Kamis, 24 Maret 2011

«» Undercover ® Part 2 «»


Sesaat dia memejamkan mata, dan menghela napas pelan.
Saat berbalik, di depannya sudah ada Heechul disana, menodongkan sebuah pistol tepat di kepala Sungmin.
Setahun tidak bertemu, ternyata... kau tidak lagi setangkas dulu.” Heechul menyerigai licik.
Sungmin hanya tersenyum. “Kau masih tetap ceroboh seperti dulu, sampai-sampai tidak menyadari kalau aku mengarahkan pisau tepat di perutmu?”

Heechul tersentak, dia menundukkan kepala. Benar saja, tangan Sungmin sedang menodongkan pisau di perutnya. Secara refleks, Heechul mundur satu langkah, namun tetap mengarakan pistol pada Sungmin.
Sungmin memutar bola matanya. “Terlambat. Jika ini duel kita yang sesungguhnya, kau sudah mati 100 kali.”
Heechul mengertakan gigi, dengan perasaan geram, dia menendang pisau di tangan Sungmin, hingga terpental jauh. Detik berikutnya, Sungmin menarik lengan Heechul, dan menepis pistol yang ada di tangan Heechul, hingga pistol itu tergeletak di lantai.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya terjadi sebuah duel yang cukup sengit.
Gerakan Sungmin lebih gesit, hingga dengan mudah Sungmin memelintir lengan Heechul, dan mendorongnya hingga tersudut di dinding.

Siapa yang menyuruhmu kemari?” tidak ada jawaban dari Heechul, “Apa tujuanmu? Kau bekerja untuk seseorang? Siapa? Cepat katakan!”
Heechul mengertakkan gigi, sesaat kemudian, dia memukul perut Sungmin dengan mengunakan siku. Sungmin terhuyung ke belakang, tidak buang-buang waktu, Heechul mengarahkan sebuah tendangan tepat di perut Sungmin. Namun, usaha Heechul sia-sia, karena dengan sigap, Sungmin mampu menepisnya, dan mendorong tubuh Heechul hingga terjebab di lantai.
Tanpa pikir panjang, Sungmin mengambil pistol. Kini keadaan berbalik, Sungmin menodongkan pistol kearah Heechul.
Kau ingat? Aku pernah berkata, suatu saat, aku bisa benar-benar membunuhmu.” ucap Sungmin dingin.
Heechul menyipitkan mata, “Hah! sejak dulu, kau memang selalu berusaha menyingkirkanku bukan?” tukas Heechul. “Tapi, aku bukan lagi anak kecil, yang bisa kau gertak dengan mudah.” Heechul menaikkan sebelah alisnya.
Sungmin menatap Heechul dengan tajam. “Kau tidak seharusnya berada disini!”
Seseorang harus memberiku penjelasan!” serga Heechul.

Drrrtttt... Drrrtttt... Drrrtttt...
Ponsel Sungmin yang berada di atas meja bergetar. Baik Sungmin, maupun Heechul tidak terpengaruh, keduanya tetap memfokuskan pandangan pada lawan masing-masing.
Drrrtttt... Drrrtttt... Drrrtttt...
Sungmin mengerucutkan bibir, detik itu juga dia langsung memukul tekuk leher Heechul, mengunakan pistol yang berada di tangannya.
Sungmin menarik napas pelan. “Yeoboseo.”
Kenapa lama sekali?” tukas suara di seberang, yang terdengar tidak sabaran.
Ah! Maaf, tadi aku dari kamar mandi.” Sungmin menatap Heechul, yang tergeletak, tidak sadarkan diri di lantai. “Kau baik-baik saja?”
Aku baik-baik saja. Tapi, sepertinya malam ini... aku tidak bisa pulang. Maaf... Minnie...”
Sesaat, Sungmin bernapas lega. “Kau tenang saja, aku tidak papa, aku bisa menjaga diri. Kau fokus saja dengan pekerjaanmu.”
Kau yakin?”
Seratus persen yakin. eh... bukankah seharusnya aku yang menghawatirkanmu? Kenapa sekarang jadi terbalik?”
Detik itu juga, terdengar suara tawa Kyuhyun. “Nyonya Cho... aku mencintaimu.”
Sungmin tersenyum manis. “Seperti aku mencintaimu.”
Sampai ketemu besok pagi.” ucap Kyuhyun.
Bye Kyu...” Sungmin menyungingkan senyuman manisnya.

Tut... Tut... Tut...
Perlahan, senyuman di bibir Sungmin mulai memudar. Dengan tatapan tajam, dia menghampiri tubuh Heechul.
Sungmin menghela napas pelan, sesaat kemudian, dia menatap pistol yang ada di tangannya. “Kim Heechul!” Sungmin mangangkat sebelah alisnya. “Kurasa... kau benar-benar ingin mati di tanganku.” bisiknya tajam.
=================

Sungmin berdiri di depan Cermin, merapikan rambutnya.
Apa ada sesuatu yang special?” tanya Kyuhyun. “Hari kau terlihat sangat cantik.”
Sungmin menoleh, sebuah senyuman tersunging di bibirnya. “Ada acara penggalangan dana untuk amal, di universitas. Well, sebagai salah satu panitia, tentu saja aku harus berpenampilan menarik.”
Bukan untuk menarik hati para donatur?” Kyuhyun mengerutkan dahi.
Sungmin, memukul lengan Kyuhyun pelan. “Jangan ngaco!”
Boleh kuantar?” goda Kyuhyun.
Sungmin memutar bola matanya. “Kau kan memang harus mengantarku!” Sesaat Sungmin melirik jam di dinding, “Aish... aku sudah hampir telambat.” Sungmin mendorong tubuh Kyuhyun keluar dari kamar.
===============

Acara penggalangan dana di universitas Hanyang berjalan dengan lancar.
Saat ini, Sungmin terlihat sedang berjalan menuju ruangannya yang mulai sepi. Sesaat langkahnya terhenti, di depan sebuah papan, yang menempel dengan cantik di dinding. Perlahan, tangannya mulai terulur, Sungmin mengeryit, seolah menahan sakit, saat jari-jarinya menyentuh sebuah ukiran timbul, yang terpampang dengan jelas di depannya, bertuliskan nama Kim Kibum.
Dertttt... Dertttt... Dertttt...
Sungmin tersentak, lamunannya buyar seketika, saat merasakan getaran ponsel di saku blezernya.
Yoboseo.”
Noona...” terdengar sura yang sedikit panik.
Zhoumi? Kau kenapa?” tanya Sungmin was-was.
Kau sedang sibuk?”
Eh? Tidak juga, ada apa?” tuntut Sungmin.
Bisakah kita bertemu hari ini? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan.”
Baiklah, setengah jam lagi kita bertemu di tempat biasa.”
Oke! Terima kasih noona.”
Tut... Tut... Tut...
Sungmin menatap ponselnya, melirik papan sekilas, sesaat kemudian dia kembali berjalan menuju ruangannya.
---------------------------

Sungmin sedikit berlari, menuju sebuah cafe. Begitu masuk, Sungmin langsung mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan, sambil mengatur napas.
Maaf, aku terlambat.” ujarnya saat berdiri di sebuah meja.
Noona.” wajah Zhoumi terlihat sedikit pucat.
Ada apa sebenarnya?” Sungmin mulai duduk di kursi, tepat di depan Zhoumi.
Heechul... menghilang.” gumam Zhoumi lirih.
Saat ini, Zhoumi tampak sangat kelelahan, ada lingkaran hitam dibawah matanya, seolah telah melakukan kerja rodi. Sungmin mengigit bibir bawahnya, melihat Zhoumi dalam keadaan kacau.
Sudah tiga hari dia menghilang. Tidak ada kabar sama sekali. Aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi... tetap tidak bisa menemukannya. Seolah dia lenyap di telan bumi.” Zoumi menunuduk, meletakkan kepalanya di atas meja.
Jangan bilang kau... mencarinya... selama tiga hari tanpa istirahat.” ada getaran dalam suara Sungmin. “Kumohon jangan membuatku merasa bersalah.” batin Sungmin.
Zhoumi mendongak lemah. “Aku istirahat kok, tadi sebelum kesini, aku sempat tidur sebentar di mobil.”
Sungmin membelalakkan matanya. “Mwo?”
===================

Sungmin berjalan terhuyung menuju kamarnya.
Dia berhenti di depan cermin, dan langsung mengertakkan gigi saat melihat bayangannya sendiri di cermin.
Sesaat kemudian, Sungmin menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Perlahan matanya mulai terpejam. Saat itu, sebuah bayangan muncul dalam benaknya.
«»«»«»«»«»«»«»«»

Sungmin kecil memegang tangan seorang namja. Mereka berjalan disepanjang koridor sebuah panti asuhan. Mereka berhenti di depan sebuah kamar.
Seorang petugas panti asuhan menyuruh mereka berdua masuk. “Mulai sekarang, dongsaengmu akan tinggal di kamar ini.”
Eeteuk oppa...” Sungmin mengeratkan tubuhnya pada Eeteuk.
Semua akan baik-baik saja.” Eeteuk memegang erat tangan Sungmin, saat mereka memasuki kamar tersebut.
Kalian orang baru?” tanya seorang namja yang kira-kira seumuran dengan Sungmin.
Sungmin melirik namja itu dari balik bahu Eeteuk.
Kalian akan tinggal disini?” tanyanya lagi. Eeteuk hanya menganggukkan kepala pelan. “Ah... Heechul pasti senang. Dia bisa bermain dengan yeoja itu.” namja itu menunjuk Sungmin. “Aish... dia pergi kemana sih?”
Eeteuk dan Sungmin saling pandang, keduanya sama-sama berfikir, bahwa namja yang ada di hadapan mereka, adalah namja aneh.

Ckelekkk...
Henry oppa, aku membawakan bunga un..”
Brukkk...
Seorang yeoja kecil jatuh terjebab di lantai.
Sakit...” teriaknya kencang.
Secara refleks, Sungmin langsung menghampiri yeoja itu. “Kau harus hati-hati.” ucap Sungmin sambil mengulurkan tangannya, berusaha membantu yeoja itu berdiri.
Yeoja itu mengerjapkan mata, menatap Sungmin bingung.
Hya. Heechul, kalau kau melihatnya seperti itu, nanti dia bisa kabur lho! Memangnya kau mau kehilangan seorang teman yang bisa diajak main?” Henry mengerutkan keningnya.
Mulut Heechul mengangga lebar, sejurus kemudian, dia mulai tersenyum. “Kau mau main denganku?” tanyanya penuh antusias, sambil memengang lengan Sungmin.
Tentu saja.” jawab Sungmin ramah.
Namaku Kim Heechul. Siapa manamu?”
Lee Sungmin. Dia Leeteuk, oppaku.” Sungmin tersenyum memandang Eeteuk.
Aku Henry Lau.” Henry menghampiri Eeteuk, sejurus kemudian mereka saling berjabat tangan.

Sudah sebulan, Sungmin dan Eeteuk, tinggal di panti asuhan itu, keduanya hanya akrab dengan Henry, dan Heechul.
Kemana-mana selalu berempat. Kamar Heechul dan Sungmin, selalu jadi tujuan utama mereka untuk berkumpul. Mereka selalu berbagi, saling melindungi, dan tentu saja sebuah ikatan persaudaraan, terjalin erat dalam hubungan mereka.
================

Beberapa Tahun Kemudian...

Heechul menyipitkan mata, berusaha fokus pada satu titik.
Dorrr...
Sebuah tembakan melesat, namun tidak tepat mengenai sasaran.
Apa-apaan ini?” teriak Sungmin, yang berlari menghampiri Heechul. “Siapa yang menyuruhmu menyentuh semua barang ini?” ucapnya garang.
Heechul mengerucutkan bibir. “Oppa...” Heechul memandang Eeteuk, sambil merajuk.
Aku yang mengijinkannya.” ucap Eeteuk santai.
OPPA!”
Sudahlah, kau jangan terlalu serius seperti itu. Heechul hanya ingin belajar.”
Untuk apa?” serga Sungmin.
Aku ingin bisa menjaga diri.”
Itu tidak perlu! Kami yang akan menjagamu.”
Unnie...”
Aku tidak mau mendengar bantahan!”
Dengan jengkel, Sungmin membereskan semua barang-barangnya.
Unnie...” Sungmin hanya diam, tidak menjawab. “Aku juga ingin seperti kalian. Aku ingin...”

Plakkk...
Sebuah tanparan mendarat mulus di pipi kiri Heechul.
Ingin seperti kami katamu? Kau ingin melumuri tanganmu dengan darah orang lain?” Sungmin membelalakkan mata lebar.
Unnie aku...”
Kau tidak tahu bagaimana pekerjaan ini membebani kami? Jangan coba-coba berpikir...” Sungmin mengatupkan rahangnya rapat, melemparkan pandangan menusuk pada Eeteuk, kemudian beranjak pergi.
Oppa...” Heechul membenamkan wajahnya di bahu Eeteuk.
Sudahlah Chulie... kau tahu dengan jelas bagaimana sifat Minnie.” Eeteuk berusaha menenangkan.
Tapi...”
Aish... kalian berdua sama-sama keras kepala.” Eeteuk menghela napas pelan. Kemudian membisikkan sesuatu di telinga Heechul.
Benarkah?” wajah Heechul tanpak berseri-seri.
Eeteuk menganggukkan kepala. “Besok. Di tempat Henry.”
------------------------

Sungmin berjalan di sebuah lorong yang gelap. Di sebelahnya, terlihat beberapa orang bertubuh besar.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah ruangan. Seorang pria paruh baya menyerigai pada Sungmin.
Aku ingin kau melakukan satu pekerjaan untukku.” Sungmin mengerutkan dahi. “Sebuah pekerjaan mudah. Karena aku sedang berbaik hati pada seseorang.”
Aku harus membereskan seseorang?” tanya Sungmin dengan nada dingin.
Kau memang yang gadis cerdas.” pria itu berjalan mendekati Sungmin. “Karena itulah aku sangat menyukaimu.”
Sungmin memutar bola matanya.
Dalam dua hari, bereskan orang ini.” pria itu menaruh sebuah foto di meja. “Jika gagal. Nyawamu taruhannya.”
Kau pikir aku amatiran?” tanya Sungmin, dengan sinis.
Pria itu mengangkat bahunya.
Sungmin memutar bola matanya, perlahan dia mulai melihat foto orang yang akan jadi sasarannya. Detik itu juga, Sungmin membelalakkan matanya lebar.
------------------------

Malam itu, Henry berlari di sebuah pelabuan. Sesaat dia berhenti, mulai mengatur napas, pandangannya berkelebat ke segala penjuru. Dengan sikap waspada, Henry mulai berjalan meninggalkan pelabuhan.
Beberapa saat kemudian, Sungmin berdiri tepat di depan Henry.
Minnie. Kenapa kau ada disini?” Henry menghampiri Sungmin. “Disini tidak aman.”
Aku tahu.” Sungmin menundukkan kepala.
Sebaiknya kita cepat pergi dari sini.” Henry berusaha menarik lengan Sungmin. Namun Sungmin hanya diam, membeku. “Minnie!”
Sejurus kemudian, Sungmin menatap Henry, matanya terasa panas. Perlahan dia mengarahkan sebuah pistol ke tubuh Henry.

Keduanya terdiam cukup lama, saling memandang, bukan pandangan marah, tapi pandangan penuh kelembutan.
Lakukan.” Henry terlihat sangat tenang.
Henry!” protes Sungmin. “Larilah selagi kau bisa!”
Dan membiarkanmu celaka? Aku tidak akan pernah berbuat seperti itu. Lakukan! Aku lebih rela mati di tanganmu.” Sungmin menggeleng, meneteskan air mata.
Lakukan!” bentak Henry.
Aku tidak peduli! Aku tidak sanggup melakukan ini!” Sungmin terlihat frustrasi.
Minnie.” Henry penyentuh kedua pipi Sungmin. “Percayalah padaku! Ini yang terbaik. Lakukan sekarang! Sebelum semuanya terlambat.”
Henry...” Sungmin memejamkan mata. Perlahan, dengan tangan yang gemetar, Sungmin kembali mengarahkan pistol pada Henry.
Apa aku harus mengajarimu lagi, bagaimana cara memegang pistol dengan benar?”
Sungmin tertawa miris. “Kau tidak pernah mengajariku, bagaimana caranya menodongkan pistol pada saudara sendiri.”
Henry menyentuh tangan Sungmin. “Inilah yang harus kau lakukan!” Henry membimbing tangan Sungmin, meletakkan pistol di pelipisnya sendiri. “Aku sangat menyayangimu Lee Sungmin. Lebih dari apapun di dunia ini.”
Sungmin kembali meneteskan air mata. “Henry...”
Dorrr...
Sungmin membelalakkan mata lebar. Saat menyadari Henry menekan tangan Sungmin, hingga tanpa sadar, Sungmin menekan pelatuk pistol.
Henry...” teriak Sungmin histeris.
==================

Beberapa Bulan Kemudian...

Kau harus segera pergi ke luar negeri! Aku dan Eeteuk oppa sudah mengurus semuanya.” kata Sungmin dingin.
Unnie!” protes Heechul.
Aku akan mengusahakan tempat yang aman untukmu.”
Aku aman jika berada di dekat kalian.”
Kau bisa mati konyol.” bentak Sungmin.
Itu tidak mungkin terjadi!”
Dengan geram, Sungmin, menodongkan pistol ke arah Heechul. “Aku sudah membunuh Henry. Bagiku tidak sulit jika harus membunuhmu.”
Heechul menelan ludahnya. “Aku tahu, kau tidak mungkin sangup membunuhku.”
Suatu saat, aku bisa benar-benar membunuhmu.”
Sungmin menatap Heechul dengan tajam.

Beberapa hari setelah kepergian Heechul, Eeteuk di temukan tewas.
Tidak ada petunjuk sama sekali, seolah kematian Eeteuk diliputi oleh sebuah tabir misteri. Sejak hari itu, satu tekad Sungmin, menemukan siapapun dalang, di balik kematian Eeteuk.
«»«»«»«»«»«»«»«»

Sungmin bangun dengan keringat bercucuran.
Kenapa aku memimpikan hal itu?” Sungmin melan ludah. Sesaat kemudian, dia berjalan menuju lemari. Membuka laci, dan mengambil sebuah kotak kecil.
Perlahan Sungmin membuka kotak itu, di dalamnya terdapat sebuah kalung, dengan sebuah kunci kecil berwarna perak, sebagai bandulnya.
Itu adalah kalung milik Kibum. Dengan tatapan tajam, Sungmin memegang kalung itu dengan erat.
============

Sungmin berjalan menuju sebuah gedung, yang tampak sepi. Tidak ada satupun satpam yang menjaga tempat itu. Sungmin mengerutkan dahi. Namun tetap melangkahkan kaki menuju tempat loker.
Tidak butuh waktu lama, Sungmin telah mencapai tempat tujuannya. Ini jauh lebih mudah, karena Kibum pernah mengajaknya kemari.
Ckelekkk...
Sungmin berhasil membuka loker itu dengan mudah.
Sungmin! Kenapa kau lama sekali?” sebuah suara menghentikan aktifitas Sungmin.
Sungmin menoleh, tidak jauh dari tempat Sungmin berdiri, ada Siwon disana bersandar pada dinding.
Aku sudah lama menunggumu. Apa perlu waktu lama untuk mencapai tempat ini?” ujar Siwon bosan.
Inspektur? Kenapa kau ada disini?”
Tentu saja menunggumu.” Siwon melirik loker di belakang Sungmin yang terbuka separoh.
Kau tahu tentang kalung Kibum?”
Siwon memutar bola matanya. “Tentu saja tahu. Hubunganku dan Kibum, lebih dari sekedar teman.”
Sungmin mengerutkan dahi. “Sejak kapan?”
Itu tidak penting.”
Bagaimana kau tahu aku yang mengambil kalung Kibum?”
Siwon mengangkat bahu. “Saat tahu kalung Kibum lenyap, aku langsung pergi kemari. Saat itu, tidak ada tanda-tanda orang yang mencurigakan pernah datang kemari. Aku mulai sadar, kaulah orang pertama yang menemukan Kibum. Kemudian aku ingat, malam sebelum kematian Kibum, dia meneleponku. Dengan gugup, dia mengatakan adik Eeteuk ada disini. Jika dugaanku tidak meleset, kaulah adik Eeteuk. Kau punya motivasi tersendiri untuk mengambil kalung itu. Hanya saja aku heran... kenapa kau membutuhkan waktu begitu lama, untuk pergi kemari.”
Sungmin mengertakkan mengerucutkan bibir, menatap Siwon tajam.

Dorrrr...
Terdengar sebuah tembakan yang memekakan telinga.
Beberapa saat kemudian, terlihat Sungmin berjalan keluar dari gedung, dengan sebuah buku di tangannya.
Drrrtttt...Drrrtttt...Drrrtttt...
Yoboseo.” Sungmin mengangkat ponselnya.
Minnie, hari ini sepertinya aku tidak bisa pulang. Entah kemana Inspektur Siwon akhir-akhir ini. Kami semua jadi harus kerja ekstra.” keluh Kyuhyun.
Sungmin menatap gedung yang ada di belakangnya. “Tidak papa. Sampai ketemu besok pagi. Jaga diri baik-baik.”
Minnie...” ucapan Kyuhyun terhenti karena sebuah pangilan dari rekannya. “Iya...iya... Minnie aku harus pergi. Bye.”
Tut...Tut...Tut...
Kyuhyun memutuskan sambungan teleponnya.
Dengan pandangan dingin Sungmin berjalan menuju mobilnya. Dia meletakkan buku yang dibawanya di jok, dan mulai menacap gak menuju sebuah gedung.

Sungmin mengendap-endap saat memasuki sebuah gudang bawah tanah, yang di atasnya berdiri sebuah gedung megah pencakar langit.
Beberapa orang terlihat sibuk hilir mudik, mengangkat barang keluar masuk.
Sungmin mengigit bibir bawahnya, saat menyadari ada seseorang yang mulai mendekatinya dari belakang.
Dengan sigap Sungmin menoleh, dan mengarahkan pistol pada orang tersebut. Tapi... detik itu juga Sungmin membelalakkan matanya lebar. Karena saat ini, Kyuhyun berdiri di hadapannya, keduanya saling menodongkan pistol satu sama lain.

**** TBC ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar