Sabtu, 20 Agustus 2011

«» Journey To Happiness ® {Special Part~΅Teukie-Hankyung΅} «»




Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Genre : Comedy-Romance / Genderswitch
Rating : PG-15
Main Cast : Teukie (Yeoja)
Hankyung (Namja)
===================

Bagaimana kalau kita mencobanya?
Menjalani hidup berdampingan, mulai memberi kesempatan pada hati kita masing-masing, berusaha untuk saling melengkapi.
Sepertinya... bukan ide yang buruk! Benarkan?
===================


* Teukie POV *

Akhirnya, acara pernikahan Wookie berjalan dengan lancar.
“Senang rasanya, melihat Eunhyuk dan Wookie bersama.” ucap Yunho sambil tersenyum.
“Setidaknya, untuk kedepannya, Eunhyuk tidak akan menggangguku lagi.” ucapku dengan nada dingin.
“Tidak pernah berubah.” Yunho mengacak rambutku lembut. “Kapan kau akan kembali ke Jepang?” tanya Yunho, sambil menatap wajahku.
“Entahlah.” ku kedikkan bahuku pelan. “Kau sendiri kapan akan kembali ke Jepang?”
“Ehm... apakah ini termasuk berita baik?” Yunho menatap langit-langit ruangan, “Sepertinya aku akan tinggal lebih lama di Korea.” Yunho tersenyum lembut.
“Benarkah? Dalam rangka apa?”
“Aku harus menangani beberapa masalah perusahaan, yang ada di sini, sebelum aku kembali mengurus cabang di Jepang.” Yunho mengedipkan matanya. “Kita punya waktu untuk jalan-jalan bukan?”
“Kau kan sibuk!” aku berdecak pelan.
“Bisa diatur.” ucap Yunho tenang. “Ayolah, ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu.”
“Misalnya?”

Yunho berusaha membisikkan sesuatu di telingaku.
“Aku bertemu seorang yeoja special, beberapa minggu yang lalu. Kurasa... aku sedang jatuh cinta.”
Aku membelalakkan mata, sedikit bersemangat mendengar berita ini. “Benarkah?” Yunho, dia hanya menganggukkan kepalanya pelan. “Yunho... aku sangat menyayangimu.” kupeluk tubuh Yunho dengan erat.
“Aku juga,” bisik Yunho, tepat di telingaku. “Karena itulah, kau... adalah orang pertama yang tahu masalah ini.”
Cemburu? Ehm... mungkin sedikit, tapi tidak bisa kupungkiri aku merasa senang, karena pada akhirnya... orang yang kusayangi menemukan kebahagiaannya. Aku jadi tidak sabar, ingin tahu bagaimana sosok yeoja yang meluluhkan hati seorang Yunho.
“Ngomong-ngomong, apa kau sadar? Dengan mengatakan hal ini padaku, kau telah menyakitiku.” kurasakan Yunho mulai melepaskan pelukannnya.
“Memangnya kau sakit hati?” Yunho memincingkan matanya.
“Sangat.” ku tekan dadaku, berusaha mengambil napas dalam, agar terlihat lebih mendramatisir.
“Aku mengenalmu jauh lebih baik Teukie.” Yunho menjitak kepalaku pelan. “Kalau kau sakit hati, kenapa reaksi awalmu justru sangat bersemangat.”
“Itu... karena aku terkejut.”
Yunho memutar bola matanya. “Kau pikir aku akan percaya?”
“Kau tidak mengerti perasaan yeoja.”
“Memangnya kau yeoja?”
“Mwo?” aku membelalakkan mata, “Kau bilang apa?” Yunho terkekeh pelan. “Katakan sekali lagi!” dengan cepat Yunho berlari meinggalkanku yang telah siap melempar -apapun yang ada di dekatku- ke arahnya.
=================

Dua Hari Kemudian...

Tuk...
kuletakkan cangkir cappucino, yang isinya telah kusesap hampir separuh.
“Jadi, kenapa kau mengajakku bertemu?”
“Hanya butuh teman bicara.”
“Apa yang ingin kau bicarakan?” kulirik jam di pergelangan tangan kiriku, “Kita, sudah hampir setengah jam berada di sini. Hankyung-ssi.”
“Bisakah... jangan memanggilku dengan cara formal seperti itu?”
“Lalu? Aku harus memanggilmu apa? Oppa?”
“Ayolah...”
“Kemana?”
“Teukie! Bisakah serius sedikit?”
Kuputar bola mataku, “Mengajakku bertemu hanya untuk membentakku?” kulipat tanganku di depan dada.
“Maaf... aku tidak bermaksud untuk...”
“Kita langsung keintinya saja.” kupotong kata-katanya begitu saja.

Hankyung menghela napas pelan, “Kyuhyun tidak mengatakan sesuatu padamu?” tanyanya hati-hati.
“Mengatakan apa?”
Hankyung kembali menghela napasnya. “Chulie, dia... menerima lamaranku.”
Sontan aku langsung membelalakkan mata. “Mwo?”
“Dari reaksimu, bisa kupastikan, tidak ada yang mengatakan apapun padamu.”
“Jujur, aku bingung mau mengatakan apa?”
“Tidak ingin memberiku selamat?”
Aku memiringkan kepalaku, “Kau membutuhkan ucapan selamat dariku?” tanyaku sambil tersenyum.
“Tidak juga.” Hankyung tersenyum simpul. “Aku bahkan tidak yakin, apa aku benar-benar pantas mendapatkan ucapan selamat.”
“Maksudmu?”
“Aku hanya merasa ada sebuah kebohongan di sini.”
“Kenapa tidak menghentikan semuanya?”
“Entahlah.” Hankyung mengedikkan bahunya pelan.
“Kurasa... kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri.” kembali kusesap cappucino di depanku.
“Apa kau pikir... aku bisa melepaskan Chulie begitu saja? Aku akan berusaha menekan semua pikiran burukku.”
“Lantas, kenapa kau membicarakan ini padaku?”
Hankyung tersenyum lembut. “Aku bisa merasakan sebuah ketenangan, saat bicara denganmu.”
“Kau pikir aku obat penenang?” ku kerucutkan bibirku.
“Aku bicara yang sesungguhnya.”
“Ya-ya aku percaya.”
================

“Teukie, kapan kau akan kembali ke Jepang?” tanya Yunho saat kami berada di taman kota.
“Secepatnya. Aku harus segera menyelesaikan kuliahku bukan?” kusunggingkan senyuman manis padanya. “Kenapa tiba-tiba tanya begitu?” kukerutkan dahiku.
“Mungkin dalam minggu ini, aku akan kembali ke Jepang.” Yunho menerawang jauh, menatap langit biru. “Bagaimana kalau kita pergi ke Jepang sama-sama?”
“Mwo? Kenapa harus seperti itu?”
Yunho terseyum lembut, menatapku dalam.
“Aku ingin memperkenalkan yeoja itu padamu.” Yunho tersenyum jahil.
“Niat buruk! Kutolak tawaranmu.”
“Hei-hei, aku hanya ingin tahu, apa kau... menyukai yeoja itu.” Yunho menyentuh tanganku. “Terlelu konyol? Mungkin, tapi... entah mengapa, aku sangat yakin penilaianmu tidak akan salah.”
“Kau pikir aku biro konseling?” kupincingkan mataku, menatap Yunho tajam.

“Hei-hei, kau orang special dalam hidupku.”
“Karena terlalu special, tanpa malu-malu, kau meminta pendapatku?”
“Tepat sekali.”
“Aku ini mantanmu. Menurutmu aku akan cemburu?”
“Kuharap, aku bisa membuatmu cemburu.” Yunho terkekeh pelan, benar-benar menyebalkan.
“Jangan harap!”
“Hahaha...” Yunho tertawa ringan. “Dari dulu, aku memang tidak pernah sukses membuatmu cemburu.” Yunho mengusap rambutku lembut. “Kau... selalu punya cara tersendiri untuk mencintai orang lain.”
“Itu pujian?” tanyaku sedikit bersemangat.
“Mungkin.” Yunho mengedikkan bahunya.
“Aish...” aku mendengus kesal. “Lihat saja nanti, aku akan menemukan seorang namja, yang jauh lebih baik daripada dirimu.” kujulurkan lidahku padanya.
“Aku tahu. Kau pasti akan menemukan yang terbaik dalam hidupmu.” Yunho memeluk tubuhku.
“Hey! Jangan terlalu baik padaku.” bisikku lirih.
“Kenapa? Takut jatuh cinta lagi padaku?” Yunho terkekeh pelan, aish... mengolokku?
“Bukan, kalau kau terlalu baik padaku, aku takut... kau tidak bisa lepas dariku.” aku tertawa keras.
=================

Kupeluk tubuh Kyuhyun. Mencoba memberinya dukungan padanya. “Begitu sakit hatinyakah dirimu? Sampai-sampai ingin menghindari semua ini?”
“Noona, aku hanya ingin melihatnya tetap tersenyum. Meskipun bukan aku, orang yang membuatnya tersenyum. Meskipun bukan aku, orang pertama, yang akan selalu melihat senyumannya. Meskipun... setiap senyumamnya bukanlah untukku.”
“Apa yang bisa kulakukan untukmu?”
“Kau terima tawaran Yunho hyung. Kita pergi ke Jepang.”
Sejenak, aku mulai berfikir. Menerima tawaran Yunho? Bukan ide yang buruk, jika itu memang bisa mengurangi keresahan hati Kyuhyun.
“Kau yakin mau ikut denganku ke Jepang?”
Kyuhyun menganggukkan kepalanya, mecoba untuk memberikan sebuah senyuman padaku.
==================

Ini adalaha hari pernikahan Chulie dan Hankyung, juga bertepatan dengan hari keberangkatan kami -aku, Kyuhyun, dan YUnho- ke Jepang.
“Sepuluh menit lagi, pesawat kita akan take off.” Yunho menyerahkan tiket pesawat, dan pasportku.
Aku menganggukkan kepala, berjalan menghampiri Kyuhyun.
Kutepuk bahu Kyuhyun pelan. “Sepuluh menit lagi.” Kyuhyun sedikit tersentak, aku tahu dia sulit meninggalkan Korea, karena hatinya masih terpaut di sini. “Kau masih bisa membatalkan kepergianmu.”
“Kau ini bicara apa?” Kyuhyun memasang wajah coolnya.
“Merasa berat melepaskannya? Tapi lebih berat meninggalkannya? Sulit untuk jauh darinya?”
“Noona, kau tahu denagn jelas setiap jawaban dari pertanyaanmu.” Kyuhyun tersenyum miris.
“Jadi?”
“Kita akan berangkat dalam...” Kyuhyun melirik jam di pergelangantangannya. “Lima menit lagi.” Kyuhyun menarik pergelangan tanganku pelan. “Ayo cepat.”
-----------------------

Akhirnya, aku sampai di apartementku.
“Kyu... Selamat datang di aprtementku.” kulihat Kyuhyun mengedarkan pandangan ke setiap penjuru ruangan. Karena memang, ini pertama kalinya Kyuhyun mengunjungi apartemantku. “Tidak kalah dari apartementmu di Korea bukan?”
Kulihat Kyuhyun memutar bola matanya. “Aku tidur di mana?”
“Sofa ruang tamu cukup empuk.” jawabku acuh.
“Memangnya kau tega membiarkanku tidur di ruang tamu?”
“Cho Kyuhyun! Kau cukup pintar bukan? Ada banyak kamar di apartemant ini.” aku mendengus kesal, berlalu dari hadapannya.
Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidurku, mengambil ponsel yang ada di tasku, kemudian mengaktifkannya. Sejak berada di bandara, aku belum sekalipun mengaktifkan ponselku.

Beberapa Saat Kemudian...

Sorry Sorry Sorry Sorry
Naega naega naega meonjeo
Nege nege nege ppajyeo
Ppajyeo ppajyeo beoryeo baby


Kudengar ponselku berbunyi. Sedikit mengeryitkan dahi, melihat nomor Wookie, muncul di layar ponselku.
“Yoboseyo.”
“Unnie...” Kujauhkan ponsel dari telingaku, aku tahu ini suara Minnie, terlalu kencang ==' dia bisa membuatku tuli untuk beberapa tahun.
“Minnie? Kenapa teriak-teriak seperti itu? Kau bersama Wookie?”
“Unnie... kenapa susah sekali menghubungimu?”
Hey! Bukankah tadi aku yang bertanya duluan? Dasar Minnie! Bisa kudengar Wookie berusaha meminta ponselnya kembali.
“Unnie...” untuk kedua kalinya aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Aish... apa mereka ingin membuatku tuli?
“Sebenarnya ada apa dengan kalian?”
“Unnie, ada berita untukmu. Ehm... lebih tepatnya untukmu dan Kyuhyun.”
“Berita apa itu?”
“Hankyung... menunda pernikahannya.”
“Mwo?” aku membelalakkan mata lebar. “Bagaimana bisa?”
“Aku juga tidak begitu faham. Tiba-tiba saja Hankyung menyeret Chulie, untuk meinggalkan altar. Sekarang entah kemana mereka pergi.” bisa kudengar suara helaan napas Wookie.
“Unnie, bagaimana sekarang?” suara Minnie terdengar sangat cemas.
“Apanya yang bagaimana? Aku sendiri juga tidak tahu.”
“Kyuhyun?” Wookie mendesisi pelan.
“Aku akan memberitahunya.”
===================

Di Sisi Lain...

* Hankyung POV *

Saat ini, kami -Aku, dan Chulie- berada dalam mobil. Kuusap punggung Chulie lembut, mencoba menenangkan yeoja ini, yang masih terisak.
Kalian pasti berfikir, kenapa aku menyeretnya ke bandara? Jawabannya aku juga tidak mngerti. Satu hal yang tidak bisa kupungkiri, aku masih mencintainya. Karena terlalu mencintainya, aku bisa melihat dengan jelas kedalam matanya, melihat keragu-raguan dalam dirinya. kurasa, selama ini aku terlalu egois, tanpa sadar telah menekannya, hingga membuatnya harus memilihku.
Aku mulai sadar? Mungkin. Tapi, aku tetap namja biasa, aku masih memiliki keinginan untuk memiliki seorang Chulie secara utuh.
“Chulie, apa kau menyadari satu hal?” Chulie sedikit mendongak, mata merahnya menatap wajahku dalam. “Kau hanya terbiasa bersamaku.” Chulie mengerutkan dahinya. Melihat reaksinya, dengan penuh ketulusan, kuberikan senyumanku padanya. “Aku tahu, kau mengerti maksudku.”
“Oppa...”
“Aku menyadarinya.” aku mencoba menarik napas pelan. “Bukannya kau tidak bisa terlepas dariku, hanya saja... kau tidak bisa terlepas dari rasa nyamanmu selama ini.” Chulie menggigit bibir bawahnya, mendengar kata-kataku. “Kau hanya takut, untuk mencoba sesuatu yang baru, meskipun perasaanmu menginginkan hal itu.” kuusap pipi Chulie lembut, menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk mata Chulie. “Sekarang, aku akan menunda pernikahan kita, sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Jadi, bisakah kau jujur pada perasaanmu?”

“Terbiasa?” Chulie menerawang jauh. “Oppa, kupikir... dengan meninggalkannya, aku tidak akan pernah menyakitinya lagi.” Chulie tersenyum miris. “Membiasakan diri jauh darinya, sebelum perasaanku berkembang lebih dalam, adalah keputusan yang terbaik.” Chulie menarik napas dalam, “Kau benar, aku terbiasa bersamamu. Terbiasa menerima kebaikanmu. Terbiasa merasa aman, saat berada di dekatmu.” Chulie menyandarkan kepalanya di bahuku. “Oppa... terasa sangat sakit, saat tahu dia pergi meninggalkanku. Apa ini yang dia rasakan saat aku meninggalkannya? Ternyata... aku benar-benar telah menyakitinya.” Chulie kembali meneteskan air matanya.
Tidak sadarkah kau? Air matamu ini telah menyakitiku.
“Bisakah kau berhenti menagisi namja lain di depanku? Ingat, aku hanya menunda pernikahan kita. Bukan membatalkannya.”
Aku berkata yang sesungguhnya. Hanya menunda... benar, sekali lagi memberikan kesempatan, untuk jujur pada perasaan masing-masing.
Chulie terkekeh pelan. “Aku tahu, oppa-ku sayang...” Chulie mengecup pipi kananku lembut.
Aku terlalu terbiasa denganmu, sepenuhnya mencurahkan perhatianku hanya untukmu, memberikan seluruh hatiku hanya padamu, hingga tidak ada tempat dalam diriku, yang mampu ditembus oleh yeoja lain selain dirimu. Sebuah kebiasaan yang mematikan bukan?
================

Kuhela napas pelan. Di sinilah aku sekarang, berdiri di depan sebuah apartement yang asing bagiku. Sekali lagi kuhela napas, detik berikutnya, kutekan bel, perasaanku sedang campur aduk sekarang.
Ckelekkk...
Begitu pintu terbuka, entah mengapa, perasaanku jadi lebih baik, hanya dengan melihat wajahnya, rasanya... begitu nyaman.
Kulihat dia membelalakkan mata lebar, sedangkan aku? Hanya mampu menyungingkan senyuman padanya.
“Ba...bagaimana kau bisa ada di sini?”
“Naik pesawat.” kulihat Teukie mengerutkan dahinya. Dengan cepat, aku memperlihatkan kertas berisi alamat apartement ini. “Wookie yang memberitahuku.” ucapku datar.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Kau tidak ingin mempersilahkanku masuk? Teukie?”
“Itu tidak menjawab pertanyaan krusial, apa yang kau lakukan di sini?” tuntunya.
“Haruskah aku bilang, akan menyeret seseorang, untuk kembali ke Korea?”
Bisa kulihat dari ekor mataku, Teukie mengerjapkan matanya beberapa kali, saat aku menyelonong masuk ke dalam apartementnya.
“Hey!” Teukie berkacak pinggang. “Tidak sopan!”
“Kau lebih tidak sopan.” ucapku santai. “Mana ada tamu yang di biarkan berdiri di depan pintu?”
“Kalau dipikir-pikir... kau bukan tamuku.”
“Baiklah, kita pergi.” dengan cepat raih lengan Teukie, menyeretnya keluar dari apertement.
===============

“Sebenarnya apa maumu? Hankyung-ssi?” kulihat Teukie mengembungkan pipinya.
“Kurasa, kau pasti sudah tahu, kemarin aku meninggalkan altar bersama Chulie.” kulihat dia hanya menganggukkan kepalanya pelan. “Hanya menunda.”
“Eh?”
“Aku hanya menundanya.”
“Lantas, apa yang kau lakukan di sini? Di Jepang? Sehari setelah kau 'menunda' pernikahanmu?”
“Aku juga tidak yakin.”
“Mau merelakannya?”
“Entahlah...”
“Apa tujuanmu datang kemari?”
“Seperti kataku tadi, menyeret seseorang, untuk kembali ke Korea.”
Aku tidak berbohong, aku memang ingin Kyuhyun kembali ke Korea, bertemu dengan Chulie. Mungkin ini jauh lebih baik? Entahlah, bagaimanapun, aku masih tidak bisa merelakannya. Tapi, aku juga tidak bisa terus seperti ini. Well, biarlah waktu yang akan menjawab segalanya.
“Baiklah,” kulihat Teukie menyungingkan sebuah senyuman, hingga lesung pipitnya terlihat jelas. “Aku akan membantumu. Tapi, sebetulnya, tanpa perlu kubantu, Kyuhyun babo itu, sudah pasti akan kembali ke Korea.” tanpa sadar, aku ikut terkekeh pelan.
-----------------------

“Kau tidak kembali ke Korea?” tanya Teukie, saat berada di bandara, untuk mengantarkan Kyuhyun.
“Aku?”
“Bukan. Monyet(?)” ucapnya dingin.
“Apa ini akan jadi kabar baik untukmu?” kulirik Teukie, “Untuk saat ini, aku akan tinggal di Jepang. Lebih tepatnya aku akan mengurus bisnis appa yang ada di sini.”
“Kenapa aku baru mengatahui hal ini?”
“Karena memang aku tidak pernah memberitahu orang lain. Ralat, Chulie tahu masalah ini.”
“Terserah.” Teukie hanya mengangkat bahunya pelan, beranjak meninggalkanku. “Hankyung.” kulihat Teukie menoleh ke arahku, memiringkan kepalanya. “Semoga sukses.”
=================

Tiga Bulan Kemudian...

Tanpa terasa, sudah tiga bulan aku berada di Jepang. Kudengar perkembangan hubungan Chulie, dan Kyuhyun berjalan dengan lancar. Setidaknya, mereka telah jujur pada perasaan masing-masing.
Jika kalian tanya bagaimana perasaanku saat ini, jawabnnya hanya satu, aku mulai merelakannya. Jauh darinya, memberikan kesempatan padaku, untuk menyusun kembali puing-puing hatiku. Aku benar-benar mulai memahami arti sebuah 'kebiasaan'. Ternyata, saat aku mulai meninggalkan semua 'kebiasaanku', itu tidak seburuk yang kubayangkan.
Sekarang, aku mulai menata hidup baru, seperti kata Chulie, aku harus mencari kebahagiaan hatiku.

Kupijat keningku pelan, melihat setumpuk pekerjaan yang membuatku sedikit pusing. Aku butuh sedikit refreshing.
Kulirik jam di pergelangan tanganku, ternyata ini sudah jam makan siang.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tempat untuk memarkir mobilku, sesaat aku terpaku, melihat bayangan yeoja yang tidak asing bagiku. Sejurus kemudian, aku mulai mengerjapkan mata, mungkin hanya pikiranku.
Setelah mobilku terparkir dengan baik, aku berjalan menuju sebuah cafe.
Tiba-tiba langkahku terhenti, saat melihat seorang yeoja yang sejak tiga bulan yang lalu tidak pernah kutemui. Tanpa sadar aku tersenyum, melihatnya duduk, menyesap secangkir minuman, aku yakin, pasti cappucino. Entah mengapa perasaan itu datang lagi, rasa nyaman saat melihat wajahnya. Apa sebaiknya aku menghampirinya?
Senyumku memudar, saat melihat sesosok namja lebih dulu menghampirinya, sambil membawa beberapa makanan. Aku tahu, dia Yunho, kekasih Teukie. Kulihat Teukie tersenyum, hingga lesung pipitnya terlihat jelas. Apa aku pernah mengatakannya? Aku menyukai lesung pipitnya. Pikiran bodoh bukan?
Dengan cepat aku mencari tempat duduk, jauh dari pandangan mereka. Hahaha... apa yang kau pikirkan Hankyung? Kau merasa kecewa melihat mereka berdua? Kenapa harus kecewa?
=================

* Author POV *

Hankyung menendang ban mobilnya, sambil mengerutu tidak jelas.
“Kenapa bisa mogok?” Hankyung mendengus kesal. Sejurus kemudian dia melihat jam di pergelangan tangannya. “Sebaiknya naik kereta bawah tanah.” dengan cepat, Hankyung berlari menuju stasiun kereta bawah tanah.

HanKyung memasuki sebuah kereta. Tidak ada lagi tempat duduk yang tersisa, dengan pasrah dia berdiri di dekat pintu masuk, dengan perasaan jengah.
Sejurus kemudian, tiba-tiba matanya fokus, pada tangan seorang namja yang mulai berniat 'nakal' terhadap seorang yeoja di depannya. Sudah menjadi rahasia umum, kereta bawah tanah di Jepang, rawan dengan tindakan pelecehan.
Dengan perasaan geram, Hankyung berjalan menghampiri namja itu, berusaha menggagalkan rencana. Namun, detik itu juga langkahnya terhenti, terdengar sebuah teriakan yang memekakan telinga.
Hankyung hanya bisa membelalakkan mata, mulutnya terbuka lebar. Di depannya, terlihat seorang Teukie, sedang memelintir lengan seorang namja, dengan cekatan, kaki kanan Teukie menendang pantat namja itu, hingga tersungkur di lantai kereta.
Teukie berkacak pinggang, memutar bola matanya. “Berani kau menggangguku? Sudah bosan hidup?” tukas Teuki tajam, tanpa mempedulikan puluhan pasang mata yang melihatnya. “Aish... benar-benar membuatku...” Teukie menggantung kata-katanya, menghela napas dalam, kemudian, berjalan menghampiri namja itu. “Kalau aku sampai melihat wajahmu lagi, kupastikan kau tidak bisa lagi menghirup udara.” desisnya penuh tekanan, sambil menendang perut namja itu.

Hankyung masih berdiri di tempatnya, kesadarannya mulai pulih, saat seseorang tanpa sengaja mendorong tubuhnya.
Hankyung mulai mengerjapkan mata, melihat keadaan sekitar, Teukie sudah pergi entah kemana.
“Gawat! Aku harus turun di sini.” teriaknya dalam hati.
Begitu turun dari kereta, Hankyung mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah, mencari sosok Teukie yang pergi entah kemana.
“Teukie... benar-benar yeoja yang unik.” bisik Hnakyung sambil tersenyum.
-------------------------

Keesokan Harinya...

Tanpa melirik mobil yang terparkir dengan anggun(?) Hankyung berlari menuju stasiun kereta bawah tanah. Sebuah senyuman terus menghiasi sudut bibirnya.
“Apa kira-kira... aku bisa bertemu dengan Teukie lagi hari ini?” gumam Hankyung penuh semangat.

Begitu memasuki kereta, Hankyung langsung mengedarkan pandangannya, kesegala penjuru arah.
Dengan cepat, Hankyung meraih lengan Teukie, yang berada di tengah kerumunan penumpang, yang mulai berdesakkan.
Teukie hanya bisa membelalakkan mata, saat menyadari pemilik tangan itu. “Hankyung?” bisiknya lirih.
Teukie bersandar di dekat jendela, tubuhnya telah terkunci dengan sempurna, oleh tangan kokoh Hankyung yang bertumpu di dinding kereta.
“Begini jauh lebih aman bukan?” Hankyung tersenyum dengan lembut.
Teukie mengerutkan dahinya, “Aman?”
“Aku melihat insiden kemarin.” Hankyung terkekeh pelan.
“Mwo? Kau...” kata-kata Teukie terputus, saat seseorang mendorong tubuh Hankyung, hingga tanpa sadar, Hankyung memeluk tubuh Teukie.
Deg...
Detik itu juga, jantung Teukie bekerja 100x lebih cepat.
“Maaf.” bisik Hankyung lirih.
“Tidak apa-apa.” Wajah Teukie mulai memerah.
Perasaan campur aduk, berkecambuk dalam hati keduanya. Tanpa mereka sadari, keduanya saling menatap dalam, satu-sama lain.
----------------------------

“Kau selalu naik kereta bawah tanah?” tanya Hankyung saat keduanya berjalan meninggalkan stasiun.
“Iyup.” ujar Teukie sambil tersenyum. “Kau sendiri?”
“Aku? Sepertinya... untuk beberapa waktu ke depan, aku... akan lebih sering naik kereta bawah tanah.” Hankyung melirik Teukie sekilas. “Mobilku masuk bengkel.” Hankyung menggaruk tekuk lehernya sendiri, mencoba menutupi kegugupannya. Karena pada dasarnya, mobil hankyung masih bertengger dengan indah(?) di tempat parkir, apartement miliknya.
“Benarkah?” Hankyung menganggukkan kepalanya pelan. “Kurasa, mulai sekarang, kita akan sering bertemu.”
“Bagaimana kalau kita naik kereta bersama-sama saja?” tawar Hankyung sedikit bersemangat. “Ehm... kurasa, tidak akan ada yang mengganggumu, jika kau pergi bersamaku.”
“Aku kan bisa menjaga diriku sendiri.” Teukie menggigit bibir bawahnya. “Tapi... kurasa boleh juga. Baiklah, kita bertemu lagi besok.” Teukie beranjak pergi, meninggalkan Hankyung, sambil melambaikan tangannya.
==============

Dua Minggu Kemudian...

Berangkat bersama, berbagi cerita -tanpa menyentuh area privasi masing-masing- sekedar bercanda -bahkan Teukie beberapa kali sempat mengerjai Hankyung- telah membuat hubungan diantara keduanya semakin dekat.

“Kau bangun kesiangan?” tanya Hankyung, saat berada di dalam kereta.
“Bagaimana kau tahu?”
Hankyung tersenyum, menyeka sudut bibir Teukie. “Kau tidak pernah memakai lipstik sampai seperti ini.” Hankyung terkekeh pelan.
Reaksi pertama Teukie adalah... cepat-cepat mengambil tissue, yang ada di dalam tasnya.
“Biar aku saja.” Hankyung merebut tissue di tangan Teukie. “Masa kau mau bercermin di tempat yang penuh sesak seperti ini?”
Teukie tersenyum lebar. “Terima kasih.”
“Kau begadang lagi?” tanya Hankyung, tangannya masih cekatan, merapikan lipstik yang ada di sudut bibir Teukie.
“Ehm... akhir-akhir ini tugasku semakin banyak.”
“Aku yakin, kau pasti akan menjadi dokter yang hebat.”
“Semoga saja.” Teukie menghela napas pelan.
“Hey! Mana semangatmu?” Hankyung mengacak rambut Teukie lembut.

Dukkk...
Tubuh Hankyung terdorong oleh penumpang yang lain. Karena tidak mampu menjaga keseimbangan, tanpa bisa dicegah, bibir Hankyung dengan sukses mendarat di bibir Teukie. Keduanya saling membelalakkan mata lebar. Detik itu juga, saling melepaskan diri, memalingkan muka, berusaha menyembunyikan wajah mereka yang merah padam.
Dukkk...
Lagi-lagi tubuh Hankyung terdorong oleh penumpang yang lain, yang membuat tubuh keduanya saling merapat.
Deg...
Baik Hankyung, maupun Teukie, mulai tidak bisa mengontrol detak jantungnya.
================

Hankyung berjalan hilir-mudik di depan kamarnya.
“Aish... bagaimana ini?” Hankyung mengacak rambutnya sendiri, sedikit frustasi. “Apa Teukie marah? Tapi... itukan tidak sengaja!” Hankyung menyentuh bibirnya sendiri, “Meski aku sedikit menikmatinya.” Hankyung tersenyum malu-malu. “Aish... apa yang sedang kupikirkan?”

Hankyung menatap ponsel di tangannya dengan perasaan yang sulit untuk di gambarkan. Perlahan dia mulai menghubungi seseorang.
“Yoboseo.”
“Teukie, ini aku.”
“Oh... kau, ada apa?”
“Ehm... bisakah kita bertemu hari ini?”
“Untuk?”
“Bukankah kau butuh sedikit refreshing?”
“Sebenarnya tidak terlalu butuh. Aku harus menyelesaikan...”
“Aku akan membantumu.” serga Hankyung tiba-tiba. “Aku cukup bisa diandalkan, untuk membantumu, mengerjakan semua tugasmu.”
“Itu...”
“jadi, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?”
“Kau mengajakku berkencan?” Teukie terkekeh pelan.
“Anggap saja begitu.”
===============

“Terlambat dua menit, empat puluh dua detik.” gerutu Teukie, sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
“Maaf.” ucap Hankyung, sambil mengatur napasnya.
“Sudahlah, kali ini, kumaafkan.” Teukie menepuk punggung Hankyung pelan. “Mau kemana kita?”
“Bagaimana kalau nonton?”
“Boleh juga.” Teukie terlihat bersemangat. “Kau yang traktir.” Teukie menjulurkan lidahnya.
“Dasar! Ada film yang ingin kau tonton?”
Teukie mengerutkan dahi, mencobaberfikir. “Ah... kita nonton BECK saja.” seru Teukie bersemangat.
--------------------------

Hankyung tersenyum, memendang tiket film yang ada di tangannya, beberapa kali melemparkan pandangan pada Teukie, yang sedang membeli popcorn, tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Beberpa saat kemudian, pandnagan Hankyung tertuju pada satu sosok namja yang tidak asing baginya. Hankyung menyipitkan mata, mencoba mengingat siapa namja yang dilihatnya. Sejurus kemudian, Hankyung membelalakkan mata lebar, saat menyadari namja itu adalah Yunho, bukan hanya itu, dia bersama seorang yeoja. Hankyung mengeryitkan dahinya, saat melihat tangan Yunho melingkar dengan erat di pinggang yeoja itu.
Hankyung kembali melemparkan pandangan pada Teukie, yang masih mengantri. Tanpa pikir panjang Hankyung menarik lengan Teukie, mengajaknya pergi dari tempat itu.

“Sebaiknya kita cari makanan saja.”
“Eh?”
“Aku lapar.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi? Bagimana dengan tiketnya?”
“Kita nonton film berikutnya saja.”
“Tunggu.” Teukie menghentikan langkahnya. “Sebenarnya kau kenapa?”
“Aku... lapar.”
Teukie memutar bola matanya. “Baik. Kita beli burger, kemudian kembali kesini.”
Greppp...
Hankyung mencengkeram lengan Teukie.
“Boleh aku tanya satu hal?” Hankyung berbisik lirih.
“Tanya saja. Tidak ada yang melarang.”
“Kau... bagaimana hubunganmu dengan Yunho?”
Teukie mengerutkan dahinya. “Kami? Baik-baik saja.”
“Apa kau tahu... kira-kira... di mana dia sekarang?”
“Yunho? Kurasa... dia masih ada di kantornya.” Teukie menatap langit-langit gedung bioskop.
“Apa mungkin... Yunho berselingkuh?” batin Hankyung. “Sebaiknya kita pergi sekarang.”

“Teukie...” teriak seorang yeoja saat Teukie baru melangkahkan kakinya.
Hankyung sedikit menoleh, “Kenapa yeoja itu memanggil Teukie?” guman Hankyung dalam hati.
“Ji-Hee? Yunho?” Teukie membelalakkan matanya. “Kenapa kalian ada di sini?”
“Kami? Tentu saja berkencan.” ucap Yunho santai.
“Hahaha...” Teukie tertawa, “Aku tahu, seharusnya aku tidak menanyakan pertanyaan bodoh itu.”
“Kau sendiri? Kenapa bisa ada di sini?” Ji-Hee memincingkan mata, menatap Hankyung yang amsih terbengong.
“Tentu saja mau menonton film. Apa gunanya gedung bioskop coba?”
Ji-Hee memutar bola matanya. “Ada satu lagi kegunaannya.” Ji-Hee mengerlingkan mata, sedikit menggoda Teukie. “Untuk berkencan.” bisiknya tepat di telinga Teukie.
================

“Jadi, kau tidak pernah kembali pada Yunho? Dan yeoja itu adalah kekasih barunya?”
“Iyup.”
“Kau sakit hati?”
“Tidak juga.”
“Hahaha...” Hankyung tertawa, “kukira selama ini... kau masih berhubungan dengan Yunho.”
“Haruskah itu?” Teukie mengeryitka dahinya.
“Tidak harus. Kurasa... inijauh lebih baik.”
“Maksudmu?”
“Kita sama-sama 'bebas' bukan?”
“Kenapa kata-katamu jadi aneh seperti ini?”
Hankyung meraih tangan Teukie, menatap kedua mata yeoja itu dengan dalam. “Bagaimana kalau kita mencobanya? Menjalani hidup berdampingan, mulai memberi kesempatan pada hati kita masing-masing, berusaha untuk saling melengkapi. Sepertinya... bukan ide yang buruk! Benarkan?”
“Bukan ide yang buruk.” Teukie tersenyum manis. “Tapi ide yang konyol.” Teukie berjalan dengan cepat, meninggalkan Hankyung.

Greppp...
Hankyung mencengkeram lengan Teukie.
“Haruskah aku mengatakannya? Oke, di sini.” Hankyung meletakkah tangan Teukie di dadanya. “Selalu berdebar kencang, saat ada di dekatmu.” Hankyung menghela napas pelan, kemudian merengkuh kedua pipi Teukie. “Wajah ini, entah bagaimana caranya? Selalu membuatku merasa nyaman, merasa damai, bahkan saat kita pertama kali bertemu.” Hankyung tersenyum lembut. “Tanpa kusadari, telah menjadi suatu kaharusan, untuk melihat wajahmu setiap hari. Karena, kau adalah obat penenangku. Ingat itu?” Hankyung terkekeh pelan.
Teukie menggigit bibir bawahnya. “Jujur saja... akujuga merasana hal yang sama.”
“Benarkah?”
“Tapi... tidak semenjijikkan kata-katamu.” Teukie mengerucutkan bibirnya. “Apa itu obat penenang? Aku hanya bisa memberi anestesi.” Teukie menjulurkan lidahnya, sebuah senyuman terus menghiasi bibirnya.
“Tahukah kau? Aku suka lesung piptmu.” Hankyung merengkuh tubuh Teukie. “Sepertinya... aku harus mengatakan ini.” Teukie mendongak, menatap wajah Hankyung dalam. “Kuharap, kau tidak berusaha lari dariku. Karena, kemanapun kau pergi, aku akan selalu mengikutimu.”
Teukie memutar bola matanya. “Kita lihat saja nanti.” Teukie tersenyum jahil. Hankyung kembali merengkuh tubuh Teukie, mendekapnya lebih erat.

~(˘▾˘~) ~(˘▾˘)~ (~˘▾˘)~

Hehehe...
JTH nongol lagi *nyengir gaje*
Ini special part, buat semua reader yang bingung, kok bisa HanTeuk nikah fufufu~
Oya, tak sisipin dikit ceritanya KyuChul jadian. Males bikin KyuChul moment, so silahkan reader berimajinasi sendiri hohoho... *langsung dikeroyok massa*
Ehm... minta sequel? Hadeh... kyk kagak tahu aku aja *garuk2 pantat Hae(?)* aku mah paling males... bikin yg namanya sequel *author pemalas* hahaha... ^^v
Well, lht ntr aja dah, siapa tahu YunHae kasih kucuran dana, so, bisa bikin kontak baru ma semua cast JTH *menerawang jauh* tapi gak janji lho yo... :P
Ah... satu berita bagus(?)
Karena kesibukanku yg semakin padat(?) *sok sibuk* setelah ini, aku mau Hiatus/Semi-Hiatus(?) dulu di Group/Page, sampai batas waktu yg tdk di tentukan ^^v *Mulai ngepak barang, mau jalan2 keliling dunia ma YunHae* So, jgn rindukan aku yo... *melambaikan tangan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar