Sabtu, 28 Mei 2011

«» Journey To Happiness ® Part 17 «»


“Kyuhyun, hari ini aku ingin mengajak Chulie ke suatu tempat. Bisakan kalau hari ini, aku saja yang mengantar Chulie pulang?” Hankyung tersenyum lembut.
Kyuhyun hanya diam, menatap Chulie tajam.
Hankyung melirik jam di pergelangan tangannya. “Ah... sebaiknya kita pergi sekarang! Aku akan mengantar Chulie pulang sebelum tengah malam.” Hankyung menarik tangan Chulie, pada saat yang bersamaan, Kyuhyun menangkap lengan Chulie.
“Tetaplah disini.” Kyuhyun menatap Chulie lekat-lekat.
Chulie mengigit bibir bawahnya, menatap Kyuhyun dan Hankyung secara bergantian.


“Aku sudah menunggumu disini selama dua jam. Dan sekarang kau bilang akan pergi dengannya? Apa kau tidak merasa keterlaluan Kim Heechul?” ucap Kyuhyun dingin. “Akan ada banyak waktu untuk kalian berdua. Tidak bisakah kau bersabar dalam dua hari ini?” Kyuhyun melirik Hankyung sekilas.
Chulie menghela napas pelan, menundukkan kepala, tanpa membela diri dari semua cercaan Kyuhyun.
Hankyung tersenyum lembut. “Kurasa Kyuhyun benar. Tidak seharusnya kita membiarkannya menunggu seperti ini.” Hankyung mengusap rambut Chulie, “Kita pergi lusa, saat kau telah tinggal bersamaku.” untuk beberapa saat, Hankyung menatap Kyuhyun dengan tajam.
-----------------------

Kyuhyun duduk manis, di dalam mobilnya, sebuah senyuman mengembang di bibirnya.
Brakkk...
Kyuhyun sedikit terlonjak, saat mendapati Chulie masuk mobilnya.
“Kita pulang sekarang?” tanya Chulie dengan senyum manisnya.
Kyuhyun mendekati tubuh Chulie, tangan kanannya terulur. Sontan Chulie meremas bajunya sendiri, detik berikutnya, langsung mengeser tubuhnya sedikit menjauh dari kyuhyun.
Deg...
Jantung Chulie berdetak dengan cepat, saat mendapati wajah Kyuhyun semakin mendekat. Detik itu juga Chulie langsung memejamkan matanya.

Bettt...
Cklik...
Kyuhyun memasangkan sabuk pengaman pada Chulie.
“Kita berangkat sekaranmg.” ucap Kyuhyun dengan wajah tanpa dosa.
Chulie hanya mengerjapkan mata beberapa kali. “Apa yang tadi kau pikirkan Chulie? Babo!” rutuk Chulie dalam hati, sambil mengalihkan pandangan pada jendela.
Kyuhyun melirik Chulie dari ekor matanya, sebuah senyuman kembali terkuar di sudut bibirnya.

“Kyu... ini bukan jalan pulang.”
“Kenapa? Kau takut ku culik?” Kyuhyun mengeluarkan senyuman evilnya.
“Hya! Sebelum kau menculikku, kau pasti sudah mati di tanganku.” Chulie meninju lengan Kyuhyun.
“Memangnya kau ini mantan petinju? Kau tidak tahu lenganku sampai mati rasa.”
“Kau terlalu berlebihan Cho Kyuhyun.”
“Hahaha...”
Chulie memutar bola matanya, “Tutup mulutmu! Aku tidak suka mendengar tawamu.” Chulie mendengus kesal. “Eh... Kyu... memangnya kita mau kemana?”
Kyuhyun menatap Chulie sekilas. “Mungkin saja ini hari terakhir kita bersama. Aku ingin jalan-jalan denganmu. Well, sebagai ucapan terima kasih, karena kau telah menjadi patnerku yang baik selama ini.” Kyuhyun tersenyum miris.

* Chulie POV *

Kulihat Kyuhyun menatapku sekilas, aku masih menunggu jawabannya. “Mungkin saja ini hari terakhir kita bersama. Aku ingin jalan-jalan denganmu. Well, sebagai ucapan terima kasih, karena kau telah menjadi patnerku yang baik selama ini.” kulihat Kyuhyun tersenyum, tapi... senyum macam apa itu, kenapa aku tidak menyukai senyumannya yang seperti itu.
Entah apa yang ada dalam pikiranku, tiba-tiba aku telah menyentuh tangannya yang berada di stir kemudi. Kulihat dia sedikit terlonjak, dan entah mengapa aku menikmati ekspresinya itu.
“Kyu... gomawo...” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku. Rasanya dadaku mulai sesak, dengan cepat aku kembali menatap jendela, menutupi rasa gugupku yang entah sejak kapan mulai kurasakan.
Tidak ada percakapan diantara kami, akupun masih terus menatap jendela.

Citttt...
Mobil berhenti di tepi sungai Han.
Kulihat Kyuhyun turun dari mobil, akupun ikut keluar, mendekatinya bersandar pada mobil, menatap sungai Han.
Sungai Han? Aku jadi ingat Hankyung oppa, ah... rasanya aku mulai gila, kenapa bisa mengaitkan nama sungai Han dengan nama Hankyung oppa. Tanpa sadar, ternyata aku telah terkikik pelan.

Aku tersentak, saat mendapati tangan Kyuhyun memegang tangan kananku, dan menariknya. Aku mengerutkan dahi, apa yang dia lakukan? Tiba-tiba mataku membelalak, saat mendapati punggung tanganku telah menempel di pipinya.
“Tanganmu dingin.” ucapnya santai.
Detik berikutnya dia berusaha melepaskan jasnya. Aku hanya diam, saat dia menarik tubuhku, memakaikan jasnya padaku. Ya Tuhan... aku bisa mencium aroma tubuhnya, bisa kurasakan tubuhku sedikit lemas.
Aku menatap wajahnya, saat dia mencoba mengancingkan jas. Sesaat mata kami bertemu, entah apa yang ada dalam pikirannya? Kulihat dia hanya tersenyum, kemudian kembali bersandar pada mobil. Tapi kali ini, dia menggenggam erat tanganku. Kenapa, aku tidak melawan diperlakukan seperti ini? Bukan seperti diriku yang bisanya.
Aku mengigit bibir bawahku, sambil menatap tanah. Kami berdua kembali diam, bergulat dengan pikiran masing-masing. Kenapa suasana jadi seperti ini?

“Chulie.” Suara Kyuhyun membuyarkan semua lamunanku. Aku langsung menoleh padanya.
“Apa?” aku berusaha mengatur nada suaraku agar terdengar seperti bisanya.
“Kau ingat hari itu?”
“Eh? Hari itu?” aku mengerutkan dahi.
Kyuhyun menatapku sekilas. “Kau ingat aku bialng ada yang ingin kubicarakan?”
Aku menelan ludahku, bibirku keluh, menunggu setiap kata -kata yang akan dia ucapkan.
Kyuhyun mengusap rambutku sangat lembut. “Aku akan mengatakannya. Tapi bukan sekarang, suatu saat nanti, aku pasti akan mngatakannya padamu.”
“Sebenarnya apa yang kau bicarakan?” tuntutku.

Drtttt... Drtttt... Drtttt...
Getaran ponsel Kyuhyun yang ada di jas, yang saat ini sedang ku pakai, membuatku kembali terlonjak. Sepertinya aku butuh jantung cadangan, karena bisa saja sewaktu-waktu, jantung ini tidak lagi berfungsi. Aku mendengus kesal saat menyerahkan ponsel Kyuhyun.
“Yoboseo.” ku dengar Kyuhyun mulai bicara di telepon.
Merasa sedikit bosan, aku berjalan lebih dekat dengan tepi sungai Han. Namun, tiba-tiba kurasakan tangan Kyuhyun menarik lenganku. Aku menoleh padanya, kulihat dia masih terus bicara di telepon, sesekali melirikku. Kenapa dia masih mencengkeram lenganku? Kulemparkan pandangan ke arah Sungai Han.
“Kau mau kemana?” tanyanya, sambil menutup ponselnya.
“Memangnya aku mau kemana?” dengan geram ku jitak kepalanya. Dia sedikit meringis. “Hya Cho Kyuhyun pakai otakmu! Memangnya aku bisa pergi kemana? Bukankah kau yang membawa mobil?” aku mendengus kesal.
Kulihat Kyuhyun tersenyum saat mendengar ocehanku. Menyebalkan!
“Ayo!” Kyuhyun menarik lenganku.
“Kemana?”

Kyuhyun berhenti tiba-tiba, hingga tubuhku memebentur tubuhnya. “Hya! Cho Kyuhyun, jangan berhenti tiba-tiba! Kau tidak tahu, dengan semua tulangmu itu, aku seperti membentur tembok besi.” protesku.
“Bukankah kau tadi bertanya?” Kyuhyun mengeluarkan argumennya.
“Kau kan bisa menjawab pertanyaanku sambil terus berjalan.”
“Itu tidak sopan nona manis.”
Aku memutar bola mata, “Sejak kapan kau memperhatikan etika?”
Kulihat dia melakukan ancang-ancang mau menjitakku, secara refleks aku mundur satu langkah.
Kyuhyun mendengus pelan. “Kita ke mini market sebentar. Noona menyuruhku membeli buah.”
“Oh...” aku mengangguk pelan.
-------------------

Hallo, ini hanya mini market, tempatnya tidak terlalu besar bukan? Tapi kenapa, sejak masuk kesini Kyuhyun terus menggenggam tanganku? Aku bukan anak kecil yang bisa tersesat! Harusnya aku sudah berteriak di hadapannya detik ini juga. Tapi... entah mengapa bibirku terasa keluh. Dan... jujur saja, aku sedikit nyaman, merasakan tangan hangatnya menggenggam tanganku seperti ini.
Kami sempat berputar-puta, dan selama itu, aku hanya melihat punggungya. Mungkin... suatu saat, aku akan merindukannya.

Mobil Kyuhyun berhenti tepat di halaman depan rumahnya.
“Kita sudah sampai.” Kyuhyun mulai bicara. “Chulie, aku bersyukur telah bertemu denganmu. Meskipun aku selalu berharap bisa terlepas dari orang sepertimu...” aku mengerutkan dahi mendengar ucapannya. “Tapi, aku pasti merindukannya. Segala pertengkaran kecil kita, sikap mu yang selalu ingin menang sendiri, semua otak licikmu. Aku pasti merindukannya.”
“Kita kan masih bisa bertemu di restaurant.” aku mencoba untuk tersenyum.
“Semua, tidak akan sama lagi.” Kyuhyun menatapku tajam. “Kau bahagia?”
Aku memalingkan wajahku, entah mengapa pertanyaannya terasa sedikit menyakitkan.

Tiba-tiba Kyuhyun menarik tubuhku, aku membelalakkan mata, saat menyadari bibirnya telah menyentuh bibirku. Kurasakan sebuah tekanan, bibirku masih terkunci rapat, namun... detik berikutnya, aku mulai memejamkan mata. Jujur saja aku sedikit... menikmatinya, begitu lembut. Bisa kurasakan saat bibirnya mulai bergerak cukup liar, menuntut balasan dariku? Mungkin?
Saat ini otakku terasa kosong, aku masih menikmati sensasi ini. Rasanya aliran darahku berdesir dengan kencang, paru-paruku butuh oksigen lebih banyak, jantungku... berdebar dengan kecepatan yang tidak wajar.
Hey... sejak kapan aku membalas ciumannya? Aku mulai menyadarinya, saat napas kami sama-sama memburu.
Ini benar-benar membuatku gila, tubuhnya terasa lemas, ini... mengingatkanku saat pertama kali Hankyung oppa menciumku. Detik itu juga aku tersentak, kudorong tubuh Kyuhyun. Aku menatapnya sekilas, sejurus kemudian aku keluar dari mobil, berlari menuju rumah.

Aku masih berlari menuju kamarku, sambil menekan dadaku, ada rasa sesak di dada ini, jantungku masih berdebar dengan kencang.
Begitu menutup pintu kamar, tubuhku langsung merosot, tangisanku pecah. Aku membungkam mulutku sendiri, agar tangisanku tidak terdengar.
Apa yang telah kulakukan? Itu semua tidak benar! Aku memukul kepalaku sendiri.
Dengan alasan apapun, tindakkanku tadi tidak dibenarkan. Hankyung oppa... mianhe... air mataku masih terus mengalir, membasahi kedua pipiku.
--------------------

* Author POV *

Kyuhyun berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya. Segala pikiran berkecambuk dalam benaknya. Namun, sejurus kemudian, sebuah senyuman tersungging di sudut bibirnya.
Ckelekkk...
Kyuhyun memutar knop pintu kamarnya.
“Huaaaa...” teriak kyuhyun begitu pintu terbuka. “Noona! Apa yang kau lakukan disini? Mengagetkanku saja.” tukas Kyuhyun tajam.
“Kau tidak tahu? Malam ini aku berencana membunuhmu!” mata Teuki berkilat-kilat.
Kyuhyun sedikit merinding dengan tatapan Teuki “Kau bercanda?” Kyuhyun melirik Teuki, saat melewatinya.
“Apa aku terlihat bercanda? Seperti katamu, bukankah aku senang mempermainkan nyawamu?” Teuki tidak mengalihkan pandangannya pada wajah Kyuhyun. “Tapi sepertinya aku tidak akan membunuhmu hari ini.” Kyuhyun mengerutkan dahi.

Teuki berjalan menghampiri Kyuhyun. “Aku melihatnya.” bisik Teuki.
“Apa maksudmu?” Kyuhyun sedikit salah tingkah.
Teuki mengeluarkan senyuman jailnya, menarik lengan Kyuhyun, menuju jendela di kamar itu. “Pemandangan dari sini ternyata sangat indah. Bahkan... aku sempat melihat sebuah tontonan gratis.” Teuki terkiki pelan.
“Hya! Noona!” protes Kyuhyun.
Teuki menepuk bahu Kyuhyun pelan. “Kau sudah mengatakannya?” Kyuhyun menggelengkan kepalanya. “Kenapa?” tuntut Teuki.
“Belum saatnya.” Kyuhyun menghela napas pelan. “Kau tahu noona? Aku masih belum sepenuhnya menyerah. Tapi... saat ini, posisiku tidak menguntungkan. Jika kukatakan saat ini juga, aku tahu dengan pasti apa jawabannya. Jadi, akan kubuat Chulie berpaling padaku, dengan begitu... saat kukatakan bagaimana perasaanku padanya, bukan sebuah penolakan yang akan kuterima.” sudut bibir Kyuhyun sedikit terangkat.

Teuki memeluk tubuh Kyuhyun dari belakang. “Tidak kusangka, ternyata dongsaengku sudah benar-benar dewasa. Entahlah apa aku memang harus mendukungmu, atau harus menghentikanmu? Yang kutahu, ini pertama kalinya kau berani memperjuangkan sesuatu. Well, Chulie memang istimewah. Cho Kyuhyun, aku hanya tidak ingin melihatmu terluka, karena itu bisa membuatku ikut terluka.” Kyuhyun tersenyum mendengarnya.
“Noona, kau cukup memberiku semangat.”
“Hanya memberi semangat?”
“Sebaiknya jangan lakukan apapun, bisa-bisa kau mencelakaiku. Jadi, cukup beri aku semangat.”
“Mwo?” tidak terima dengan kata-kata Kyuhyun, Teuki mengigit bahu Kyuhyun.
“Hya! Apa yang kau lakukan?”
“Berusaha mencelakaimu. Seperti katamu.”
“Aish... aku mau tidur.” Kyuhyun mendorong tubuh Teuki.

Kyuhyun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
Sesaat dia memejamkan matanya. Pikirannya melayang jauh, memikirkan sosok Chulie.
Sejurus kemudian dia menyentuh bibirnya sendiri. “Apa aku tadi melakukannya dengan baik? Apa aku terlalu kasar? Tapi, dia tidak menolakku. Apa itu artinya... peluangku jadi lebih besar?” gumam Kyuhyun sambil tersenyum-senyum sendiri. “Aish... aku harus mendinginkan kepala.” Kyuhyun beranjak menuju kamar mandi.
===========

Keesokan harinya...

Seperti di duga oleh Kyuhyun, Chulie berangkat ke restaurant pagi-pagi sekali.
“Hari ini Eomma akan pulang. Apa kau tidak mau menjemputnya?” tanya Kyuhyun yang sedang berdiri di depan meja makan.
“Aku kan sedang dihukum. Tidak mungkin aku berani keluar dari rumah. Paling juga pak Hyun yang akan menjemput eomma.” ucap Teuki dingin.
“Benar juga.” Kyuhyun mengangguk pelan, kemudian bernjak pergi.
“Kau tidak mau sarapan?”
Kyuhyun menyungingkan senyum evilnya. “Oh... aku mau sarapan di tempat Wookie.”
Teuki menyipitkan mata. “Sejak kapan kau jadi pintar memanfaatkan situasi?”
Kyuhyun memutar bola matanya. “Aku berangkat.”
-------------------

Restaurant...

Wookie memasuki restaurant, penampilannya tidak seperti biasanya. Dicuaca yang sangat panas seperti ini, Wookie mengenakan jaket dan syal, menutupi seluruh tubuhnya. Chulie langsung menghampiri Wookie.
“Wookie... kau baik-baik saja?” tanya Chulie sedikit cemas.
“Aku? Tidak apa-apa. Hanya sedikit tidak enak badan.”
“Benarkah? Kenapa tidak istirahat saja di rumah?”
Wookie tersenyum lemah. “Aku baik-baik saja.”
“Sebaiknya istirahat sebentar di ruanganmu. Mau kusiapkan bubur?” tawar Chulie.
“Kau tenang saja. Tadi sebelum berangkat, aku sudah makan.” Wookie menatap Chulie tajam. “Kenapa matamu sedikit bengkak?”
“Eh? Tidak. Mataku baik-baik saja.” Chulie langsung berlari menuju toilet.

Beberapa saat kemudian...

Kyuhyun dan Eunhyuk telah sampai di restaurant.
“Kemana Wookie?” tanya Kyuhyun pada Chulie.
“Ada di ruangannya. Mau kupanggilkan?” Chulie terus menundukkan kepalanya, merasa canggung untuk menatap wajah Kyuhyun.
“Tidak perlu, dia sudah ada disini.”
Chulie langsung menoleh ke belakang. Benar saja, Wookie keluar dari ruangannya dengan memakai atributnya lengkap.
“Kau kenapa?” tanya Kyuhyun, sambil menahan tawanya.
“Aku? Hanya sedikit tidak enak badan.” Eunhyuk terkikik pelan. Dengan cepat Wookie melemparkan pandangan membunuh pada Eunhyuk.
“Eunhyuk, kau benar-benar parah, Wookie sedang tidak enak badan, kenapa kau malah seperti itu?” protes Chulie.
“Wookie...” panggil Eunhyuk dengan manja. “Mianhe... tubuhmu berkeringat, sebaiknya kau lepaskan saja jaketmu ini.”
“Tidak.” teriak Wookie, semua langsung menatap Wookie. “Aku merasa kedinginan.” ucap Wookie sedikit gugup. “Lagipula, aku baru saja minum obat, tentu saja... aku jadi berkeringat. Aku... mau istirahat sebentar di ruanganku.” Wookie berjalan cepat menuju ruangannya.

“Kukira kau akan kabur lagi.” bisik Kyuhyun, sesaat setelah melihat Eunhyuk menyusul Wookie.
“Aku? Kenapa harus kabur?”
“Entahlah.” Kyuhyun mengangkat bahunya. “Mungkin...”
“Hankyung oppa...” teriak Chulie, memotong kata-kata Kyuhyun.
Chulie menghampiri Hankyung.
“Bagaimana kabarmu hari ini?” tanya Hankyung lembut.
“Aku baik-baik saja.” Chulie menundukkan kepala, sambil mengigit bibir bawahnya.
“Ah... aku lapar...” ucap Hankyung, pandangannya lurus menatap Kyuhyun tajam.
Chulie mendongak, tersenyum manis. “Sebentar, kusiapkan makanan untukmu.” Hankyung mengusap rambut Chulie lembut, kemudian menganggukkan kepalanya.
Begitu Chulie pergi, Hankyung kembali menatap Kyuhyun dengan tajam. Perlahan dia berjalan menghampiri Kyuhyun.
“Sebelum Chulie kembali, bagaimana kalau kita bicara empat mata?” ucap Hankyung dengan tenang, namun penuh penekanan.
Untuk beberapa saat, keduanya saling bertatapan tajam. Mengeluarkan sinyal-sinyal tantangan satu sama lain.

Saat ini, Hankyung dan Kyuhyun sedang duduk di bangku paling ujung, dekat jendela.
“Kau menyukai Chulie?” tanya Hankyung to the poin.
“Aku tidak punya harus menjawabnya bukan?” ucap Kyuhyun dengan santai.
“Kau jawab atau tidak, aku hanya akan mengatakan satu hal padamu. Aku, tidak akan melepaskan Chulie begitu saja.” ucap Hankyung penuh ketegasan.
“Aku akan membuat Chulie terlepas darimu.”
“Coba saja. Kita lihat, seberapa kuat kau mampu menariknya, hingga mampu terlepas dariku.”
“Aku tidak akan segan-segan merebutnya darimu.”
“Aku juga tidak akan segan-segan mempertahankan milikku.”
“Kau benar-benar menantangku, tuan Hankyung?”
“Kita bersaing secara adil, tuan Kyuhyun.”
“Kuharap kau tidak akan menyesal. Karena aku, akan membuat Chulie, hanya menatapku selama sisa hidupnya.”
Sebuah senyuman tersungging di bibir Hankyung. “Aku tidak akan pernah menyesal. Perlu kau ketahui, akulah masa depan Chulie.”
Kyuhyun mengertakkan giginya, menatap Hankyung dengan tajam.

“Mianhe... kalian sudah lapar ya?” Chulie tersenyum manis, sambil meletakkan semua makanan di meja.
Chulie melirik Kyuhyun sekilas. “Ehm... boleh aku tahu kalian sedang membicarakan apa?” tanya Chulie sedikit ragu-ragu.
Sontan Kyuhyun dan Hankyung menatap Chulie sejenak, sama-sama tersenyum, kemudian keduanya kembali saling bertatapan tajam. Chulie hanya mengerutkan dahi, memandang Kyuhyun dan Hankyung secara bergantian.

*** TBC ***

Wkakaka...
Ika... this for you... ^^v
Aniidh, masih kurang satu yo? =.=a masih ada besok kan? Wkakakaka... #Plakkk...
Yang gak tega ma Kyuhyun, dah kubikin Kyu merasakan kebahagia kecil noh *senyum licik* kekeke~
Jujur aja, neh cerita paling ancur dari semua part. Ngalah2in kapal titanic yg mau karam dah... Tp please... jgn muntah di hadapanku, Reni kan berhati lembut noh, rada gak tega klo lht kalian semua muntah badak(?) wkakakaka... *langsung kabuuurrrr*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar