Sabtu, 11 Juni 2011

«» Journey To Happiness ® Part 18 «»


“Mianhe... kalian sudah lapar ya?” Chulie tersenyum manis, sambil meletakkan semua makanan di meja.
Chulie melirik Kyuhyun sekilas. “Ehm... boleh aku tahu kalian sedang membicarakan apa?” tanya Chulie sedikit ragu-ragu.
Sontan Kyuhyun dan Hankyung menatap Chulie sejenak, sama-sama tersenyum, kemudian keduanya kembali saling bertatapan tajam. Chulie hanya mengerutkan dahi, memandang Kyuhyun dan Hankyung secara bergantian.
“Sebenarnya ada apa?” tuntut Chulie.
“Tidak ada.” ucap keduannya secara bersamaan.
Chulie menyipitkan mata sejenak, menghela napas pelan, kemudian kembali meletakkan beberapa piring di meja.

“Chulie...” panggil Hankyung dengan nada sedikit manja, yang sukses membuat mulut Chulie menggangga lebar. “Kau tidak mau menemaniku makan?” sambung Hankyung dengan nada sedikit merajuk.
Otak Chulie berhenti seketika, sejurus kemudian dia mulai mengerjapkan mata beberapa kali, mengeluarkan senyuman terbaiknya. “Oh... Oke.” tanpa diberi aba-aba Chulie sudah duduk manis di samping Hankyung. “Oppa, makanlah yang banyak. Aku tidak ingin kau sakit.” ucap Chulie dengan penuh ketulusan. Namun, tanpa disadari, membuat hati seseorang terasa begitu menyakitkan.
Sesekali Chulie menyuapkan beberapa makanan ke mulut Hankyung, sambil bercanda. Keduanya larut dalam dunianya sendiri.

Brakkk...
Kyuhyun yang mulai geram, tanpa sadar menggebrak meja.
Baik Chulie, maupun Hankyung, langsung terlonjak, dan melemparkan pandangan ke arah Kyuhyun. Detik itu juga Kyuhyun jadi salah tingkah. Karena jujur saja, tindakannya tadi di luar kesadarannya.
“Kau kenapa?” tanya Chulie, sambil mengeryitkan dahi.
“Aku...” tanpa sengaja, ekor mata Kyuhyun menagkap pemandangan, yang menurutnya sangat menjengkelkan. Hankyung memutar bola matanya. “Hya! Chulie! Kau kan tahu aku tidak suka sayuran. Tapi apa ini? Kenapa semua makanan disisipi sayuran?” bentak Kyuhyun, dalam satu tarikan napas.
“Aish... kalau tidak suka jangan dimakan! Taruh saja di pinggir.” Chulie berusaha memisahkan beberapa sayuran.
“Karena sudah tercampur, sayurnya tetap terasa. Babo!” “Mwo?” Chulie membelalakkan mata. Dengan geram Chulie memukul kepala Kyuhyun dengan sendok di tangannya.
“Sakit.” teriak Kyuhyun.
“Kalau kau pintar, silahkan masak sendiri!” tukas Chulie tajam.
“Aku bukan koki. Jadi, untuk apa aku masak sendiri?” tantang Kyuhyun.

Brakkk...
Kali ini Chulie yang menggebrak meja.
“Makan apapun tanpa mengeluh!”
“Hah? Kau pikir aku suka mengeluh?”
“Ya! Juga sangat cerewet!”
“Mwo? Tarik kata-katamu!”
“Mana yang harus kutarik? Kenyataannya begitu.”
“Kau, apa kau pikir dirimu lebih baik dariku? Kau harus bercermin nona Chulie.”
“Hahaha...” Chulie tertawa hambar. “Setiap hari aku bercermin. Tidak ada yang salah dengan diriku tuan Kyuhyun.”
“Sepetinya kau harus memeriksakan matamu yang mulai tidak beres!”
“Apa maksudmu?”
“Sebenarnya apa yang kalian ributkan?” sela Hankyung datar, sambil melipat tanggan di dadanya.

Kyuhyun mendengus, saat menyadari kata-kata Hankyung memang benar. Kali ini, kelakuannya sangat konyol. “Benar-benar menjengkelkan. Cepat ambilkan aku makanan yang lain!” Kyuhyun mendorong piring di depannya dengan kasar. Chulie masih melotot pada Kyuhyun, napasnya naik-turun menahan emosi. “Ayo cepat! Kau mau akau mati kelaparan?” serga Kyuhyun.
Sejurus kemudian, Chulie menghela napas pelan, kemudian beranjak pergi menuju dapur. Pada akhirnya, Chulie memilih untuk mengalah, daripada menjadi tontonan gratis bagi puluhan pasang mata di restaurant itu.
“Jadi ini caramu untuk menarik perhatiannya? Ckckck...” cibir Hankyung, sambil menggelengkan kepalanya. “Cukup cerdas. Mau kuberi aplause?” sindir Hankyung, sejurus kemudian, dia kembali melahap makanannya.
Kyuhyun mengantupkan rahangnya, tanpa pikir panjang dia menendang kaki Hankyung dari balik meja. Detik itu juga Hankyung tersedak.
“Ah... maaf. Ternyata refleksmu tak sebagus wajahmu.” Kyuhyun menyerigai.
=================

“Noona... kau di mana?” Teriak Ysung begitu masuk ke dalam rumah keluarga Cho.
Prakk...
Teuki melempar majalah tepat ke wajah Yesung.
“Jangan teriak-teriak di rumah orang! Kau pikir aku tuli?” Tukas Teuki tajam.
Yesung memanyunkan bibirnya.
“Kenapa bibirmu? Mirip ikan koki.” tawa Teuki menggelegar.
“Aish...” Yesung langsung jongkok. “Noona, kenapa kau selalu jahat padaku?” ucap Yesung dengan wajah muram.
“Minggir! Menghalangi jalan saja.” Yesung menundukkan kepalanya, menggerak-gerakkan tangannya, seolah menggambar sesuatu di lantai, mengacuhkan kata-kata Teuki. “Atau... pantatmu mau kutendang?” Teuki menyungingkan senyum manis, namun nada suaranya penuh tekanan.
“Iya-iya.” Yesung mendengus kesal.

Tuk...
Teuki meletakkan dua gelas jus jeruk di atas meja.
“Minumlah! Aku sudah berbaik hati membuatkanmu minuman.”
“Noona mencampurkan sesuatu?” Yesung menyipitkan matanya.
“Tenang saja, hanya sedikit merica bubuk dan garam. Kurasa kau tidak akan mati.” Teuki langsung duduk di samping Yesung.
“Kenapa noona meneleponku?” tanya Yesung sambil memunggungi Teuki.
Pletakkk...
Teuki menjitak kepala Yesung. “Tidak sopan! Aku ada disini. Kenapa kau menghadap ke arah lain?”
Yesung melirik Teuki sekilas. “Aku kan sedang ngambek.”
“Buahahaha...” Teuki tertawa lepas. “Bukankan kemarin kau bilang butuh bantuanku? Berhubung hari ini aku sedang baik hati, dan tidak sombong.” Teuki tersenyum, kemudian mendekati Yesung. “Aku akan membantumu.” bisik Teuki di telinga Yesung.
Yesung langsung menoleh, sorot matanya berbinar-binar. “Benarkah?”
“Tapi ada syaratnya.” Teuki tersenyum tanpa dosa.
“Sudah kuduga.” desis Yesung.

“Fufufu... di dunia ini tidak ada yang gratis Yesung-ssi. Bagi penderita asma, oksigenpun harus bayar.” Teuki mengerlingkan matanya.
“Kau terlalu perhitungan noona.”
Teuki mengangkat bahunya, “Bagaimana? Sebelum aku berubah pikiran.”
“Apa syaratnya?”
“Hehehe... sebenarnya tidak terlalu sulit. Kau cukup 'mengawasi' Kyuhyun. Ikuti dia kemanapun,” Teuki melirik Yesung jahil. “Kalau perlu, saat dia ke toilet sekalipun.”
“Noona aku masih normal.”
“Hohoho... aku hanya bercanda.” Teuki memukul bahu Yesung. “Intinya, laporkan segala sesesuatunya dengan detail. Aku ingin tahu, bagaimana perkembangan 'percintaan' dongsaeng kesayanganku itu.”
“Noona, kau tenang saja. Kurasa... aku bisa diandalkan.” keduanya sama-sama tersenyum licik.
“Oke. Aku percaya padamu. Sekarang, apa yang bisa kubantu?” Teuki tersenyum lembut, sebuah senyuman, yang bisa membuat semua orang merasa damai.
================

“Kyaaa...” Teriak Chulie, saat merasa dirinya akan mencium lantai.
Pranggg...
Suara beberapa piring, yang lebih dulu membentur lantai.
Greppp...
Dengan cepat, Kyuhyun dan Hankyung menahan bahu Chulie disisi kanan dan kiri.
“Kau tidak apa-apa?” tanya keduanya bersamaan.
Chulie mengetur napasnya. “Tidak.” dia menggeleng lemah.
“Duduk dulu.” Hankyung melingkarkan tangannya di pinggang Chulie, membimbing yeoja itu untuk duduk di kursi terdekat.
“Minumlah. Kau pasti sangat shock.” Kyuhyun mengulurkan segelas air putih.
“Terima kasih.” Chulie langsung meneguknya.

“Kenapa kau bisa hampir jatuh?” Tanya Kyuhyun lembut.
“Kau harus lebih hati-hati.” sambung Hankyung.
“Jangan terburu-buru seperti itu.” kata Kyuhyun.
“Sangat berbahaya.” ucap Hankyung.
“Untung hanya piring yang pecah.” Kyuhyun menghela napas lega.
“Bagaimana jika nasibmu sama dengan piring-piring itu?” ada kecemasan dalam nada suara Hankyung.
“Kau benar tidak apa-apa?” Kyuhyun menatap Chulie lekat-lekat.
“Jangan coba-coba menyembunyikan rasa sakitmu!” Hankyung mengelus rambut Chulie lembut.
Chulie hanya melongo, mendengar ocehan Kyuhyun dan Hankyung. Melemparkan pandangan secara bergantian, sambil mengerutkan dahinya.
“Sebenarnya kalian kenapa?” tanya Chulie polos. “Kenapa dari tadi, kelakuan kalian sangat aneh?” Chulie menyipitkan mata. “Apa kalian sakit? Perlu kubelikan obat?” dengan cepat Chulie beranjak pergi.

“Aku hanya menghawatirkanmu.” lagi-lagi Kyuhyun dan Hankyung mengeluarkan kata-kata yang sama, dalam waktu yang bersamaan.
Chulie memutar tubuhnya, menatap Kyuhyun dan Hankyung lekat-lekat. Sejurus kemudian, Chulie bergidik ngeri, langsung berlari menuju dapur.
Kyuhyun dan Hankyung saling pandang.
“Selamat. Berkat dirimu Chulie jadi lari ketakutan.” celetuk Hankyung dengan nada sinis.
“Kau pikir dirimu tidak punya andil?” ucap Kyuhyun santai.
Hankyung mendekati Kyuhyun. “Aku lebih punya hak daripada dirimu.” bisiknya tajam.
“Kalian belum menikah. Tidak ada ikatan kuat diantara kalian. Ingat itu.” Kyuhyun tersenyum evil.
Hankyung tersenyum lembut. “Kau tenang saja. Kami akan segera menikah. Dan kurasa... kau adalah orang pertama, di list tamu undangan kami.” Hankyung meninggalkan Kyuhyun, dengan wajah penuh kemenangan.
-------------------------

Kyuhyun menendang pohon di samping restaurant, meluapkan seluruh emosinya terhadap seorang Hankyung.
“Benarkah aku tidak ada kesempatan lagi? Aish...” Kyuhyun mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Eunhyuk dengan wajah polos.
Kyuhyun melirik Eunhyuk, sesaat kemudian, tersungging senyum licik di sudut bibirnya.

Pada saat yang bersamaan...

“Aish... benar-benar gerah.” keluh Wookie. Detik berikutnya dia menelungkupkan kepalanya di atas meja. “Kau benar-benar tega padaku Eunhyuk.” gerutu Wookie kesal.
Dengan langkah gontai Wookie berjalan menuju jendela, dan membukanya lebar-lebar. Untuk sesaat, hembusan angin mampu menyejukkan tubuh Wookie.
Sejurus kemudian, Wookie mencondongkan tubuhnya, detik berikutnya dia membulatkan mata. Dengan cepat Wookie keluar dari ruangannya.

“Hya... Cho Kyuhyun! Apa yang kau lakukan?” teriak Wookie, kemudian mendorong tubuh Kyuhyun.
“Tidak ada. Hanya melepaskan sedikit stress yang mulai menumpuk.” ucap Kyuhyun dengan santai.
“Kau gila!” sembur Wookie. “Melepaskan stress katamu? Dengan mencekik Eunhyuk?” Wookie mengelihkan pandangan pada Eunhyuk yang terduduk di tanah sambil terbatuk kecil. “Kau bisa membunuhnya.” desisi Wookie.
“Hahaha...” Kyuhyun tertawa geli. “Kau tenang saja. Aku tidak mungkin membunuhnya. Tidak ada untungnya aku membunuh Eunhyuk.” Kyuhyun berlalu dari hadapan Wookie.
Dengan cepat, Wookie menangkap lengan Kyuhyun. “Aku mengerti perasaanmu. Tapi tolong... jangan bersikap seperti ini. Kau bisa bersaing secara adil.”
Senyum Kyuhyun merekah. “Kau mendukungku?” tanyanya penuh harap.
“Maaf. Aku lebih memilih... mendukung setiap keputusan Chulie.” Wookie menatap wajah Kyuhyun.

“Sudahlah.”
“Kumohon... jangan sakiti dirimu sendiri.”
“Aku tahu.” Kyuhyun mengecak rambut Wookie.
“Kyu...”
“Kau tenang saja. Aku adalah Cho Kyuhyun. Satu yang pasti, aku tidak akan menyerah begitu saja.” Kyuhyun melangkah masuk ke dalam restaurant.
Wookie menghela napas, menatap punggung Kyuhyun yang mulai menjauh.
“Chagi...” suara Eunhyuk yang cukup dekat membuyarkan lamunan Wookie.
“Jangan dekat-dekat.” Wookie mendorong tubuh Eunhyuk. “Ingat radius 5 meter.”
“Kau tidak kasihan padaku? Sepupumu hampir mencelakaiku.” Eunhyuk mengeluarkan puppy eyesnya.
Wookie memutar bola matanya. “Aku kan sudah menolongmu. Itu lebih dari cukup.” tanpa menghiraukan panggilan Eunhyuk, Wookie berlari menjauh dari Eunhyuk.
================

* Chulie POV *

Aku keluar dari kamar, dengan menyeret sebuah koper. Dari awal, barang-barang yang kubawa memang tidak banyak. Ya... ini memudahkanku.
Aku mendesah pelan, saat mengingat pertemuanku dengan nyonya Cho beberapa jam yang lalu. Cukup sulit meyakinkan beliau. Tidak bisa dipungkiri, nyonya Cho memiliki karisma yang luar biasa. Setiap tutur katanya memiliki kekuatan untuk menghipnotis seseorang. Bukan hal yang buruk, tapi... aku seolah bergerak mendekat, sesuai keinginanya. Dan kalian tahu apa keinginannya? Aku tidak boleh keluar dari rumah ini.
Sebenarnya aku paling merasa tidak enak pada Teuki unnie. Karena aku dia dihukum, dan sekarang... aku malah pergi begitu saja. Aku sedikit segan padanya, mengingat dia begitu baik padaku. Dan pada akhirnya, aku tetap akan pergi dari rumah ini. Aku sempat melihat kekecewaan di raut wajah Teuki unnie.

“Ah... kau benar-benar akan pergi?” Teuki unnie menghampiriku, memelukku dengan hangat. “Aku pasti akan merindukanmu.”
“Kita masih bisa bertemu di restaurant.”
“Kau lupa? Aku sedang dihukum nona Chulie.”
“Unnie. Jangan membuatku merasa bersalah.”
“Kurasa... kau memang bersalah.”
“Unnie.”
“Hahaha... jaga dirimu baik-baik.”
Aku memberikan senyum paling manis pada Teuki unnie.
“Eomma baru saja pergi. Aku akan meneleponnya, untuk mengatakan kau sudah pergi.”
“Ya. Terima kasih untuk segalanya. Aku pergi unnie.” aku kembali memeluknya dengan erat.
“Aku akan mengantarmu.” Kyuhyun merebut koper di tanganku.

Hening.
Kyuhyun fokus pada jalan, dan kalian tahu apa yang sejak tadi kulakukan? Bingo! Aku terus menatap wajah Kyuhyun. Aku sendiri tidak tahu. Otakku dan tubuhku tidak bisa diajak kerja sama. Aku, dengan penuh kesadaran, jelas-jelas mengatakan ini konyol! Tindakkanku ini tidak benar! Aku sudah gila! Tapi... entah mengapa, mataku tidak bisa lepas dari wajahnya. Dan akhirnya, seperti saat ini, aku menyerah, kuputuskan mencoba menikmati pemandangan yang kulihat saat ini.

“Apa kau sudah menyimpan seluruh lekuk wajahku di otakmu? Atau aku perlu memberimu sebuah fotoku?” kata-kata Kyuhyun memecahkan seluruh lamunanku.
“Eh?”
“Aku tahu, kau pasti akan merindukan wajah tampanku ini. Tapi... bisakah kau berkedip saat memandangku seperti itu? Kasihan matamu nanti iritasi.”
“Kau terlalu percaya diri tuan Kyuhyun.” aku mendengus kesal. Perlu kalian tahu, wajahku saat ini terasa panas.
“Sudah mengaku saja. Kau pasti akan merindukanku bukan?” kudengar dia terkekeh pelan.
“Mungkin.” jawabku acuh.
“Atau jangan-jangan kau mulai menyukaiku?”
“Mwo? Dugaan macam apa itu?” tanpa sadar aku berteriak.

Detik itu juga, aku mengalihkan pandangan ke arah jendela. Bisa kurasakan wajahku yang semakin memanas, dan kali ini jantungku ikut berdetak secara tidak terkendali. Aku mengigit bibir bawahku, mencoba meredam kegugupanku. Ya, harus kuakui aku gugup. Siapa juga yang tidak gugup jika dalam posisi sepertiku?
Aku mencoba mellihat Kyuhyun, melalui ekor mataku. Dia tidak bergeming sama sekali. Lagi-lagi suasana dalam mobil ini begitu hening. Sedikit menyesakkan, kalau aku boleh jujur.
-----------------------
* Kyuhyun POV *

Aku benar-benar merasa senang, saat mengetahui dia menatapku dalam waktu yang cukup lama. Apakah ini suatu kemajuan yang bagus?
“Atau jangan-jangan kau mulai menyukaiku?” tanpa sadar, aku menggodanya.
“Mwo? Dugaan macam apa itu?” kudengar dia berteriak keras. Kulirik Chulie yang sedang mengalihkan pandangan ke arah jendela.
Aku mendesah pelan. Apa yang telah kukatakan? Apa ini akan membebaninya? Tapi... suasana hatiku sangat bagus, untuk saat ini, aku tidak ingin memikirkan apapun. Waktuku tidak lama lagi, begitu sampai di tempat Hankyung, semua akan berubah. Aku ingin terus menggenggam saat-saat seperti ini.
Kami tenggelam dalam keheningan. Aku kembali melirik Chulie, entah apa yang ada dalam pikirannya. Kuharap, saat ini, hanya untuk saat ini, dia memikirkanku.
===============

Kami sampai di depan rumah Hankyung.
Brakkk...
Chulie keluar dari mobil dengan penuh semangat. Lagi-lagi aku mendesah pelan.
“Biar kuambilkan kopermu.” kulihat Chulie mengangguk, kemudian tersenyum padaku. Berani sumpah, itu adalah senyuman paling manis, yang pernah kulihat dari wajahnya.
Ckelekkk...
Kilihat wajah Hankyung menyembul dari balik pintu.
“Oppa...” Chulie langsung memeluknya.
“Akhirnya kau datang juga. Aku sempat berinisiatif untuk menjemputmu.” kulihat tatapan kurang bersahabat dari mata Hankyung. Well, kami memang tidak pernah bersahabat. So, apa peduliku?
“Oppa, kau terlalu berlebihan.”
“Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu.” lagi-lagi dia menatapku, seolah mengatakan akulah bahaya bagi Chulie. Hohoho... jika itu maumu tuan Hankyung, aku akan lebih senang jika bisa menjadi bahaya bagimu.

Aku memasuki sebuah hunian yang cukup nyaman. Harus kuakui kau memang pintar membuat rumah ini seakan menyambut semua orang yang memasukinya. Pandanganku tentangmu berubah, tuan Hankyung. Tapi sayang, perasaanku padamu masih belum ingin berubah.
Kuletakkan koper Chulie di sudut ruangan dekat jendela.
Kulihat Chulie berjalan menuju dapur, sedangkan Hankyung membuka sebuah kamar.

“Aku pulang dulu.” pamitku pada Chulie.
“Kyuhyun, Terima kasih telah mengantarku. Hati-hati di jalan.” Chulie melambaikan tangannya.
Aku menutup pintu depan, tapi tidak langsung beranjak pergi, aku masih ingin melihat Chulie. Kuputuskan mengintipnya dari jendela.
“Oppa, aku akan tidur dimana?”
“Terserah. Kau juga boleh tidur denganku.” aku mengernyit, saat melihat hankyung mengerlingkan matanya pada Chulie. Hey! Reaksi apa itu? Kenapa Chulie terlihat sedikit malu-malu? Kemana perginya Chulie yang selalu menggunakan kekerasan jika menghadapi situasi seperti ini? Ah... ralat, sepertinya itu sikap yang hanya dia tunjukkan padaku.

Terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, sampai-sampai aku membelalakkan mata, melihat pemandangan yang ada di depanku. Sejak kapan posisi mereka seperti itu? Hankyung menghimpit tubuh Chulie di dinding? Apa yang mau dilakukannya?
“Sikapmu yang malu-malu seperti ini, kuanggap persetujuan darimu.”
Tunggu! Apa aku telah melewatkan sesuatu?
Apa itu? Rasanya... darahku berdesir cepat, tanganku telah mengepal seutuhnya. Baru saja, aku melihat Hankyung mengecup pipi kanan Chulie.
Lagi-lagi aku shock, tubuhku mengejang, pemandangan ini benar-benar membuatku darah tinggi. Apa-apaan itu? Hankyung menggendong tubuh Chulie, dan... memasuki salah satu kamar. Apa yang mau mereka lakukan? Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku.
Brakkk...
Suara pintu dibanting dengan keras.

“Tidakkk...” teriakku kancang.
“Hya! Kenapa teriak-teriak?” tanya Chulie dari arah dapur.
“Ada apa? Kau baik-baik saja?” kulihat tubuh Hankyung keluar dari balik sebuah kamar.
Aku mulai mengerjapkan mata, mengatur napasku yang tidak beraturan.
“Kau butuh sesuatu? Wajahmu terlihat pucat.” Hankyung menghampiriku. Tubuhku masih membeku, tidak merespon dengan baik pertannyaannya. “Chulie, ambilkan minuman untuk Kyuhyun.”
Seruan Hankyung mulai menyadarkanku. Aku mencoba mencerna semua pemandangan yang baru saja kulihat, dengan keadaan disekelilingku saat ini.
Dapat kusimpulkan. Itu semua hanya ada dalam imajinasiku. Sejak kapan aku bisa membuat imajinasi yang begitu memukau? Mungkin kalian tidak perlu kaget, jika suatu saat aku bisa mati tiba-tiba. Imajinasiku liarku sangat berbahaya bagi jantungku sendiri.

Aku meneguk habis air yang disodorkan oleh Chulie.
Aku mencoba merilekskan pikiran, aku tidak terlalu paham apa yang dibicarakan mereka berdua. Kepalaku sedikit berdenyut. Aku harus mewaspadai setiap keadaan. Bisa saja Hankyung memang berniat menyerang Chulie. Apa yang harus kulakukan? Aha, kau cerdas Kyuhyun, benar juga, aku bisa menginap disini.
“Boleh aku menginap disini? Aku tidak yakin bisa pulang. Kepalaku sangat pusing.” aku tidak berbohong, hanya sedikit melebih-lebihkan hohoho...
“Sepertinya kau kelelahan. Istirahat saja di kamar sebelah.” Hankyung menunjukkan sebuah kamar padaku. Ternyata dia cukup baik juga. Well, kita masih tetap bersaing. Ini dua masalah yang berbeda bukan?

Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. Kalian tahu? Hankyung memapahku sampai kemari. Jujur saja, terbesit sebuah rasa bersalah dalam benakku. Well, aku tidak berbohong, hanya... berusaha memanfaatkan kesempatan. Dengan begini aku sedikit tenang. Tidak akan ada adegan yang menyayat hati.
Aku membekap wajahku dengan bantal, aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku saat ini.
===============

* Author POV *

Keesokan paginya...

“Chulie, kau sudah siap? Aku kan mengantarmu ke restaurant.” ucap Hankyung.
“Sebaiknya Chulie pergi denganku. Aku bisa mengantarnya lebih cepat, daripada naik taksi.” ucap Kyuhyun datar.
“Baiklah, karena aku juga ingin mengantar Chulie, jadi aku ikut dengan kalian.”
Chulie tersenyum mendengar kata-kata Hankyung.

“Hya! Kalian pikir aku supir kalian? Seenaknya duduk di belakang. Tidak bisa Chulie duduk di depan.” protes Kyuhyun.
“Kau pikir aku rela duduk dibelakang sendiri? Ingin aku jadi kambing congek begitu?” tukas Hankyung.
“Pokoknya aku tidak mau tahu. Salah satu dari kalian harus duduk di depan.” Kyuhyun menunggu keputusan mereka, di bangku kemudi.
Untuk menghindari perselisihan. Telah diputuskan, Chulie duduk di belakang, sedangkan Hankyung duduk di kursi depan.
Suasana dalam mobil sedikit tidak nyaman, terutama bagi Kyuhyun dan Hankyung yang saling melirik tajam, dan sesekali mendengus kesal.
Sedangkan Chulie? Dia hanya melemparkan pandangan ke arah jendela, tanpa mengetahui perang antara Kyuhyun dan Hankyung, yang sedang berlangsung tanpa kata-kata.

Direstaurant...

Baik Kyuhyun maupun Hankyung masih betah berada di restaurant. Keduanya masih menikmati saat-saat bersama dengan Chulie.
Ckelekkk...
“Hankyung oppa...” terdengar suara manja Minnie. “Aku telah mencarimu kemana-mana. Ternyata benar kau ada disini.” Minnie mengerucutkan bibirnya.
“Ada apa kau mencariku?” tanya hankyung lembut.
“Oppa...” Minnie menggandeng lengan Hankyung dengan manja. “Antar aku kesuatu tempat ya...”
Kyuhyun mengerutkan dahi, mendengar nada bicara Minnie.
“Minnie?” Chulie menyambut kedatangan Minnie dengan ramah, tapi matanya terus menatap lengan Hankyung.
“Unnie, boleh aku mengajak Hankyung oppa pergi?” tanya Minnie dengan wajah polosnya.


*** TBC ***

Sorry-Sorry...
Gak maksud ngepost kelamaan, tapi... kmrn, beberapa hari sempet tepar gara2 sakit perut *gak elite bgt?* wkakaka... gitu dah... perutku kan yahud bo' *senyum miris*
Satu kabar gembira, bagi yang selalu nunggu JTH *emg ada?* =.=a ya... pokoknya, mulai hari ini, Reni bakalan ngusahain, bisa Post JTH tiap hari Jum'at ^^v
Ehm... Part ini ancur? Aneh? Gaje? Ngebosenin? Emang... T__T Oke, aku masih galau gara2 Haepa T.T #abaikan
Well, yg tanya sebenernya aku mau bikin JTH pek berapa Part? Jawabannya, aku sendiri gak tahu wkakaka... #Plakkk
yg minta partnya Sungmin *senyum licik* kyknya mesti sabar minggu depan dah huohoho... itung2 aku lagi nyiapin mental, klo2 reader pada mau membunuhku neh wkakaka~buuuuurrr...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar