Jumat, 01 Juli 2011

«» Journey To Happiness ® Part 20 «»


Brukkk...
Suara benda jatuh, sontak membuat Kyuhyun dan Hankyung, mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.
Benar saja, Kantong plastik berisi obat untuk Kyuhyun, jatuh begitu saja di lantai. Chulie menatap Hankyung dan Kyuhyun dengan mata berkaca-kaca.
“Apa maksud kalian?” tanya Chulie dengan suara sedikit bergetar.
“Chulie...” ucap Kyuhyun dan Hankyung secara bersamaan.
“Apa maksud kalian?” teriak Chulie, tidak bisa lagi membendung air matanya.


Hankyung mengulurkan tangannya, berusaha merengkuh tubuh Chulie. “Ini bisa kami...”
“Jangan sentuh aku.” tukas Chulie tajam.
“Chulie, dengarkan dulu penjelasan kami.” ucap Kyuhyun, dengan nada lembut, berusaha menyembunyikan kepanikannya.
Chulie, menatap dua orang dihadapannya dengan tajam. “Kalian pikir aku ini apa? Barang? Apa yang kalian pertaruhkan dibelakangku? Itu perasaanku.” jerit Chulie dengan histeris. “Aku... aku...” tanpa pikir panjang Chulie berlari meninggalkan Hankyung dan Kyuhyun yang mematung di tempat.
--------------------------

* Chulie POV *

Entah, berapa lama aku berlari?
Entah, berapa jauh aku berlari?
Aku tidak peduli dengan keadaan kakiku, yang kutahu, saat ini aku hanya ingin berlari sejauh mungkin.
Tapi... kenapa dadaku masih terasa sesak?
Entah, berapa banyak air mata yang telah ku keluarkan?
Atau mungkin... saat ini sudah kering seutuhnya?
Yang ku inginkan hanya menangis, dan menangis. Mungkin dengan begitu, rasa sesak ini sedikit berkurang.

Ku jatuhkan tubuhku di depan sebuah toko. Aku tidak peduli bagaimana pandangan orang. Aku tahu, keadaanku pasti sangat kacau, tapi aku tidak peduli! Aku bahkan tidak tahu sekarang berada dimana?
Lelah? Mungkin itu yang kurasakan. Tapi... saat ini, hati dan perasaanku jauh lebih lelah. Kupukul-pukul dadaku, rasanya masih terasa sesak, aku bahkan kesulitan bernapas. Apa karena terlalu banyak menangis? Kucoba menarik napas dalam-dalam, sekedar untuk menenangkan diri. Meski aku tahu dengan pasti, tindakanku ini tidak terlalu berpengaruh.
Apa yang harus kulakukan? berbagai pertanyaan berkecambuk dalam benakku. Pertanyaaan yang harus segera ku temukan jawabannya.

Aku berjalan dengan limbung, kepalaku mulai terasa pusing. Saat ini, aku hanya merasa binggung. Mungkin... jika aku tidak pernah mendengar ucapan mereka -Hankyung, dan Kyuhyun- aku tidak akan pernah mempertanyakan perasaanku. Benar, aku harus mulai mempertanyakan perasaanku.
Terhadap Hankyung oppa? Satu hal yang kutahu, dialah alasanku datang kemari. Segala perjuanganku selama ini hanya untuk bertemu dengannya. Lantas, apa rasa cintaku padanya masih utuh seperti dulu?
Terhadap Kyuhyun? Aku tahu, pertemuan kami ibarat simbiosis mutualisme. Tidak ada rasa apapun diantara kami. Namun... perlahan sosok Kyuhyun mampu menempati salah satu sudut hatiku. Apa aku benar-benar menyukainya? Ataukah rasa ini hanya sesaat?
Entahlah, semakin aku berusaha meyakinkan diri, dadaku semakin terasa sesak. Apa aku harus memilih? Aku tahu, bukan hanya aku yang akan menderita. Tapi... apa aku sanggup melihat mereka menderita? Jauh lebih menyakitkan saat mengetahui bahwa mereka, sama-sama menaruh harapan besar padaku. Harapan yang tentu saja kan menyakiti salah satu diantara mereka. Kenapa aku harus memilih? Kenapa aku harus goyah dengan perasaanku? Kenapa aku harus berada diantara mereka?

Tiiiiiiiiinnnn....
Aku membeku ditempat saat mendengar suara kelakson yang memekakan telinga. Bisa kulihat dengan jelas, sebuah mobil melaju dengan kencang ke arahku saat ini. Apa semua akan berakhir?
Sejurus kemudian, bisa kurasakan ada sebuah tangan yang menarikku dengan keras. Tubuhku oleng, hampir mencium tanah, namaun dengan cepat, tangan itu kembali merengkuh tubuhku.
“Chulie, kau baik-baik saja?” Aku mendongak, menatap wajah dari penolongku. “Kau menangis? Matamu sembab. Ada apa denganmu? Apa yang kau lakukan disini?”
Aku tidak mampu berkata-kata, bibirku terasa kelu, satu hal yang bisa kulakukan, merangkulnya dengan erat. Kembali menumpahkan air mata di bahunya.
“Chulie, kuantar kau kembali ke restaurant.”
“Eunhyuk...” aku menggelengkan kepala.
“Baiklah, mau kuantar kemana?”
“Aku... tidak tahu...” kuseka air mataku dengan punggung tangan. Jujur saja, aku tidak tahu harus kemana.
-----------------------

Kami -Aku, dan Eunhyuk- berada dalam mobil, keheningan mulai tercipta. Beberapa saat yang lalu, Eunhyuk menghubungi Wookie, dan sekarang, dia akan mengantarku ke rumah Wookie.
“Meski aku masih belum tahu apa yang terjadi, tapi satu hal yang kutahu. Semua akan baik-baik saja.” Eunhyuk mengusap rambutku lembut. Aku hanya tersenyum tipis.
Bukankah aku sangat beruntung? Dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padaku. Tapi... kurasa aku mulai serakah. Bahkan mampu menyakiti orang-orang yang kusayangi. Tanpa sadar aku kembali meneteskan air mata.
“Chulie...” Eunhyuk menggenggam tanganku.
Aku menarik napas pelan, mencoba memberikan senyuman terbaikku. “Terima kasih.” hanya itu kata-kata yang bisa keluar dari mulutku.

Beberapa menit setelah kami tiba, kulihat Wookie yang baru datang. Dengan cepat aku langsung memeluk tubuhnya. Tidak kuasa menahan air mata, aku kembali menumpahkannya. Entah kenapa hari ini aku begitu cengeng, tidak seperti Chulie yang biasanya.
Wookie membimbingku masuk ke kamaranya, yang berada di lantai dua.
“Kau mau menceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Wookie sambil menyodorkan tisue padaku.
Aku menerima tisue itu, menyeka air mataku, sejurus kemudian, aku mulai menceritakan segalanya. Rasa kecewa, sakit hati, keinginan untuk tidak menyakiti siapapun, aku benar-benar meluapkan semua perasaanku.

Setelah mendengar semua ceritaku, Wookie memelukku, sambil mengusap rambutku.
“Kau butuh istirahat.” itulah satu-satunya kata yang meluncur dari mulutnya.
“Wookie, aku...”
“Aku tahu kau lelah, binggung, butuh saran dan semacamnya. Tapi, untuk saat ini, kau butuh istirahat. Kita masih punya waktu untuk membicarakan masalah ini. Dalam keadaan yang lebih baik tentunya. Tidak dalam keadaan kau sedang kalut.” aku tahu kata-kata Wookie benar, aku butuh menenangkan diri. Mungkin memejamkan mata untuk beberapa saat, bisa membuat pikiranku sedikit lebih jernih.
-----------------------

* Author Pov *

Wookie menuruni anka tangga sambil sesekali menghela napas pelan.
“Bagaimana keadaannya?” suara Eunhyuk sedikit mengagetkan Wookie.
“Kau belum pulang?”
“Aku bertanya padamu Chagi...”
“Ah... Chulie sedang tidur.” Wookie merebahkan tubuhnya di sofa, sedikit memijit keningnya sendiri.
“Minumlah.” Eunhyuk menyodorkan segelas air.
“Terima kasih.”
“Apa yang akan kau lakukan?”
“Eh?”
“Chulie.”
“Entahlah. Jujur ini adalah kondisi yang paling kutakutkan.” Wookie menyandarkan kepalanya di bahu Eunhyuk. “Ini situasi yang... cukup rumit.”
Eunhyuk mengusap rambut Wookie dengan lembut, mencium pucuk kepala Wookie, sekedar memberi dukungan. Sejurus kemudian, Eunhyuk mengeluarkan ponselnya.
“Menghubungi siapa?”
“Kurasa Teukie noona harus tahu masalah ini. Kau mau bicara dengannya?”
Wookie menghela napas pelan, menganggukkan kepala, kemudian menerima ponsel yang di sodorkan padanya.
==============

Kyuhyun berjalan menuju kamarnya. Berbagai pikiran berkecambuk dalam benaknya. Satu yang paling dominan keinginan untuk bertemu dengan Chulie.
Ckelekkk...
Kyuhyun terkejut, saat mendapati Teuki sedang duduk manis di atas tempat tidurnya, kondisinya cukup tenang.
“Noona... kau... kenapa ada di kamarku?” tanya Kyuhyun sedikit terbata.
Dengan enggan Teuki beranjak dari duduknya, menghampiri Kyuhyun.
Plakkk...
Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi kiri Kyuhyun. Teukie menghela napas pelan, menatap Kyunhyun dengan tajam.

“Tahu kenapa aku menamparmu?” Kyuhyun tidak menjawab, hanya menundukkan kepalanya. “Jawab aku Cho Kyuhyun!” bentak Teuki.
“Aku... tindakkanku salah.”
“Kau tahu seberapa terlukanya Chulie?”
Kyuhyun mendongak, “Aku tidak bermaksud seperti itu.”
“Tapi itu yang telah kalian lakukan padanya.”
“Noona. Tolong, mengertilah keadaanku.”
Teukie memejamkan matanya. “Tapi, kau juga harus mengerti keadaan Chulie. Kau bukan menyakinkan perasaannya padamu, tapi malah membuatnya meragukan perasaannya sendiri.”
“Noona, aku...”
“Menyesal?” tukas Teukie. “Kau pikir semua masalah bisa selesai, saat kau mengatakan sebuah kata penyesalan?” cibir Teukie.
“Noona, apa yang harus kulakukan?”
“Selesaikan semua yang telah kau mulai.” Teuki beranjak dari kamar Kyuhyun, sesaat sebelum meninggalkan kamar Kyuhyun, Teuki berbalik. “Camkan ini baik-baik Kyuhyun. Kau bukan anak TK yang sedang memperebutkan mainan. Saat ini kau sedang mempertaruhkan perasaan seseorang, bahkan... ini akan mempengaruhi masa depan seseorang.”

Disisi Lain...

Hankyung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
Hankyung mengeryit, saat mengingat wajah Chulie yang penuh dengan rasa kekecewaan.
“Maaf.” bisik Hankyung lirih.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan, yang berasal dari pintu depan membuyarkan lamunannya.
“Oppa, kau baik-baik saja?” tanya Minnie begitu pintu terbuka.
“Minnie? Yesung? Ada apa? Kenapa kalian kemari?” tanya Hankyung dengan wajah binggung.
“Aish... aku kan yang bertanya duluan, oppa.”
Yesung mengacak rambut Minnie. “Dia hanya menghawatirkanmu.” ucap Yesung singkat.
“Oh... masuklah.” Minnie mengembungkan pipinya, merasa tidak dihiraukan.

“Masih menghawatirkan Chulie?” tanya Yesung.
Hankyung menghela napas pelan. “Aku tidak pernah melihat Chulie sekalut itu.”
“Oppa, kau tenang saja, Wookie unnie pasti bisa menenangkan Chulie unnie.”
Hankyung hanya tersenyum tipis. “Aku tahu, aku akan memberi Chulie waktu untuk menenangkan diri. Tapi, kurasa... kami memang membutuhkannya.” Hankyung merebahkan kepalanya di punggung sofa. “Ternyata mempertahankan sesuatu... sesulit ini.” gumamnya lirih, namun masih bisa di dengar oleh Minnie dan Yesung.
“Itu karena oppa berusaha 'mempertahankan', oppa lelah, karena tanpa sadar telah mengeluarkan seluruh tenaga. Tapi... kalau saja oppa berfikir untung 'melindungi', oppa tidak akan selelah ini. Tahu kenapa? Karena semunya berdasarkan pada sebuah ketulusan.”

Minnie dan Yesung berjalan beriringan, meninggalkan rumah Hankyung.
“Oppa, apa menurutmu Chulie unnie... akan tetap bersama Hankyung oppa? Atau... justru akan... menerima perasaan Kyuhyun oppa?” Minnie mengigit bibir bawahnya.
“Aku tidak akan berasumsi apa-apa Minnie. Kyuhyun sahabatku, dan Hankyung... sudah seperti saudara bagimu.” sejurus kemudian, Yesung terkekeh pelan.
“Apa yang lucu?”
“Tidak, hanya saja... kurasa Kyuhyun sedang dalam kesulitan saat ini. Kau harus tahu, Teukie noona cukup mengerikan.” kali ini Yesung tertawa lepas, dan Minnie? Dia hanya mengerutkan dahinya. “Sepertinya besok pagi, aku harus menemui Teukie noona.” Yesung melingkarkan tangannya di pinggang Minnie. “Setidaknya kita punya berita bahagia untuk dibagi.” Yesung mencium pelipis Minnie.
“Oppa.” semburat merah muncul di kedua pipi Minnie.
=============

Kyuhyun bangun pagi-pagi sekali, bisa dibilang, hari ini dia kurang tidur. Lingkaran hitam di bawah matanya terlihat cukup jelas.
“Kau sudah bangun?” Teukie masuk ke kamar Kyuhyun, “Kita sarapan bersama.” ucapnya seraya menarik lengan Kyuhyun menuju ruang makan.

“Apa yang akan kau lakukan hari ini?” Tanya Teukie.
“Kerja.” jawab Kyuhyun singkat.
“Kau tidak ada rencana untuk menemui Chulie kan?” Teuki menyipitkan matanya.
“Noona...” Kyuhyun sedikit merajuk.
“Jangan temui dia dulu. Beri dia sedikit ruangan untuk bergerak bebas. Biarkan dia memutuskan sendiri bagaimana perasaannya.”
“Aku tahu.”
“Kyuhyun, jangan coba-coba bermain curang.” Teukie tersenyum manis, namun, bagi Kyuhyun, itu terasa bagai sebuah intimidasi secara halus.
Tanpa sadar, Kyuhyun menelan ludahnya. “Iya noona.”
===============

“Sudah lebih baik?” Wookie menyodorkan minuman hangat pada Chulie.
“Jauh lebih baik.” Chulie tersenyum tipis. “Terima kasih.”
Wookie duduk di samping Chulie, mengusap punggung Chulie, sebagai wujud dari dukungannya.
“Chulie, maaf, tapi aku telah memberitahu seseorang tentang masalahmu.” Wookie mengigit bibir bawahnya, Chulie memiringkan kepalanya, menunggu penjelasan lebih lanjut. “Teukie unnie.” detik itu juga Chulie tersenyum.
“Teukie unnie telah banyak membantuku. Sejujurnya, aku sempat berfikir untuk menemuinya, tapi... ku urungkan niatku, aku...”
“Tidak ingin bertemu Kyuhyun?”
Chulie mengangguk pelan. “Entah kenapa, aku selalu ingin berbagi keluh kesahku padamu, dan Teuki unnie.” Chulie kembali menyesap minumannya.
“Mau bicara dengan Teuki unnie?” Wookie mengambil telepon di sampingnya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Teukie, ada kekhawatiran dalam nada suaranya.
“Aku sudah lebih baik unnie, kau tidak perlu cemas.”
“Bagaimana tidak cemas, aku mendengar bagaimana Eunhyuk menemukanmu.”
“Saat itu... aku... sedikit kalut.” semburat merah muncul di kedua pipi Chulie.
“Chulie... tidak peduli seberapa bodohnya Kyu, ataupun kenyataan bahwa aku adalah noonanya. Kuharap kau tahu satu hal, aku akan selalu mendukung semua keputusanmu.”
Tanpa sadar Chulie meneteskan air matanya. “Aku tahu. Terima kasih unnie.”
“Aku yakin, kau pasti bisa mendapatkan yang terbaik.”
“Unnie, kau membuat Chulie menangis lagi.” teriak Wookie, dari seberang ruangan.
“Apa? Kau menangis?”
“Jangan dengarkan Wookie. Aku hanya... merasa bahagia. Begitu banyak orang yang menyayangiku.”
“Itu benar, dan kurasa... kau memang pantas untuk disayangi. Chulie, kau tidak sendiri.”
Sebuah senyuman kembali tersungging di bibir Chulie.
=============

Empat Hari Kemudian...

“Hari ini kau akan ke restaurant?” tanya Wookie, sambil mengeryitkan dahinya. “Bukankah aku memberimu izin cuti untuk satu minggu?”
Chulie mngerucutkan bibirnya. “Wookie, aku merasa bosan di rumah.”
“Tapi...”
“Aku baik-baik saja.” Wookie menyipitkan matanya. “Well, aku hanya belum bisa menentukan perasaanku. Tapi, kurasa... aku sudah menemukan jawaban untuk beberapa pertanyaanku.”
“Pertanyaan apa?” tuntut Wookie.
“Beberapa pertanyaan untuk hati kecilku.” Chulie tersenyum manis.
Wookie memutar bola matanya. “Terserah kau saja.”
----------------------

“Kyu, kau tidak sarapan?” tanya Teukie.
“Aku akan sarapan di kantor.”
“Kyuhyun. Seberapa besar masalahmu, kau tetap harus menjaga kesehatanmu sendiri.”
“Noona, aku baik-baik saja.”
Pletakkk...
“Baik-baik saja? Kau tidak bercermin? Wajahmu saat ini seperti oarng yang baru saja terkena rampok.”
“Kau terlalu berlebihan.”
“Berlebihan katamu?” Teukie mendengus kesal.

“Aku hanya... sedikit lelah.”
“Kalau begitu, kau tidak perlu bekerja hari ini. Kau butuh istirahat.” Teuki menarik lengan Kyuhyun.
“Noona, hari ini aku ada meeting penting.”
“Lebih penting dari kesehatanmu?”
“Sejak kapan kau peduli dengan kesehatanku? Bukankah kau selalu berusaha membunuhku?” dengan geram, Teuki menendang kaki Teuki. “Awww... noona, apa yang kau lakukan?”
Teuki mengangkat bahunya. “Mencoba membunuhmu, mungkin.”
“Hya! Noona.”
“Sudah-sudah, kau pergi sana! Aku tidak akan mempedulikanmu lagi.” Teukie berjalan menuju ruang makan. Untuk sesaat, Kyuhyun memandang punggung Teukie sambil tersenyum.

Mobil Kyuhyun melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Hari ini dia ingin cepat-cepat sampai ke kantornya. Alasannya? Tentu saja untuk mempersiapkan meeting pentingnya. Apalagi, hari sebelumnya dia lupa untuk menyiapkan beberapa berkas, yang kemarin di berikan oleh sekretarisnya. Harus diakui, akhir-akhir ini keadaan Kyuhyun cukup menyedihkan. Yang ada dipikirannya hanya keinginan untuk bertemu dengan Chulie.
“Awww...” tiba-tiba Kyuhyun mengerang, tangannya memegang perutnya dengan keras. Kyuhyun ingin menepikan mobilnya, namun, karena saat ini ia berada di jalur bebas hambatan, itu tidak mungkin dilakukan.
Sebenarnya, dalam beberapa hari ini, Kyuhyun telah melewatkan sarapan, dan makan malamnya. Dia hanya mendapat asupan makanan saat makan siang. Yang tentu saja tidak bisa dihindarinya, karena Teuki telah menugaskan sekretaris Kyuhyun, untuk mengawasi makan siangnya.
Kyuhyun kembali menekan perutnya dengan kuat, kali ini rasa nyeri di perutnya bertambah, hingga tanpa sadar, Kyuhyun menundukkan kepalanya.
Mobil masih melaju dengan kencang, saat Kyuhyun kembali fokus pada jalan, matanya membelalak, dengan cepat Kyuhyun menginjak rem, suara gesekan ban dan aspal terdengar memekakan telinga. Namun, usaha Kyuhyun ternyata sia-sia, karena mobilnya masih meluncur dengan cepat. Detik berikutnya suara debaman terdengar sangat keras. Ya, mobil Kyuhyun menabrak sebuah mobil yang berada tepat di depannya.
--------------------

“Chulie.” sebuah suara yang sangat dirindukan terdengar begitu indah di telinga Chulie.
“Oppa...” Chulie mengepalkan tangannya, mencoba menahan diri, untuk tidak berhambur memeluk Hankyung.
“Bisa kita bicara sebentar?” tanya Hankyung dengan suara lembutnya.

Chulie duduk berhadapan dengan Hankyung. Mata Chulie sedikit berkaca-kaca saat melihat wajah Hankyung, yang terlihat seolah tidak tidur selama berbulan-bulan *lelebayi bgt dah*
“Maaf.” pada akhirnya hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Hankyung, untuk memecahkan keheningan.
“Oppa, aku sudah memaafkanmu.” Chulie tersenyum tipis. “Aku tahu, akulah yang egois disini. Aku tidak bisa menentukan perasaanku, hingga pada akhirnya kalian...” Chulie menggigit bibir bawahnya. “Tapi, maaf, untuk saat ini, aku masih belum yakin dengan perasaanku sendiri.”
Hankyung menyentuh tangan Chulie, “Tidak apa-apa, asal kau sudah memaafkanku, itu sudah cukup.”
“Oppa, sebenarnya aku...”

“Chulie!” Teriak Wookie dengan nada panik.
Detik itu juga Chulie menoleh. “Apa?”
“Kyu... Kyuhyun... mengelami kecelakaan.”
Chulie membatu, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, bibirnya terasa kelu, seketika pikirannya menjadi kosong. Beberapa kali Wookie menguncang tubuh Chulie, hingga akhirnya kesadaran Chulie kembali terkumpul.
“Ba... bagaimana keadaannya?” tanya Chulie dengan suara gemetar. Wookie hanya menggelengkan kepala. Chulie semakin membelalakkan matanya.

*** TBC ***

Hari ini ultahnya Teukie yo? Klo td pagi gak di sms Link, aku kagak bakal tahu #Plakkk... lha aku kan bukan istrinya Teukie *alesan* wkakaka...
Well, aku gak bisa bikin secane Teukie yg lagi ultah, sbg gantinya Teukie jd lbh banyak muncul dah, pdhl rencananya kagak ada Teukie di part ini ==a
Feel untuk adegan mengharu birunya kurang dpt? Maklum aja, pas ngetik aku dengerin lagunya 2pm yg hands up. Sumpah, aku demen bgt ma lagu itu wkakaka...#Abaikan.
Hehehe... gak kerasa dah part 20 *ini mah kepanjangan*
Ehm... kmrn2 sempet bikin planing di otak, rencanya JTH sendiri bakal tamat di part 23 or 24, tp mkn bakal rada lama, coz akukan mau nyisipin special part tiap pairing wkakaka... #Plakkk...
Akhir kata(?) semoga masih ada yg mau baca JTH pek tamat aja dah kekeke~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar