Selasa, 13 September 2011

«» Beautiful Life ® Chapter 1 «»


Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Lee Ji Hee
                    Jung YunHo as Jung YunHo
                    Lee DongHae as Jung DongHae
Support Cast : Shin Hyun Gi
                          Kang So Hwi
                          LeeTeuk
                          Cho KyuHyun
Genre : Drama-Romance / Straight
Rated : PG-13
Length : Chapter 1 / Of ?
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *
langsung di tendang ke surga(?)*
Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, jika ada kesamaan, Nama(?) *
maaf, ini mah sengaja, aku emg pke namkor temen2ku :P* Karakter(?) *mungkin aja kan?* Tempat(?) *ya... siapa tahu?* Peristiwa(?) *ehm... kayaknya kemungkinan kecil dah wkakaka...*
Hey! Siapa suruh kebetulan mirip ma imajinasiku? Nah... lho? *Langsung digorok massa* 
Well, happy reading aja dah (^^v)
====================

* Ji-Hee POV *


Aku menatap wajah kedua orang tuaku dalam diam.
Entah kenapa hari ini tidak seperti biasanya. Hello? Ini acara makan malam, tapi... suasana hening menyelimuti seluruh ruangan? Hanya suara sumpit dan sendok yang beradu dengan mangkuk. Tidak ada gurauan aneh dari mulut appa? tidak ada suara cerewet dari Umma? Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ada masalah dengan perusahaan? Atau kemungkinan terburuk, kedua orang tuaku bertengkar? Dan mereka akan... tidak-tidak, buang jauh-jauh pikiran burukmu itu Lee Ji-Hee!


“Ehem...” suara deheman dari appa membuyarkan lamunanku yang mulai melayang tak tentu arah. “Ji-Hee...”
“Ne?”
“Ehm... Ji~ya...” kualihkan pandanganku pada umma, entah kenapa? Perasaan tidak enak mulai menjalar ke seluruh bagian tubuhku. “Ada satu hal yang ingin kami sampaikan.” kulihat umma menghela napas pelan.
“Apa?” tanyaku hati-hati.
“Ji~ya... mianhe...” appa menatapku dengan pandangan yang... errr... sulit diartikan. Detik berikutnya, kulihat umma mencengkeram tangan appa. Aku masih bingung, apa maksud dari semua tingkah laku mereka? (==a)


“Ji~ya...” umma memanggilku dengan suara lembutnya.
“Ne?” umma menatapku dalam. Hey! Pandangan macam apa itu?
“Mungkin... kau akan sedikit terkejut dengan kabar ini.”
“Ne?” kukerutkan keningku.
“Ji~ya...” aku memiringkan kepala, menunggu kata-kata selanjutnya, yang keluar dari mulut appa. “Kami tahu, ini akan jadi masa depanmu, tidak seharusnya kami ikut campur. Tapi... bukankah orang tua juga mempunyai hak, untuk memberikan yang terbaik bagi putrinya?” oke, aku benar-benar tidak memahami arah pembicaraan ini.
“Kami melakukan ini, semata-mata hanya demi masa depanmu.” aku bisa mengkap nada cemas, dalam suara umma. “Kami menerima sebuah lamaran untukmu.”
Kukerjapkan mataku beberapa kali. Kurasa... kata-kata umma terlalu cepat, hingga aku tidak bisa menagkap dengan jelas maksud dari kata-katanya.
“Kau dengar kata-kata umma?”
“Ne?” aku yakin, pasti wajahku terlihat sangat bodoh. Ini semua karena pendengaranku yang mulai tidak beres.
“Ji~ya... kami menerima sebuah lamaran untukmu. Itu artinya secara tidak langsung kau telah terikat dalam satu hubungan 'Pertunangan' dengan seorang namja.” bisa kurasakan umma bicara dengan sangat hati-hati.
Oke, aku mulai bisa mencerna semua maksud mereka. Pertunangan... “Mwo?” aku berteriak, sambil membelalakkan mata lebar.
“Ji~ya... kau baik-baik saja?” appa menatapku dengan cemas.
Aku? Baik-baik saja? Entahlah... aku masih 16 tahun, bukankah ini sebuah kenyataan yang cukup rumit bagiku?
--------------


Aku berjalan dengan limbung ke arah kamarku.
Apa yang harus kulakukan? Meratapi nasib? Hey! Aku bukan yeoja cengeng yang akan bersikap bodoh. Tapi... aku juga bukan yeoja yang tidak berperasaan, yang bisa dengan mudah mengecewakan kedua orang tuaku. “Hahhh...” kubenamkan kepalaku diantara tumpukan bantal.
Perlahan, semua kilasan pembicaraan kami -Aku, dan kedua orang tuaku- tentang masalah tadi, muncul secara bertubi-tubi dalam otakku, tanpa bisa kukendalikan.


»»»»®««««

“Ji~Ya...” umma memeluk tubuhku erat. “Kau harus tahu satu hal. Kami benar-benar terpaksa melakukan ini.” aku mendongak, menatap wajah umma,
“Sebenarnya... saat nenekmu meninggal, dia meninggalkan sebuah wasiat untukmu.” aku membelalakkan mata lebar.
“Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?”
“Kami sengaja merahasiakannya, karena saat itu usiamu masih 14 tahun.”
“Apa hubungannya dengan usiaku?”
“Ini menyangkut masa depanmu.” aku menoleh, menatap appa, menuntut penjelasan lebih.
“Maksudnya?” kulihat appa menghela napas pelan.
“Kau... harus mempunyai pendamping saat usia 18 tahun. Kalau tidak, kau harus menerima namja -entah siapa- yang telah di tentukan oleh nenekmu, setelah itu... kau harus pergi ke Jepang, mengurus perusahaan yang telah diwariskan padamu. Tapi, jika kau telah memiliki pendamping saat usiamu mencapai 18 tahun, maka... wasiat itu tidak berlaku lagi.”
Kukerjapkan mataku beberapa kali, mencerna semua kata-kata yang... seolah dijejalkan dengan paksa ke dalam kepalaku.
“Jadi...”
“Saat ada pihak yang meminangmu, dan menurut appa dia cukup baik bagi masa depanmu, tanpa pikir panjang, appa menyetujuinya.”
“Appa... ini hidupku.”
“Kami tahu, tapi... ini semua demi dirimu.” ucap umma, mencoba menenangkanku, sambil mengusap punggungku dengan lembut.


Aku melihat wajah kedua orang tuaku dengan tatapan sayu.
“Ji~ya... percayalah ini yang terbaik, appa tidak ingin kau terlibat lebih jauh. Saat pengacara membacakan wasiat nenekmu, reaksi dari seluruh keluarga adalah... menentangnya. Kau bukan satu-satunya cucu bagi nenekmu, jadi... sebisa mungkin, kami ingin menjauhkanmu dari masalah ini. Kau berhak mendapatkan hidupmu sendiri, seutuhnya, tanpa terikat dengan wasiat nenekmu, tanpa merasakan tekanan dari beberapa pihak.”
“Setidaknya dengan begini, kau masih bisa mengapai cita-citamu.” umma mengecup pipi kiriku dengan lembut.
“Kenapa harus aku?” bisikku lirih.
“Karena kami semua menyayangimu.” appa mengusap punggung tanganku.
“Kau tenang saja, namja pilihan appamu pasti yang terbaik.” umma tersenyum simpul. “Kau bisa mulai mempersiapkan diri mulai sekarang,” sekilas, kulihat umma melirik appa. “Kami akan memperkenalkan kalian, tepat saat ulang tahunmu yang ke 17. Jadi... kau bisa mengenal pribadinya lebih jauh, sebelum kalian berdua benar-benar melangsungkan pernikahan.”

»»»»®««««


Kuhela napas pelan, demi diriku? Karena semuanya menyayangiku? Entah kenapa rasanya air mataku tidak bisa dibendung lagi. Ya Tuhan... menikah? Bukankah sebuah keputusan yang harus dipikirkan masak-masak? Apalagi dalam usiaku yang terbilang masih muda. Apakah aku mampu menjalaninya?
Sejurus kemudian, kuseka air mataku, meraih ponselku di atas meja. Saat ini, aku hanya ingin menceritakan semua keluh-kesahku pada seseorang. Benar, aku akan menceritakan semua padanya, my best friend. Mungkin dengan begitu, perasaanku bisa jadi lebih baik.
“Yoboseyo...”
“Shin Hyun-Gi... Tolong aku!”
================

Enam Bulan Kemudian....


“Ji-Hee... mana suaramu? Ayo berikan mereka semangat.” Hyun-Gi menepuk pundakku keras sekali (==')
“Suaraku sudah habis. Kurasa tanpa berteriak-teriak, mereka sudah tahu kalau kita datang kemari, untuk mendukung tim basket dari sekolah kita.”
“Aish... kenapa kau selalu saja acuh pada semua hal? Kemana Ji-Hee yang selama ini kukenal?”
“Kenapa jadi membicarakanku?”
“Aish... kau ini!” aku tersenyum, melihat semangat Hyun-Gi.
Hey! Aku hanya manusia biasa, kurasa... aku merasa cemburu padanya, lebih tepatnya cemburu pada kebebasannya.
Sebenarnya, Hyin-Gi adalah satu-satunya orang -selain keluargaku- yang tahu semua masalahku. Dia adalah seorang sahabat yang selalu siap memberiku semangat, hingga sejenak, aku mampu melepaskan semua beban dalam hatiku. Bukankah aku sangat beruntung?
Kuhela napas pelan. Sebulan lagi, aku akan bertemu dengan namja itu, 'tunangan' yang selama ini tidak jelas bagaimana bentuk dan rupanya.


“Ji-Hee...” sedikit terkejut, karena tiba-tiba Hyun-Gi berbisik tepat di telingaku. “Kau lihat namja di tim lawan?” aku mengerutkan dahi.
“Ada banyak. Yang mana maksudmu?”
“Itu.” Hyun-Gi mengarahkan dagunya. “Yang paling tinggi diantara yang lainnya.”
“Ah...” aku menganggukkan kepala pelan. “Lantas?”
Hyun-Gi menyipitkan matanya, “Apa kau tidak sadar? Dari tadi dia melihat kearahmu.”
“Eh? Benarkah? Mungkin... itu hanya perasaanmu saja.” sedikit penasaran, aku melihat namja yang... menurut sebagian besar yeoja di dunia ini, masuk dalam kategori 'tampan'. Aku terus menatapnya, melihat gerak-gerik dalam permainannya, hingga tanpa sengaja pandangan mata kami bertemu. Eh? Dia tersenyum? Detik itu juga kudengar suara riuh di belakangku. Fans servise rupanya? kurasa begitu keluar dari sini, aku benar-benar akan menjadi tuli (==')
“Kau lihat? Di tersenyum padamu.”
“Bukan padaku, tapi pada semua fansnya.”
“Bukankah dari tadi dia terus melihat kemari? Kenapa tidak memberikan fans servise dari awal? Tapi... dia tersenyum saat menyadari pandangan mata kalian bertemu? Bukankah itu aneh?”
(=_=) “Terlalu berlebihan.”
“Dasar tidak peka!”
--------------


“Ji-Hee, aku mengerti perasaanmu.” ucap Hyun-Gi tiba-tiba, saat kami berjalan keluar dari gedung olah raga.
“Maksudmu?”
“Aku tahu kau menahan diri, berusaha mengisolasi dirimu sendiri.”
“Aku baik-baik saja.”
“Tidak cukup baik, bagi seorang remaja.”
Aku tersenyum, mendengar kata-katanya. “Sebulan lagi ulang tahunku.”
“Karena itulah. Kau harus menikmati setiap detik dalam kehidupanmu.”
“Salah. Harusnya kau tidak perlu repot-repot, memperkenalkan dunia yang selamanya tidak akan pernah bisa kuraih.”
“Sejak kapan kau bisa mendramatisir seperti ini?”
“Sejak aku tahu sebuah kenyataan, tentang masa depanku.” bisa kurasakan pandangan Hyun-Gi yang tajam. “Jangan menatapku seperti itu!”
“Lantas, aku harus bagaimana? Tersenyum bahagia?”
“Kurasa... sebuah senyuman jauh lebih berarti. Karena... hidup itu indah.”
“Kau benar-benar yeoja yang ajaib, dengan segala pemikiran yang ajaib.”
“Terima kasih.”
Kulihat Hyun-Gi memutar bola matanya. “Aku tidak memujimu!”
“Aku tahu.” aku terkekeh pelan, saat melihat wajah jengkel Hyun-Gi.


Brukkk...
“Aish... Hyun-Gi-ah... kenapa berhenti tiba-tiba?” protesku sambil mengusap-usap hidungku.
“Bukan salahku. Siapa suruh berjalan sambil terus menunduk?”
“Aish...” aku mendengus kesal.
“Ji-Hee, lihat itu.” Hyun-Gi mengarahkan dagunya ke arah gerbang. Aku sedikit menyipitkan mata, mencoba melihat dengan jelas. “Bukankah dia namja yang tadi? Hey! Ji-Hee... dia berjalan kemari.” Hyun-Gi menarik-narik lenganku.
“Shin Hyun-Gi! Bisakah kau bersikap normal?”
“Kau yang tidak normal!”
“Mwo?”
“Hai!” sapa namja itu dengan suaranya yang renyah. Tanpa sadar, aku dan Hyun-Gi saling pandang. “Hahaha... jangan bingung seperti itu. Aku ini namja baik-baik.” kulihat dia tersenyum, senyuman yang sama dengan fans servisenya tadi. Kalian iri padaku? Sebaiknya jangan, karena aku sama sekali tidak tertarik padanya. “Cho Kyuhyun imnida.”
“Shin Hyun-Gi imnida.” Eh? Apa hanya perasaanku? Kenapa sepertinya Hyun-Gi sedikit bersemangat? (==a)
Errr... kenapa namja ini senyum-senyum sambil menatapku? Ah... babo! Aku belum memperkenalkan diri. Kuberikan senyuman terbaikku, “Lee...”


“Ji-Hee! Cepat ikut aku!” kata-kataku terpotong, saat tanpa basa-basi, seseorang menarik tanganku dengan kencang. Sesaat kutatap Hyun-Gi, berusaha mencari pertolongan, tapi... dia hanya mengangkat bahunya, dan memberi pandangan minta maaf padaku.
“Kita mau kemana?”
“Sudah ikut saja!” jawabnya ketus.
Aish! Dasar namja ini (==') memangnya apa salahku?
Saat kami tiba di taman belakang, dia menghempaskan tubuhku hingga membentur batang pohon. Jangan tanyakan rasanya, karena sudah pasti jawabannya adalah sakit (T__T)
“Apa yang kau lakukan?” bentaknya. Hello? Apa aku tidak salah dengar? Harusnya aku yang bertanya seperti itu! “Jawab aku Lee Ji-Hee! Apa yang kau lakukan?” dia mencengkeram bahuku dengan kasar.
Tanpa sadar aku memberengut, menggelengkan kepala pelan, sambil terus menatap sorot matanya yang berkilat-kilat. “Aku tidak mengerti maksudmu.”
“Jangan pura-pura bodoh!” tukasnya tajam.
“Oke, aku memang bodoh, jadi tolong jelaskan padaku -yang super bodoh ini- dengan bahasa yang lebih bisa dicerna oleh otakku.” tantangku dengan nada sarkatis.


“Kau sengaja bermuka manis pada namja itu? Cho Kyuhyun? Memberinya ucapan selamat? Kau senang tim basket sekolah kita kalah? Jika kau ingin menggaet namja tim lawan, jangan lakukan saat tim basket kita mengalami keterpurukan!”
Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Kurasa namja ini sudah gila! “Dengar Donghae-ssi! Aku tidak berniat menggaet siapapun. Kau lihat sendiri di sana juga ada Hyun-Gi, lantas kenapa kau hanya menyalakanku? Satu lagi, bukan salahku tim basket kita kalah.”
“Jadi kau menyalahkanku?”
“Aku tidak menyalahkanmu!”
“Secara tidak langsung kau menyalahkanku!”
Kuhela napas pelan, kutepuk bahunya dengan lembut, “Donghae-ssi, kau memang kapten tim basket, tapi bukan berarti... saat tim basket kita kalah, itu menjadi satu-satunya tanggung jawabmu.” kuberikan sebuah senyuman padanya. “Kalian sudah melakukan yang terbaik, aku tahu itu. Jadi... tetaplah bersemangat! Masih ada pertandingan selanjutnya bukan?”
Tanpa menunggu reaksinya, aku beranjak pergi. Saat ini, aku butuh tempat tidurku, karena hari ini... benar-benar menjadi hari yang cukup melelahkan.
=================


“Ji-Hee...” bisik Hyun-Gi, sambil menyengol lenganku. “Kemarin, apa yang kalian bicarakan?” aku mengerutkan dahi, mencoba memahami arah pembicaraan ini.
“Aish! Donghae!” aku langsung membulatkan mulutku.
“Tidak ada yang penting. Dia hanya... sedikit emosi.”
“Kenapa? Cemburu saat melihatmu bersama namja lain?”
Kuputar bola mataku.“Mana ada hal seperti itu?”
“Lantas?”
“Kurasa... dia hanya merasa terbebani, karena tim basket kita kalah. Dan tanpa sengaja, akulah orang yang paling berpotensi, untuk menjadi korban pelampiasan kekesalannya.” ucapku datar, sambil mengedikkan bahu.
“Ya... tidak asik!” kulihat Hyun-Gi mendengus pelan.
“Memangnya apa yang kau harapkan?”
“Ehm... sedikit pertumpahan darah? Mungkin.” Hyun-Gi terkekeh pelan.
“Konyol.”
“Hey! Jujur saja, aku merasa... Donghae menyukaimu.”
“Aku juga menyukainya.”
“Bukan seperti itu. Tapi, perasaan yang lebih dalam.”
“Kenapa kau selalu mendorongku pada hal-hal seperti itu?”
“Aku hanya ingin kau bisa merasakan... manisnya perasaan jatuh cinta.” Hyun-Gi mengedipkan sebelah matanya.
“Saat wajah 'tunanganku' hampir di depan mata?”
Kulihat Hyun-Gi sedikit tersentak, “Maaf... aku tidak bermaksud seperti itu.”
“Aku tahu.” kusandarkan kepalaku di bahunya.
“Aku hanya ingin melihatmu bahagia, bersama orang yang kau cintai.”
“Aku bahagia. Bukankah aku dikelilingi orang-orang yang sangat mencintaiku?”
“Dasar bodoh!” Hyun-Gi sengaja mengoyangkan bahunya, aku menatapnya sambil mengerucutkan bibir, kemudian kembali menyandarkan kepalaku di bahunya. Kurasa, kalian sudah tahu, aku sangat menyayangi sahabatku ini.


“Donghae oppa... aku membawakanmu bekal makanan. Bagaimana kalau kita makan siang di taman belakang?” aku dan Hyun-Gi menoleh ke belakang, melihat drama yang biasa kami saksikan.
“Kang So-Hwi, kenapa kau selalu membuatkanku bekal makanan?”
“Apa tidak boleh?” kulihat So-Hwi menundukkan kepalanya.
“Bukan begitu, aku hanya tidak ingin merepotkanmu.”
So-Hwi mengangkat kepalanya, terlihat pancaran semangat yang meluap-luap dari matanya. “Aku tidak merasa repot. Aku malah senang membuatkanmu bekal makanan.” kulihat So-Hwi tersenyum malu-malu, sambil menggigit bibir bawahnya.
“Benarkah? Terima kasih.” ucap Donghae lembut, sambil tersenyum, berbeda sekali saat bicara padaku kemarin (==')
“Menyukaiku eh?” bisikku tepat di telinga Hyun-Gi, berusaha mengodanya, dan hanya dibalas dengan tatapan tajam.
Aku kembali melihat Kang So-Hwi, yeoja manis -usianya setahun dibawah kami- yang selalu berusaha merebut perhatian seorang Donghae. Kalau dipikir-pikir, sejauh ini, hanya So-Hwi satu-satunya yeoja yang masih bertahan. Well, kegigihannya patut diacungi jempol.
“Oppa... ayo kita pergi ke taman belakang sekarang.” kulihat So-Hwi melingkarkan tangannya di lengan Donghae.
Untuk sesaat, Donghae tidak bergeming, mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah. Sejurus kemudian, di beranjak dari bangkunya, berjalan melewati bangku kami -Aku dan Hyun-Gi- dengan senyuman lembut, yang menghiasi sudut bibirnya.


“Ckckck... Donghae itu terlalu baik.” celetuk Hyun-Gi.
Dongahe? Baik? Jujur saja, dari wajahnya terlihat jelas kalau dia seorang playboy, atau mungkin... kalian semua akan tertipu dengan wajah polos namja itu.
Seorang kapten tim basket yang selalu dieluh-eluhkan. Salah satu calon pewaris Jung Corporation. Jadi, wajar saja kalau banyak yeoja yang mengejarnya.
Ehm... mungkin benar kata Hyun-Gi, Donghae terlalu baik, sampai-sampai banyak yeoja yang salah paham, hingga akhirnya mereka patah hati ckckck...
Tapi, aku berani jamin, kalian tidak akan sanggup melihat sisi mengerikan dalam diri seorang Donghae. Buktinya, nyaliku saja langsung ciut (==')
“Eh? Hyun-Gi, jangan bilang kau menyukainya.” ujarku dengan nada jahil.
“Sampai langit runtuh, aku tidak akan pernah menyukainya! Dia bukan tipeku.”
“Benarkah? Lantas? Tipemu seperti apa?”
“Nanti, kau akan tahu.” Hyun-Gi tersenyum sambil menatap langit-langit kelas.
“Pelit.” aku mendengus kesal.
“Tenang saja, aku pasti mengenalkannya padamu.”
“Benarkah?”
“Tentu saja.”
“Kapan? Aku jadi penasaran.”
“Dasar tidak sabaran.” kulihat Hyun-Gi menyipitkan matanya. “Tunggu saja sampai aku menemukannya.” sambungnya, sambil menjulurkan lidahnya.
“Mwo? Kau menipuku?”
“Babo! Memangnya kau pernah melihat gelagatku yang mencurigakan?”
“Aish! Ingat, kau tidak boleh main curang!”
“Hahaha... tenang saja, lagipula aku jauh lebih penasaran dengan 'tunanganmu'.”
(=_=) “Kalau itu, aku juga merasa penasaran.”
===================


Saat ini, aku berada di atap sekolah, tempat yang selalu menjadi favoriteku.
Kuhela napas pelan, “Kenapa waktu cepat sekali berlalu? Tinggal dua minggu lagi? Saat itu tiba, entah apa yang akan terjadi dalam hidupku?” gumamku lirih.
Aku mendongak, menatap langit biru yang cerah. Hembusan angin menerpa wajahku, memainkan rambut panjangku yang tergerai. Perlahan aku memejamkan kedua mataku, menghirup dalam-dalam udara segar, menikmati indahnya dunia.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Sebuah suara membuyarkan seluruh aktifitasku(?), dengan cepat aku menoleh ke arah sumber suara. “Donghae-ssi?” aku mengeryitkan dahi.
“Kau belum menjawab pertenyaanku!”
Aku mendesah pelan, “Tidak ada yang special, hanya menghirup udara segar.”
“Ehm... pilihan yang bagus. Kenapa kau tidak pernah mengajakku kemari?” aku memincingkan mata, saat mendengar kata-katanya yang... menurutku kurang masuk akal. “Kenapa melihatku seperti itu?”
“Atas dasar apa aku harus mengajakmu kemari?”
“Hey! Aku baru tahu, ternyata kau yeoja yang pelit, tidak mau berbagi tempat yang menyenangkan seperti ini.” ujarnya sambil menggelengkan kepala pelan.


“Donghae-ssi...”
“Apa?”
“Ini bukan tempat khusus, semua penghuni sekolah tahu tempat ini.”
“Salah, tidak semua orang tahu, kalau kau tidak pernah mengungkapkan nilai lebihnya.”
Kuputar bola mataku, “Oke, sekarang kau sudah tahu bukan? Jadi, nikmati saja tempat ini, aku mau pergi.”
Baru beberapa langkah aku berjalan, tiba-tiba... kurasakan tangan kekar Donghae mencengkeram lenganku dengan erat.
“Kau tidak mau menemaniku?”
“Tidak. Terima kasih.” kutepis tangannya, segera berlalu dari hadapannya.
“Hey! Ji-Hee...”
Tidak kuhiraukan panggilannya, jujur saja, kurasa dia orang yang... aneh? Entah apa yang ada dalam pikirannya. Well, untuk menghindari kemungkinan terburuk, sebaiknya aku menjauh darinya.
--------------


“Ji-Hee, hari ini piket kita bukan?”
“Benar, memangnya kenapa?” kulihat dari ekor mataku Hyun-Gi terkekeh pelan. “Hey! Jangan bilang kau akan melarikan diri.”
“Bukan melarikan diri, tapi... aku ijin untuk pulang lebih awal.” Hyun-Gi mengeluarkan wajah innocentnya, sambil membentuk huruf v di tangan kanannya.
“Apa bedanya? (==')”
“Beda. Karena umma menyuruhku pulang lebih awal, bahkan ada ancaman uang jajanku dipotong separuh, kalau aku sampai pulang terlambat.”
“Aish! Iya-iya, sana pulang! Aku yang akan mengerjakan tugasmu.”
“Benarkah? Terima kasih Ji-Hee...”
“Eits... jangan senang dulu. Tidak ada yang gratis nona manis.”
“Hei-hei... kau ini perhitungan sekali.”
“Hahaha... aku hanya bercanda.” kutepuk bahu Hyun-Gi, yang masih memasang wajah cemberut.
--------------


Aku berjalan menuju gerbang sekolah yang mulai sepi, kurasa... aku adalah orang terakhir yang masih berada di lingkungan sekolah. Ah... rasanya perutku sudah berkoar-koar, kupegang perutku yang mulai keroncongan.
Langkahku terhenti, saat melihat sosok namja sedang membelakangiku, bersandar di balik pagar. Errr... rasanya aku tidak asing dengan bentuk tubuhnya.
Mataku seketika membulat, saat perlahan namja itu menoleh, sebuah senyuman menghiasi sudut bibirnya.
“Kau? Hmm...”
“Cho Kyuhyun.”
“Ah... Benar. Cho Kyuhyun.”
“Kau melupakan namaku? Aku benar-benar merasa sedih, Ji-Hee-ssi.”
“Maaf.” ucapku, sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Baiklah, kali ini, kau ku maafkan.” aku tersenyum mendengar kata-katanya.
“Kyuhyun-ssi, apa yang kau lakukan di sini?”
“Menunggu seseorang.”
“Benarkah?” aku menoleh ke arah gedung sekolah, “Sepertinya aku orang terakhir yang keluar dari sekolah,” gumamku lirih. “Apa kalian sudah membuat janji? Karena sepertinya... semua orang sudah pulang sejak tadi.”


“Kau tenang saja, aku sudah melihatnya.”
Kuedarkan pandanganku ke segala penjuru arah. “Mana?”
“Tepat dihadapanku.”
“Eh?”
“Jangan melihatku seperti itu. Aku memang sedang menunggumu.”
“Boleh aku tahu, kenapa menungguku?”
“Aku mau mengajakmu kencan.” ucapnya sambil mengerlingkan mata.
“Mwo?”
“Hahaha... aku hanya bercanda.” Kyuhyun mengacak rambutku, “Memangnya harus ada alasan untuk bertemu denganmu?”
Kukerutkan keningku, berusaha mencerna kata-katanya. “Benar juga.” ucapku sambil tersenyum lebar.
Krucukk... Krucukk...
Aish! Kenapa perutku tidak bisa diajak kompromi? Semoga Kyuhyun tidak mendengar bunyi perutku.
“Kutraktir kau makan.”
“Eh?”
“Sepertinya perutmu sudah minta pertolongan padaku.”
Kugigit bibir bawahku, sambil menundukkan kepala. Benar-benar memalukan!
“Ayo cepat, aku tidak tega pada perutmu.” Kyuhyun menarik lenganku, bisa kulihat dengan jelas, dia sempat terkekeh pelan.


“Bisa kau jauhkan tanganmu dari lengannya? Cho Kyuhyun!”
Detik itu juga aku langsung menoleh ke belakang. “Donghae-ssi?”
“Kubilang jauhkan tanganmu!”
“Kenapa aku harus menuruti kata-katamu?”
“Karena aku membencimu.”
“Itu tidak bisa dijadikan alasan.”
Oke, aku seperti orang bodoh, yang hanya diam, mendengarkan pertengkaran yang tidak masuk akal ini.
“Bisakah kalian diam! Jika kalian memang mempunyai masalah, please... jangan libatkan aku.”
“Kau tenang saja Ji-Hee, aku tidak mempunyai masalah dengannya. Ayo kita pergi.” ucap Kyuhyun santai? Dan kembali meraih lenganku.
“Kalau begitu, aku yang mempunyai masalah denganmu.” Donghae menepis tangan Kyuhyun, dari lenganku. “Kau ikut aku!” tukas Donghae tajam, sambil mencengkeram lenganku. “Dan kau!” Donghae menunjuk dada Kyuhyun, “Jangan coba-coba mengikuti kami.”


Apa kalian pikir aku yeoja bodoh? Bisa-bisanya pasrah menerima perlakuannya? Well, cobalah berada dalam posisiku. Haruskah ku katakan dengan jelas? Aku tidak bisa berkutik menghadapi namja ini, tidak... lebih tepatnya aku merasa takut dengan sosoknya yang... mengerikan? Ya Tuhan... apa salahku? Kenapa aku selalu menjadi sasaran, pelampiasan kekesalannya? Tidakkah dia tahu? Saat ini aku sedang kelaparan! Siapapun... tolong aku!
“Jangan pernah berhubungan dengan Kyuhyun! Camkan itu baik-baik!”
“Mwo? Dengar, aku tidak tahu ada masalah apa diantara kalian, tapi kau tidak berhak mengaturku. Terserah aku mau berteman dengan siapapun.” dengan cepat kutepis tangannya. Oke, sekarang, rasa takutku berubah menjadi rasa jengkel.
“Ji-Hee, aku tidak sedang bercanda!”
“Kau pikir siapa diantara kita yang mengatakan hal-hal konyol?”
Bisa kudengar, Donghae menghela napas pelan. “Ji-Hee, aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu.”
“Memangnya siapa yang mengajak ribut? Jangan bicara seolah-olah aku yang memulai pertengkaran.”
“Sudahlah. Yang penting, turuti kata-kataku, jangan pernah berhubungan dengan Kyuhyun!”
“Siapa kau? Sudah kubilang kau tidak berhak mengaturku!”
“Baik. Mulai detik ini kau adalah yeojachiguku. Jadi, aku berhak melarangmu dekat dengan namja manapun.”
Aku membelalakkan mata lebar. “Mwo?”


*** TBC ***


Hello... Hello... *melambaikan tangan*
Reni nongol lagi... *langsung di lempar bunga bangkai(?)*
Satu lagi ff YunJiHae *senyum malu2* Gak usah protes dah! #Plakkk... T___T
Well, jgn kaget klo ceritanya aneh, gak nyambung, bikin bingung, coz otakku lagi karatan, gak tahu mau nulis apaan hahaha... #Plakkk...
Teta... *teriak kenceng* masih mau ganjen ma Donghae? Gak papa kok, tapi... aku boleh dong lirik2 Kyuhyun? *senyum paling licik*
Link, Rinko, Riris... mana ffnya??? *ngulurin tangan, lagak ala tukang palak(?)*


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar