Sabtu, 23 Juli 2011

«» Journey To Happiness ® Part 22 «»


Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Genre : Comedy-Romance / Genderswitch
Rating : PG-15
Main Cast : Kyuhyun (Namja)
                     Heechul (Yeoja)  
                     Hankyung (Namja)  
==========================

Tepat pada saat itu, Hankyung datang sambil membawa sebuah kantong yang berisi buah-buahan untuk Kyuhyun. Pintu sedikit terbuka, membuatnya langsung melongokkan kepala, tanpa perlu mengetuk pintu terlebih dahulu.
Detik itu juga Hankyung membeku di tempat, matanya membelalak lebar, melihat pemandangan yang membuatnya sedikit sesak napas. Dengan cepat Hankyung membalikkan tubuhnya, bersandar di dinding, samping pintu masuk ruang rawat Kyuhyun.
Hankyung memejamkan mata, mencoba mengatur napasnya yang mulai memburu. Perlahan, dia melangkahkan kakinya menjauh dari ruang rawat Kyunhyun, dengan langkah gontai.


Teukie memincingkan matanya, sesaat setelah memasuki pintu rumah sakit. “Hankyung?” ucapnya lirih, dengan cepat Teuki mendekati sosok Hankyung, yang sedang duduk di kursi ruang tunggu.
“Hankyung? Apa yang kau lakukan di sini?” Teukie melirik kantong di tangan Hankyung. “Mau menjenguk Kyuhyun?” Teukie tersenyum jahil. “Kenapa tidak langsung ke atas? Jangan-jangan... kau malu mau menjenguk Kyu.” Teuki membekap mulutnya sendiri, mencoba menahan tawa.
“Tidak juga.” jawab Hankyung tanpa semangat.
Teukie mengerutkan dahi, “Sebegitu sulitkah?” tanyanya sambil duduk di samping Hankyung.
“Maksudmu?” Hankyung menatap Teukie, dengan wajah bodohnya.
“Oke, kalian memang sedang bersaing, tapi... bukankah menjenguk Kyu adalah dua hal yang berbeda? Apalagi yang kau pikirkan? Kau sudah ada di sini. Aish... ternyata sebegitu besar gengsi kalian ckckck...” Teukie menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sok tahu.”
“Mwo?” Teukie mendengus kesal. “Sudahlah, aku mau ke tempat Kyu, mau ikut?” Teukie beranjak dari duduknya. Namun, dengan cepat Hankyung menarik lengan Teukie.
“Sebelum menemui Kyuhyun, mau menemaniku sebentar?”
Teukie menyipitkan mata, merasa ada yang tidak beres. Namun, detik itu juga dia menepis semua pikiran buruk, dan menganggukkan kepalanya, menyetujui tawaran Hankyung.
Sejujurnya, Hankyung belum siap menghadapi kenyataan yang telah dilihat oleh kedua matanya. Namun, dia lebih tidak siap lagi, jika orang lain juga mengetahuinya.
---------------------------

Kyuhyun melepaskan ciumannya, menatap Chulie dalam. Sebuah senyuman yang penuh dengan ketulusn, tersungging di sudut bibir Kyuhyun.
“Kau mencintaiku.” ucap Kyuhyun tegas.
“Mwo? A... apa maksudmu?” Chulie memalingkan wajahnya. “Kau terlalu percaya diri Tuan Cho.” sambungnya, sambil memapah Kyuhyun menuju tempat tidurnya.
“Kau tidak bisa berbohong.”
“Hah, siapa yang membohongimu?”
“Siapa bilang kau membohongiku?” Kyuhyun tersenyum jail, Chulie mengerutkan dahinya. “Kau membohongi perasaanmu.” Kyuhyun terkekeh pelan.
“Konyol! Kau cari mati?” tukas Chulie.
“Hey, kau tidak mungkin menerima... bukan lebih tepatnya membalas ciumanku, kalau tidak mencintaiku.” sontan kedua pipi Chulie memerah mendengar perkataan Kyuhyun. “Kenapa wajahmu? Kau malu?” goda Kyuhyun.
Chulie menatap Kyuhyun dengan tajam, napasnya naik-turun menahan emosi.
“A... aku... yeoja dewasa, tentu saja bisa merespon dengan baik tindakanmu tadi.”
“Benarkah?”
Chulie memutar bola matanya. “Tentu saja.” jawab Chulie dengan sikap angkuh.
“Bahkan dengan orang yang tidak kau... cintai?”
Chulie sedikit tersentak, “Ten... tentu saja.”
“Jadi, kau bisa melakukannya dengan siapapun itu?” “Ya! Asal seorang namja. Puas?”
“Aku tidak yakin. Mungkin... kau bisa meyakinkanku?”
“Apa maksudmu?”
“Kita sedikit bertaruh.”

Chulie mencengkeram ujung bajunya, merasakan sebuah firasat buruk. “Apa?” Chulie berusaha menampakkan wajah dinginnya.
“Kita lihat,” Kyuhyun melirik Chulie sekilas. “Apa kau... bisa mencium siapapun namja yang masuk ke ruangan ini.”
“Mwo? Kau gila!” protes Chulie.
“Apa itu artinya kau memang mencintaiku?” Kyuhyun tersenyum lebar, yang entah bagaimana, membuat Chulie ingin menyumpal mulut Kyuhyun dengan kaos kaki Yesung(?).
“Diam kau! Lagipula... kau tega membiarkanku mencium siapapun namja yang tidak ku kenal?” Chulie mengeryitkan dahinya.
“Bukankah kau bilang asal namja?”
Chulie menelan liurnya sendiri, menyesali kata-kata bodohnya. “Tapi...”
“Baik sudah diputuskan. Kalau kau tidak mampu melakukannya, kau harus mengakui perasaanmu padaku.”
“Hya! Itu keputusan sepihak!”
“Kita sedang bertaruh, ingat itu!”
“Aku merasa dirugikan!”
--------------------------

“Jadi, kenapa kau mengajakku kemari?”
“Hanya menikmati kopi, mungkin untuk... menenangkan diri.” Hankyung mulai menyesap espresso di cangkirnya dengan pelan. “Aku butuh teman untuk menikmati kopi ini.” Sambung Hankyung, saat menyadari tatapan tajam dari Teukie.
“Terserah.” Teukie mengaduk cangkir, berisi cappucino, sambil menompang dagunya.
“... sempatan?” tanya Hankyung.
“Eh? Kau mengatakan sesuatu?” Teukie mendongak, menatap Hankyung.
“Kau tidak mendengarkanku?” “Maaf.” Teukie tersenyum tanpa dosa. “kau tadi mengatakan apa?”
Hankyung menghela napas pelan. “Apa menurutmu aku tidak lagi mempunyai kesempatan?”
Teukie mengerjapkan matanya. “Kau... tidak sedang sakit? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“Jawab saja pertanyaanku.” ucap Hankyung datar.
“Apa terjadi sesuatu?” Teukie memiringkan kepalanya.
“Tidak juga, hanya saja... aku merasa mulai jauh dari sosok Chulie.” Hankyung berusaha bersikap wajar.
“Kau cemburu pada Kyuhyun? Hello, dia sedang sakit. Wajar jika Chulie lebih memperhatikannya.”
“Jadi kau lebih mendukungku?”
“Siapa bilang?”
“Tentu saja, kau pasti akan mendukung dongsaseng kesayanganmu.” Hankyung mendengus pelan.
“Aku tidak pernah mengatakan itu.”
“Lalu?”
Teukie tersenyum lembut. “Aku mendukung setiap keputusan Chulie. Lebih adil bukan?”
“Tidak cukup adil, karena pada dasarnya kau lebih condong ke sisi Kyuhyun.” Teukie tertawa lepas mendengar perkataan Hankyung.

“Sudah lebih baik? Apa sekarang kita bisa kembali ke ruang rawat Kyu?”
“Kau benar-benar tidak bisa lepas dari Kyuhyun?” Hankyung mengerjapkan matanya.
“Hey! Apa maksudmu?”
“Kyuhyun tidak akan mati, sekalipun kau tinggal lebih lama lagi.” Hankyung kembali menyesap espressonya.
Teukie langsung memukul lengan Hankyung dengan keras, yang sukses membuat Hankyung tersedak.
“Itu hukuman buatmu. Karena kau menyumpahi Kyuhyun.”
“Uhuk...uhuk... aku tidak menyumpahinya.” Hankyung menyeka mulutnya.
“Apa jangan-jangan kau...” Teukie menyipitkan matanya. “Berencana membunuh Kyuhyun?”
“Jaga bicaramu nona Cho.” ucap Hankyung dingin. “Aku bukan kriminal.”
Teukie terkekeh pelan. “Oke. Sekarang aku mau kembali merawat dongsaengku tercinta. Kau mau ikut?”
“Tentu saja. Bukankah aku sudah ada di sini?”
“Lantas, kenapa kau tadi tidak langsung ke tempat Kyu?”
“Bisakah kita tidak membahasnya?”
Teukie mengangkat bahunya. “Terserah.”
---------------------------

Kyuhyun tersenyum, menikmati setiap kegelisahan Chulie.
“Jangan menatapku seperti itu! Kau membuatku...” “Gugup? Bukankah kau tidak mempunyai perasaan apapun padaku? Kenapa bisa gugup?” Kyuhyun memcondongkan tubuhnya ke arah Chulie.
“Hya! Kau mau apa?” Chulie mendorong pelan bahu Kyuhyun.
“Kenapa? Aku hanya ingin melihat wajahmu lebih dekat.”
Deg...
Jantung Chulie bekerja lebih cepat empat kali lipat dari sebelumnya, dan jujur saja, ada sedikit perasaan senang dalam hati Chulie, saat mendengar kata-kata Kyuhyun.
“Tidak ada untungnya.”
“Ah... benar juga, bukankah sekarang kita sedang menunggu, siapa namja yang akan mendapatkan sebuah ciuman darimu.”
Chulie menatap Kyuhyun tajam, mencoba mencerna apa yang ada di pikiran Kyuhyun, namun hasilnya nihil.

Perlahan, knop pintu ruang rawat Kyuhyun mulai bergerak, detik itu juga Chulie menahan napas, keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.
Begitu pintu terbuka lebar, sebuah kelegaan terpancar di mata Chulie, sedangkan Kyunhyun, hanya mengerutkan dahi, menatap Chulie tajam.
“Akan kupenuhi permintaanmu.” Chulie menyungingkan senyuman manisnya. Sejurus kemudian, Chulie beranjak dari duduknya. “Cium aku.”
“Eh?”
“Oppa... Cium aku!”
“Tunggu, sejak kapan kau memanggilku oppa?”
“Sejak hari ini. Sudahlah, Eunhyuk oppa, cepat cium aku!”
Eunhyuk memandang Kyuhyun, dari balik tubuh Chulie, nyalinya langsung ciut begitu melihat tatapan membunuh dari seorang Kyuhyun.
“Kau sedang bercanda? Ini tidak lucu Chulie.”
“Pura-pura saja menciumku.” bisik Chulie sangat lirih. “Oppa, apa seburuk itu diriku, sampai-sampai kau tidak mau menciumku?” Chulie melirik Kyuhyun sekilas, memastikan bahwa Kyuhyun tidak mendengar bisikannya tadi.
“Apa untungnya bagiku?” Eunhyuk balas berbisik, mulai memahami permainan ini, Chulie memutar bola matanya. “Bukan begitu Chulie, lihat saja ada singa yang sudah siap menerkamku kalau aku sampai menyentuhmu.”
“Membantumu membujuk Wookie.” bisik Chulie, sambil mendengus kesal. “Kyu! Kau melangar kesepakatan!” tukas Chulie tajam, sambil melotot ke arah Kyuhyun.
“Deal.” bisik Eunhyuk. “Ada apa ini? Kesepakatan apa?” Eunhyuk memasang wajah super bodohnya.

“Tidak ada.” Chulie kembali menatap Eunhyuk. “Oppa, cium aku!”
“Kau yakin?”
“Sangat yakin.”
Eunhyuk menatap Kyuhyun, tersenyum dengan tampang mesumnya. “Dengan senang hati Chulie cantik.” Perlahan, Eunhyuk merengkuh tekuk leher Chulie, memiringkan kepalanya, dan dalam hitungan detik tubuh Eunhyuk telah membelakangi Kyuhyun. “Aku akan membuatmu tidak bisa melupakan ciumanku.” ucap Eunhyuk dengan suara yang sedikit keras, dan sukses membuat Kyuhyun sedikit kalang kabut.
Prakkk...
Sebuah gelas mendarat dengan sempurna di kepala Eunhyuk. Detik itu juga Eunhyuk merasakan cairan merembes di kepalanya.
“Da... darah!” teriak Chulie panik.
==============

“Kau gila! Bagaimana kalau Eunhyuk sampai tewas?” Teukie berkaca pinggang di hadapan Kyuhyun.
“Hanya beberapa jahitan, tidak akan membunuhnya..”
“Kau? Sebenarnya apa yang ada di otakmu?”
Kyuhyun hanya diam, tidak berani mengatakan taruhan konyolnya dengan Chulie. Sejujurnya, dia sendiri tidak menyangka akan membuat Eunhyuk mendapatkan beberapa jahitan di kepalanya, pasalnya, dia hanya berusaha menyelamatkan Chulie dari serangan Eunhyuk, tapi, siapa sangka gelas yang dilempar pecah saat membentur kepala Eunhyuk.
“Aish... kau... benar-benar membuatku naik darah.”
“Noona, aku tahu aku salah.”
“Lantas?”
“Aku kan sudah minta maaf.”
“Kau mencelakai orang. Apa cukup hanya minta maaf? Oke, sekarang aku tanya kenapa kau melempar gelas itu?”
“Tidak sengaja.”
“Aku tidak percaya.”
“Ada hewan dalam gelasku.Aku... hanya sembarangan melempar, dan kebetulan mengenai kepala Eunhyuk.”
“Kenapa bisa tepat mengenai Eunhyuk?”
“Sudah kubilang tidak sengaja.”
“Mencurigakan.” Teukie menyipitkan matanya.
==============

Tanpa memberi tahu Teukie, Chulie meninggalkan rumah sakit. Bahkan, saat bertemu dengan Hankyung, Chulie beralasan mau mengantar Eunhyuk.
Dan di sinilah Chulie sekarang, duduk di dalam mobil Eunhyuk. Sebenarnya alasan mengantar Eunhyuk seratus persen tidak benar, karena pada dasarnya Eunhyuklah yang mengantar Chulie kembali ke rumah Wookie.
“Eunhyuk... maaf, karena aku, kau...” Chulie menatap perban yang melingkar di kepala Eunhyuk.
“Bukankah tadi kau memanggilku oppa? Kenapa sekarang memanggilku Eunhyuk?”
“Bukankah Eunyuk memang namamu?” Chulie mengerucutkan bibirnya.
Tawa Eunhyuk menggelegar, saat mendengar jawaban Chulie.
“Well, karena aku telah berkornban cukup banyak, bolehkah aku segera meminta imbalanku?”
“Maksudmu?”
“Membujuk Wookie. Ingat kau sudah berjanji padaku.”
“Cih... kau rela sampai seperti ini, hanya demi menikahi Wookie?” Chulie menggelengkan kepalanya pelan.
“Itulah cinta. Hebat bukan?”
“Tidak sama sekali.”

Eunhyuk terkekeh pelan. “Kenapa? Kau iri padaku?”
“Kenapa aku harus iri padamu?”
“Aku tahu, kau pasti ingin cepat-cepat mengambil keputusan.” Eunhyuk mengacak rambut Chulie lembut. “Ehm... bersabarlah sebentar lagi, kau pasti akan menemukan jawabannya, atau mungkin... tanpa kau sadari, saat ini kau telah menemukan jawaban itu. Aku hanya bisa bilang, jangan terus-menerus menghindar.”
Chulie tersenyum manis, sejurus kemudian, Chulie tersentak, seolah ingat sesuatu.
“Masalah tadi... berjanjilah akan merahasiakan masalah konyol tadi.” Chulie menggaruk-garuk tekuk lehernya.
“Tenang saja, aku bisa menyimpan rahasia.”
“Sepertinya Wookie cukup beruntung, bisa menemukan namja sepertimu.”
“Tentu saja, itu sudah pasti.”
“Terlalu percaya diri.” Chulie menjulurkan lidahnya.
===============

Tok... Tok... Tok...
“Wookie, apa Chulie ada di sini?” Teukie mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar Wookie.
“Ada, di kamar mandi.” Wookie menunjuk kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut.
“Memangnya ada apa?” Wookie melirik jam di dinding kamarnya, kemudian menatap Teukie, binggung.
“Chulie tidak cerita padamu?”
“Cerita apa?” Wookie mengerutkan dahinya.
“Bukan apa-apa. Hanay merasa aneh dengan kecelakaan yang dialami Eunhyuk.” “Ah! Unnie, tidak perlu dipikirkan, itu hanya sebuah kecelakaan. Kau tenang saja.” Wookie menepuk bahu Teukie pelan.
“Tidak, sampai aku bicara dengan Chulie. Entah mengapa, aku merasa dia sedang menghindariku.”
“Siapa?”
“Tentu saja Chulie, mungkin saja dia takut diintrogasi.”
“Mengingat sifatmu, kalau aku ada diposisi Chulie, akujuga akan lari ketakutan.” Wookie tertawa.
“Aish! Well, malam ini aku boleh menginap di sini?”
“Kenapa masih bertanya? Tentu saja aku boleh menginap di sini, kapan saja kau mau.”
“Ah... Kau memang dongsaengku yang paling baik.” Teukie memeluk tubuh Wookie.

Cekelekkk...
Pinti kamar mandi terbuka, detik itu juga Chulie membelalakkan matanya.
“Unnie? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Memangnya kenapa kalau aku ada di sini?” Teukie memincingkan matanya.
“Tidak.” Chulie menglihkan pandangannya, menghindari tatapan Teukie.
“Ada yang ingin kutanyakan.”
“Apa?” Chulie tersenyum manis.
“Kenapa Eunhyuk bisa terluka? Kau ada di sana, pastinya tahu dengan jelas, apa yang sebenarnya terjadi bukan?”
“Eh?” Chulie mengerjapkan mata beberapa kali. “Itu... aku sendiri juag tidak terlalu faham, tiba-tiba saja Kyuhyun melemparkan gelas.”
“Benarkah?”
“Tentu saja. Apa kau pikir aku sedang berbohong?” Teukie menyipitkan mata, pandangannya tidak lepas dari wajah Chulie. “Gawat! Unnie terlalu peka, aku harus segera mengalihkan pembicaraan.” batin Chulie.

“Ngomong-ngomong, Wookie, kenapa kau tidak menikah saja dengan Eunhyuk?”
“Mwo? Chulie, apa maksudmu?”
“Ehm... hanya ingin tahu, kenapa kau selalu menolak niat baik Eunhyuk?”
“Apa Eunhyuk mengadu padamu?”
“Ckckckck... kau memang tidak peka, atau pura-pura bodoh?” timpal Teukie. “Hampir setiap hari Eunhyuk mengeluh di depan semua orang. Aku saja sampai bosan mendengarnya.” Teukie memutar bola matanya.
“Unnie...” Wookie sedikit merajuk.
“Eh, benar juga, aku juga sedikit penasaran, kenapa kau selalu menolaknya?” Teuki dan Chulie mencondongkan tubuh mereka ke arah Wookie.
Wookie hanya diam, menundukkan kepalanya. Perlahan, semburat merah keluar di kedua pipinya.
“Itu...”
“Kenapa?” ucap Chulie dan Teukie bersamaan, menunjukkan ketidak sabarannya.
“Aku... takut.”
Teukie dan Chulie saling pandang, sama-sama tidak mengerti perkataan Wookie.
“Dia... terlalu bersemangat.” ucap Wookie lirih. Yang sukses membuat Teuki dan Chulie membekap mulut, sambil menahan tawa.
“Benar juga, dibalik Sikap tegasnya, Wookie tetap seorang yeoja polos.” batin Chulie. Pandangannya beralih ke alngit-langit kamar, sedikit menerawang, mencoba menginggat betapa polosnya seorang Wookie, saat mengatakan bahwa Eunhyuklah namaja yang disukainya.

“Kurasa Eunhyuk namja yang cukup bertanggung jawab.” Teukie membuka suaranya, rkan suasana hening yang sempat terjadi.
“Aku tahu.” ucap Wookie lirih.
“Lantas? Kenapa kau masih merasa takut?” tanya Chulie.
“Apa lagi yang mengganggu pikiranmu?” timpal Teukie.
“Entahlah, aku hanya takut. Jujur saja aku belum siap mental, untuk membangun sebuah rumah tangga.”
“Jangan sia-siakan kesempatan. Aku tahu, Eunhyuk sangat mencintaimu.” Chulie berusaha memanas-manasi suasana.
“Justru karena itu, aku... sedikit takut, tidak bisa menjadi istri yang diharapkannya.”
Pletakkk...
Teukie menjitak kepala Wookie, “Selalu saja seperti ini. Sampai kapan kau akan mencari kepercayaan diri? Berapa kali aku harus bilang, kau harus mencintai dirimu sendiri.”
Wookie menundukkan kepalanya. “Aku tahu, hanya saja... aku merasa belum siap.”
“Mungkin, sebenarnya kau sudah siap, hanya saja kau takut dengan pikiranmu sendiri.” ucap Chulie datar.
Wookie menghela napas pelan, merasa kata-kata Chulie ada benarnya.

“Sudahlah, jangan membicarakan tentang diriku terus. Sekarang, ceritakan pada kami, bagaimana kisah Teukie unnie? Aku yakin kau pasti bertemu dengan Yunho oppa di Jepang.”
“Mwo? Siapa itu Yunho oppa? Kenapa aku tidak mengetahuinya?”
“Mantan pacar Unnie, atau... bisa jadi calon pacar lagi.” Wookie terkekeh pelan, mencobamengoda Teukie.
“Kalian bicara apa?”
“Ayolah... ceritakan pada kami!” Chulie mulai merengek, merasa penasaran dengan kisah cinta Teukie.
“Apa yang harus kuceritakan? Yunho mantan namjachinguku? Itu benar. Aku bertemu dengan Yunho saat di Jepang? Itu juga benar. Apa lagi yang ingin kalian ketahui?”
“Kenapa kau putus dengan Yunho oppa? Apa kau masih mencintainya?” Chulie bertanya dengan semangat 45(?).
“Apa aku masih mencintainya?” Teukie sedikit menerawang. “Mingkin.” Teukie tersenyum manis, menatap wajah Chulie dan Wookie yang setia mendengar ceritanya. “Aku pernah bilang pada Wookie, putus dengan Yunho karena long distance.” Wookie menganggukkan kepalanya, menanggapi perkataan Teukie. “Itu memang benar. Kalian tahu, aku benar-benar tidak percaya diri menjalani hubungan seperti itu. Mungkin ini hanya karena trauma kecilku.” Teukie terkekeh pelan.
“Aku tidak mengerti.” Chulie memiringkan kepalanya.

“Aku juga tidak mengerti. Aku percaya sepenuhnya akan perasaan Yunho padaku.” Teukie tersenyum manis. “Satu hal yang kutahu. Sejak kecil aku dan Kyuhyun selalu di tinggal sendiri oleh orang tua kami. Mereka sibuk bekerja, itu semua demi masa depan kami, aku tahu itu, karena bagaimanapun juga kami memang menikmati setiap hasil jerih paya mereka. Ketidakhadiran mereka bisa membuat kami jadi lebih dewasa, dengan cara kami sendiri tentunya. Tapi... apa kalian tahu, jauh dilubuk hatiku, aku butuh kehadiran mereka, aku ingin sebuah kebersamaan. Bukan hanya untuk seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan setahun sekali. Dan saat mengetahui Yunho akan pergi ke Jepang, ketakutan itu muncul tanpa bisa dicegah. Disisi lain, aku tidak boleh egois bukan? Itu cita-citanya, masa depannya. Apa menurut kalian aku tega menghalangi kepergiannya? Jawabannya tidak. Dan satu-satunya jalan terbaik bagi kami saat itu adalah mengakhiri semuanya.”
“Apa kau akan kembali pada Yunho oppa?” tanya Wookie.
“Entahlah, aku tidak pernah memikirkannya.”
“Apa kau menyesal telah berpisah dengannya?”
“Setiap orang, saat melakukan hal sekecil apapun bisa saja menyesal, karena itulah konsekuensi dari setiap keputusan. Well, tinggal bagaimana kita menyikapinya.”
“Siapapun orang yang mendampingi dirimu kelak, dia pasti adalah orang yang paling beruntung di dunia ini.” Batin Chulie, sorot matanya menunjukkan kekeguman pada sosok Teukie.

“Sekarang, akujuga ingin tahu, kira-kira bagaimana keputusan yang akan diambil oleh seorang Chulie?” Teukie tersenyum jahil.
“Benar juga. Chulie, kau tidak ingin bercerita pada kami?”
Chulie menghela napas pelan, “Apa yang harus kuceritakan? Kalian sudah tahu aku masih binggung dengan perasaanku sendiri.”
“Satu pertanyaanku. Apa kau menyukai Kyuhyun?” tanya Teukie to the poin.
Chulie tersenyum manis, “Aku memang menyukainya.”
“Benarkah? Bagaimana dengan Hankyung?” Wookie terlihat sangat berantusias.
“Dilubuk hatiku yang paling dalam, tentu saja aku masih sangat menyukainya, kau bahkan tahu dengan pasti tujuanku datang ke seoul adalah untuk bertemu dengan Hankyung oppa.”
Wookie menganggukkan kepalanya pelan.
“Kau tidak bisa seperti ini terus.” ucap Teukie lembut.
“Aku tahu, saat ini, aku hanya butuh meyakinkan diri. Apa aku mampu menggantikan sosok Hankyung oppa, dengan sosok Kyuhyun?” Chulie menatap langit-langit kamar, kemudian terkekeh pelan. “Aku terlalu serakah, sepertinya kau sedikit tidak rela jika harus berpisah dari salah satu diantara mreka.”

Wookie, dan Teukie memukul bahu Chulie secara bersamaan.
“Sakit.” Chulie sedikit meringis.
“Hanya karena keserakahanmu, kau membuat mereka berdua sama-sama dilema.” ucap Wookie dengan nada sarkatis.
“Perlu kau tahu, aku juga dilema. Kau pikir mudah menyakiti hati oarang yang kau sayangi?”
“Tapi kau akan semakin menyakiti hati mereka. Sadar atau tidak, kau seolah memberi mereka harapan.” ucap Teukie dengan nada bijak.
“Aku tahu.” Chulie menundukkan kepalanya. “Kurasa... aku punya sebuah cara yang lebih baik, untuk menentukan pilihanku kelak.” sebuah senyuman tersungging di sudut bibir Chulie.
==============

Dua Bulan Kemudian...

“Wookie... kau cantik sekali.” Chulie muncul dari balik pintu, dan langsung berteriak.
“Chulie. Bisa tidak kau jangan berteriak?” Teukie mendengus kesal.
“Unnie, aku benar-benar merasa bahagia, bisa melihat Wookie mengenakan gaun pengantinnya.” Chulie menyikut lengan Wookie dengan wajah jahilnya.
“Sudah diam kau.” Wajah Wookie muali memerah.
“Kenapa kau terlambat?” tanya Teukie.
“Hankyung oppa, dia lupa menaruh kunci mobil.” Chulie mengangkat bahunya.
“Mana Minnie? Buaknkah kalain harusnya berangkat bersama?” tanya Wookie, sedikit mengerutkan dahinya.
“Ah... dia sedang bersama Yesung. Aish... kau seperti tidak tahu anak itu saja. Minnie pasti menempel pada Yesung, terutama diacara seperti ini.”
“Sudah kubilang, Minnie salah memilih namja.” Teukie memutar boal matanya.
Ketiganya tertawa lepas, mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu, saat Yesung menggoda seorang perawat di rumah sakit, tempat Kyuhyun dirawat.

Acara pernikahan Wookie berjalan dengan lancar. Saat ini, semua tamu undangan sedang menikmati pesta yang diadakan di rumah Eunhyuk..
“Chulie, bisa bicara sebentar?” Hankyung berbisik di telinga Chulie. “Kita cari tempat yang lebih tenang.” Hankyung menuntung Chulie, taman belakang.
“Oppa mau bicara apa?”
Hankyung berdehem sebentar, “Aku... ehm... bukankah kita bertiga memutuskan untuk memulai semuanya dari awal?” Chulie menganggukkan kepalanya, mengingat pembicaraan serius yang mereka -Kyuhyun, Chulie, Hankyung- sepakati beberapa minngu yang lalu. “Dan sekarang, aku ingin menawarkan sebuah masa depan padamu. Sebuah perasaan yang tulus dari lubuk hatiku. Mungkin ini adalah sebuah harapan yang sempat tertunda.” Hankyung menarik napasnya pelan, “Chulie, menikahlah denganku.”
Chulie menatap Hankyung, “Mungkin, inilah saatnya aku mengambil keputusan.” bisik Chulie dalam hati. Chulie memejamkan matanya.

Saat kau ragu-ragu, coba tutup kedua matamu, lihat siapa yang memenuhi seluruh pikiranmu. Kemudian, bukalah matamu, lihatlah siapa yang saat ini berdiri di hadapanmu.”

Chulie mengingat setiap kata-kata Wookie, dan kali ini, dia mulai mempraktekkannya. Perlahan, Chulie membuka kedua matanya, saat itu juga dia melihat sosok Hankyung yang sedang mengulurkan tangannya, dengan senyuman khas yang menghiasi sudut bibirnya.
“Wookie, bagaimana ini? Aku melihat Hankyung oppa yang ada di hadapanku.” batin Chulie.

*** TBC ***

Mianhe... rada telat publishnya (_ _')
Mianhe... klo ceritanya makin amburadul, terkesan maksa bgt, maklum otak Reni lagi konslet.
Well, akhirnya... sampai juga di Klimaks JTH *ngelap keringet seember(?)*
Ayo siapa yang dipilih-dipilih-dipilih *ala pedangang sayur* ma Chulie? Pasti dah ketebak yo? Ya... gak seru neh... (_ _') *jedotin pala di dada Haepa*
Well, jadi juga tuh monyet mesum nikah wkakaka... #Plakkk...
Ah... mau promo kekeke~
Next part :
«» Journey To Happiness ® {Special Part~΅EunWook-Wedding Night΅} «»

Tidak ada komentar:

Posting Komentar