya Reni cmn bercanda kok kekeke~ *

“Ahwwww...” teriak Chulie, saat tanpa sadar, jarinya teriris pisau. “Aish... kenapa aku jadi begitu sial?” gerutu Chulie.
Dengan lemas, dia berjalan keluar dari dapur. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti. “Kenapa Kyu ada disini? Aish... aku masih tidak ingin bertemu dengannya.”
dengan cepat Chulie menyelinap keluar dari restaurant.

“Kyuhyun. Kau sudah datang?” Wookie melirik jam di tangannya.
“Aku ingin bertemu Chulie.”
“Dia ada di dapur.”
Kyuhyun langsung berjalan menuju dapur. Mencari sosok yang sejak beberapa hari yang lalu, selalu muncul dalam pikirannya.
“Tidak ada.” Kyuhyun mengerutkan dahinya.
“Wookie, dia tidak ada di dapur.”
“Ah... mungkin sedang mengambil bahan makanan. Tunggu saja sebentar.”
“Aku buru-buru.”
Wookie mengangkat bahunya.
“Sudahlah. Bilang padanya jangan pulang dulu sebelum ku jemput.”
Wookie menganggukkan kepalanya. “Akan ku sampaikan.”
=================

“Oh... Chulie? Dia baru saja pergi.” ucap Teuki.
“Aish... apa-apaan ini?” Kyuhyun mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi. “Sudah tiga hari aku tidak bertemu dengan Chulie. Semalam, lagi-lagi dia pulang lebih dulu. Aku kan sudah menitipkan pesan pada Wookie. Aish... Padahal kami satu rumah. Benar-benar membuatku kesal saja.”
Teuki tersenyum, “kenapa kau begitu kesal? Kau menyukainya ya?”
“Mwo? Itu tidak mungkin.” Kyuhyun mengalihkan pandangannya.
“Yang benar?” Teuki mendekatkan wajahnya ke wajah Kyuhyun, sambil menyipitkan mata.
“Tentu saja benar. Kau tidak percaya?”
Teuki tersenyum manis. “Kau tidak perlu meyakinkanku. Tapi, yakinkan ini.” Teuki mengetuk-ngetuk dada Kyuhyun. “Tidak seharusnya kau membohongi perasaanmu sendiri.” Teuki menyentuh pundak Kyuhyun. “Kau seorang namja. Bukankah ada satu hal yang bisa kau lakukan?”
“Apa?”
Teuki tersenyum. “Kejar dia! Nyatakan perasaanmu padanya! Raih hatinya! Jangan sampai orang lain mendahuluimu.”
“Aku memang sudah terlambat.” batin Kyuhyun.
“Apa lagi yang kau tunggu? Dia baru saja pergi, ayo cepat!”

Kyuhyun berlari ke arah halte bus.
Saat ini, seluruh pikirannya yang selama beberpa hari tidak menentu, mulai berjalan dengan normal.
“Noona...” Kyuhyun tersenyum dengan penuh ketulusan. “Aku pasti akan mengejarnya. Akan kubuat dia berpaling padaku. Apa itu boleh?” Kyuhyun terlihat sedikit bersemangat.
“Chulie...” teriak Kyuhyun, saat melihat Chulie handak memasuki bus.
Chulie membelalakkan mata, dan buru-buru masuk dalam bus. Detik berikutnya bus kembali berjalan.
“Chulie... dia... melihatku bukan? Aish...” Kyuhyun menendangkan kakinya ke udara.

Chulie berjalan dengan lemas, ada perasaan bersalah dalam hatinya.
“Apa yang tadi kulakukan? Chulie babo!” Chulie memukul kepalanya sendiri.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa memukul kepalamu sendiri?”
Chulie terlonjak, saat mendapati Kyuhyun berdiri di depan mobilnya, yang di parkir di depan restaurant.
Sejurus kemudian, Kyuhyun menghampiri Chulie. “Kenapa kau langsung masuk bus saat aku memanggilmu?” tuntut Kyuhyun.
“Aku... takut terlambat.”
“Tidak akan terlambat jika kau berangkat bersamaku. Lihat saja sendiri. Aku sampai lebih dulu.”
“Aku... ingin naik bus.”
“Bukankah beberapa hari ini kau sudah merasakan naik bus?”
“Memangnya kenapa?” Chulie mengalihkan pandangan ke arah lain.

Kyuhyun menarik tubuh Chulie, untuk lebih dekat dengannya. Pandangan keduanya bertemu.
Deg...
Jantung Chulie berdebar semakin cepat.
“Apa kau sedang menghindariku?” tanya Kyuhyun.
“Mwo? Itu... itu tidak benar. Untuk apa aku menghindarimu?”
“Mana ku tahu. Lagipula...”
Derttt... Derttt... Derttt...
Ponsel Kyuhyun bergetar.
“Yoboseo. Ah... iya aku segera datang.” Kyuhyun memutus sambungan teleponnya. “Hari ini, aku akan menjemputmu. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Jangan coba-coba untuk lari.”
“Kenapa aku harus lari?” protes Chulie.
Kyuhyun langsung memacu mobilnya, meninggalkan restaurant. Chulie masih berdiri diam, berusaha mengontrol detak jantungnya.

Chulie meletakkan kepalanya di atas meja.
“Kira-kira apa yang ingin dibicarakan?” Chulie menerawang jauh. “Aish... apa yang kupikirkan? Chulie! Apa yang kau harapkan? Rasanya otakku mau meledak!” Chulie menarik rambutnya sendiri.
“Kau kenapa?” tanya Wookie yang sejak awal melihat tingkah aneh Chulie.
“Aku... tidak tahu.” ucap Chulie dengan wajah memelas.
“Bagaimana kalau kita pergi? Ehm... temani aku ke swalayan, ada yang mau kubeli.”
“Tidak bisakah...”
“Tidak bisa! Ayo cepat antar aku!” Wookie menarik lengan Chulie.

Begitu Chulie dan Wookie keluar dari restaurant, terlihat Minnie dan Hankyung berjalan masuk ke arah restaurant.
“Oppa, kudengar makanan disini sangat enak.”
“Kau dengar dari mana?”
“Sepupuku.”
“Namja yang waktu itu?”
“Sudahlah tidak perlu dibahas.” Minnie terlihat sedikit murung.

Cukup lama Minnie dan Hankyung berada di restaurant. Keduanya telah menghabiskan semua makanan yang disajikan.
“Ah... benar-benar makanan yang enak. Oppa, setelah ini kita mau kemana lagi?” tanya Minnie.
“Taman kota.”
Minnie menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. “Apa menurut oppa, kita bisa bertemu dengannya hari ini?”
“Kuharap demikian.” Hankyung mengusap rambut Minnie dengan lembut.
“Bagaimana kalau kita pergi sekarang?”
Hankyung menganggukkan kepalanya.
Saat mereka beranjak pergi, tanpa sengaja Hankyung menjatuhkan gantungan kunci miliknya.
------------------

Saat itu, terlihat Kyuhyun sedang berada di toko bunga.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang penjaga toko.
“Aku ingin sebuah rangkaian, ehm... bunga mawar putih.” ujar Kyuhyun sedikit bersemangat.
“Baik akan segera saya siapkan.”
Tidak lama kemudian, penjaga toko itu menghampiri Kyuhyun, dengan rangkaian bunga yang telah di pesan Kyuhyun.
“Bagaimana?” tanya penjaga toko itu.
“Sangat cantik. Terima kasih.”Kyuhyun membayar bunga pesanannya.
Sejurus kemudian, dia menuju mobil, meletakkan rangkaian bunga di jok depan.
Selang beberapa detik, Kyuhyun memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil sesekali melirik bunga di sampingnya.
-------------------

Ckelekkk...
Chulie dan Wookie, memasuki restaurant, sambil membawa beberapa kantung plastik.
“Ah... cape. Kau mau minum apa?” tanya Chulie.
“Ehm... lemon tea.”
“Sebentar ku ambilkan.” Chulie tersenyum manis. Dia terlihat lebih baik daripada saat mereka pergi tadi.
Saat berjalan menuju dapur, tanpa sengaja Chulie menginjak sesuatu. Chulie membelalakkan matanya, saat mengetahui benda yang di injaknya.
“Ini...” Chulie langsung berlari ke arah salah satu rekannya.
“Ini... siapa tadi yang duduk di meja itu?” Chulie menunjuk salah satu meja.
“Aku tidak kenal mereka.”
“Ada apa?” tanya Wookie bingung.
“Ini.” Chulie menunjukkan benda yang ia temukan. “Ini... gantungan kunci yang kuberikan pada Hankyung oppa. Tadi dia pasti ada disini.”
Wookie melayangkan pandangan ke luar restaurant.
“Ehm... mereka baru saja pergi.”

Mendengar hal itu, Chulie lengsung berlari keluar.
“Chulie.” teriak Wookie.
Saat Chulie berlari keluar, Kyuhyun baru saja sampai, sambil memegang bunga di tangannya.
“Chulie, kau mau kemana?” teriak Kyuhyun. Detik itu juga dia berlari mengejar Chulie.
“Oppa... Hankyung oppa... kau ada dimana?” Chulie menggenggam erat, gantungan kunci yang ada di tangannya.

Tiba-tiba Chulie berhenti, dadanya terasa sesak, saat melihat orang yang perawakannya sangat dia kenal, bahkan jika dilihat dari belakang.
“Oppa...” suaranya sedikit tercekat di tenggorokan. “Hankyung oppa...” teriak Chulie.
Hankyung langsung menoleh. Dia membelalakkan matanya, tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.
“Chulie? Kau kah itu?”
Chulie meneteskan air matanya. “Oppa.” detik itu juga dia berlari ke arah Hankyung.
Chulie memeluk Hankyung dengan erat. “Oppa... akhirnya kita bertemu.”
“Chulie.” Hankyung membalas pelukan Chulie.
Tidak jauh dari sana, Kyuhyun melihat semua adegan itu. Dia memegang dadanya, perlahan bunga yang dia pegang jatuh ke tanah.

*** TBC ***

Ehm... dr kmrn banyak yang tanya Chulie endingnya ma sapa? Reni aja bingung =.=a *author gadungan* wkakaka... *ngakak gulung tikar(?)*
Ehm... aku kasih sedikit clue aja dah... *senyum licik*
Buat pendukung Kyuhyun, emg gak kasihan? Masa mau misahin Hankyung dari Chulie? Penuh perjuangan lho *pasang wajah paling polos*
Pendukung Hankyung, emg tega? Bikin Kyuhyun patah hati? Pdhl chulie mulai suka lho *neh author maunya apa coba?* wkakaka... #plakkk...
Well, sejak awal, Reni bikin JTH, dah memutuskan(?), ntar Chulie sama... rahasia dong... :P *langsung kabuurr*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar