Kamis, 05 Januari 2012

«» First Love «»

Author : Me aka Reni Yunhae Uknow
Main Cast : Hwang Seulra
                     Lee Hyukjae
Genre : Fluff-Romance / Straight
Rated : PG-15
Length : OneShoot
Disclaimer : Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes! *langsung di tendang ke surga(?)*
Perhatian!!! Membaca ff ini bisa menyebabkan muntah kodok(?), mata mulas(?), perut pusing(?), dan kepala iritasi berat(?). Jika sakit berlanjut hubungi Rumah Sakit Jiwa wkakaka… *Langsung dimutilasi massa*
=================

₪₪ Seulra POV ₪₪

Kupatut diriku di depan cermin. Aku mendesah pelan, bisa kulihat pantulan seorang yeoja dengan penampilan yang bisa dibilang sempurna, tapi… rasanya tidak sesempurna hatiku saat ini.
Ckelekkk…
“Seulra, kau sudah siap?” kubalikkan tubuhku, saat mendengar suara yang tidak asing lagi bagi pendengaranku.
“Ne, eomma.” aku berusaha menyungingkan sebuah senyuman.
“Wow… lihatlah, siapa yang ada di hadapan eomma ini?” eomma mengusap lenganku dengan lembut. “Kau cantik sekali Seulra-ya…”

“Errr… eomma apa kita harus pergi?” tanyaku ragu-ragu.
“Seulra, haruskah eomma batalkan acara kita hari ini?” bisa kulihat kekecewaan di mata eommaku, aku hanya bisa diam sebagai jawabannya. “Seulra… apa kau begitu tidak mempercayai kami, sebagai orang tuamu? Sampai-sampai kau berfikir kami akan menjodohkanmu dengan namja yang tidak baik?”
Aku langsung membulatkan mata. “Eomma, kau bicara apa? Sungguh bukan begitu maksudku, hanya saja…” aku tidak meneruskan kata-kataku, apa yang harus kukatakan pada eommaku? Aku mencintai seseorang, yang keberadaannya saja tidak kuketahui? Bukan hanya itu, aku bahkan tidak pernah tahu bagaimana perasaannya padaku? Well, satu hal yang kutahu, hanya ada seorang namja yang mampu memporak-porandakan seluruh hidupku, miris bukan?
“Ra-ya… apa lagi yang kau pikirkan? Umurmu sudah mendukung. kau juga sudah menjadi wanita karir sekarang, seperti cita-citamu.” kali ini eomma bicara dengan nada yang lebih lembut. “Kami hanya ingin melihatmu bahagia, membangun sebuah rumah tangga, memiliki banyak keturunan.” kuputar bola mataku saat mendengar kata ‘keturunan’ keluar dari mulut eomma.
“Bilang saja eomma ingin cepat-cepat menimang cucu.”
“Itu kau sudah tahu.” eomma terkekeh pelan, dan aku? Hanya bisa mendengus. “Cepat turun, appamu sudah siap sejak…” eomma melirik jam di pergelangan tangannya, “20 menit yang lalu.”
“Ne, eomma.” untuk kesekian kalinya kuhela napas panjang, sebenarnya sebuah tindakan yang sia-sia, karena dengan melakukan itu tetap tidak akan bisa merubah keadanku saat ini.
Inilah sebuah titik terburuk dalam hidupku, apa lagi kalau bukan menghadiri sebuah acara perjodohan. Benar-benar buruk bukan? Lebih buruk lagi karena sampai saat ini hanya ada satu nama yang menancap erat di lubuk hatiku yang paling dalam. Lee Hyukjae, my first love…


== -Flashback, 8 Tahun yang Lalu- ==

Aku berdiri tepat di depan pagar sekolah.
Kutarik napas dalam-dalam, mencoba mengontrol detak jantungku yang mulai memburu. Well, ini hari pertamaku masuk sekolah, aku sudah jadi murid senior high school sekarang. Tanpa sadar tanganku telah terulur ke atas, aish… semoga tidak ada yang melihatnya, bisa-bisa aku dikira orang kurang waras.
Kulirik jam di pergelangan tangan kiriku, pantas masih sepi, aku datang terlalu pagi hehehe…
Sepertinya aku terlalu bersemangat. Baiklah, kuputuskan untuk berkeliling sekolah terlebih dulu.

Ah… aku menemukan tempat yang nyaman di sekolah ini, taman belakang. Udara di sini sejuk, bebrapa batang pohon yang menjulang tinggi, dan sepertinya… tempat ini jarang di kunjungi oleh murid-murid yang lain, buktinya aku melihat beberapa sampah yang berserakan (==’) ckckck…
Brukkk…
“Awww…” pekikku tertahan.
Aish! Benar-benar menyebalkan kenapa aku bisa terjatuh seperti ini? Apa yang kuinjak tadi? Aku menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya aku saat melihat seorang manja sedang menatap lurus ke arahku, wajahnya terlihat dingin, seolah ingin membunuhku, ya Tuhan… selamatkan hidupku.
Dengan cepat aku berdiri dan membungkukkan badan padanya. “Ma… maaf, aku tidak sengaja.”
Kulihat dia tidak bergeming, sejurus kemudian dia beranjak pergi meninggalkanku. Oke, sepertinya kau bisa bernapas lega kali ini, Seulra. Aku terus meliriknya, buru-buru menundukkan kepala saat langkahnya terhenti, dan berbalik menghadapku.
“Jangan pernah memamerkan celana dalammu di hadapanku.” ucapnya seraya memalingkan wajahnya, aku hanya bisa mengangguk pasrah, melihatnya yang perlahan mulai menghilang dari pandanganku.
Eh? Tunggu dulu! Apa yang dikatakannya tadi? Celana dalam?
“Kyaaa…” aku berteriak histeris, bisa kurasakan wajahku terasa sangat panas.
Aish! Kenapa dia tidak membunuhku saja? Arrggg… mau di taruh di mana mukaku ini? Huhuhu… (T__T) semoga aku tidak pernah bertemu dengan namja itu lagi. Dengan sengaja kubenturkan kepalaku di salah satu batang pohon, berharap aku bisa amnesia saat ini juga.

♣♣♣♣ ® ♣♣♣♣ 

Bel istirahat bagaikan simfoni nyanyian surga bagi kami, bagaimana tidak, siapapun pasti setuju kimia bukan mata pelajaran favorite semua orang.
Kulangkahkan kakiku menuju kantin sekolah, tempat itu sedang ramai saat ini, padahal aku sedang butuh ketenangan. Aha… aku ingat satu tempat yang menurutku sangat nyaman untuk… menenangkan diri. Dengan cepat aku membeli dua potong roti, dan sebotol air mineral, kemudian bergegas menuju taman belakang.

Langkahku terhenti, tidak jauh dari tempatku berdiri kulihat seorang namja yang tubuhnya tergeletak di dekat sebatang pohon yang rindang. Ya Tuhan… apa namja itu pingsan? Panik? Tentu saja aku panik. Apa yang harus kulakukan? Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menghampirinya.
“Ya… kau… kumohon sadarlah…” kuguncang tubuh namja itu, berusaha untuk menyadarakannya. “Ya Tuhan… bagaimana ini? Hey! Sadarlah… aish… kenapa kau bisa pingsan di tempat seperti ini? Bagaimana kalau tidak ada yang menemukanmu?” kutepuk pipinya, tapi tetap tidak ada reaksi.
Ayo Seulra berfikir cepat, biasanya… pertolongan pertama pada orang pingsan… gunakan bau-bauan yang menyengat, tapi apa? Di sini tidak ada apa-apa. Oya… buka kancing bajunya, agar darah dapat… mudah mengalir dan dia bisa mudah bernafas.
Saat tanganku hendak meraih kancing bajunya yang keempat, tiba-tiba kurasakan sebuah tangan mencengkeram lenganku dengan erat. Aku menoleh ke arahnya, ya Tuhan… syukurlah dia sudah sadar.
“Kau mau berbuat mesum padaku?”
Aku mengeryitkan dahi, menatap wajahnya. “Apa maksudmu? Aku berusaha menolongmu.” kulihat dia memincingkan matanya -yang sipit itu- dan melirik ke bagian bawah tubuhnya, aku mengikuti arah pandanganya. Mataku membelalak saat meyadari tangan kananku menyentuh dada bidangnya yang hampir telanjang, dan tangan kiriku sedikit menekan bagian perutnya.“Tidak-tidak… aku tidak bermaksud seperti itu.” kuangkat kedua tangan bodohku tinggi-tinggi.
“Lantas apa yang kau lakukan? Berusaha ‘menyerangku’ yang sedang tidur?”
Jederrrr…
Seolah ada petir yang menyambar tepat di depan wajahku, kata-katanya sungguh membuatku shock.
Ja… jadi dia tadi sedang tidur? Oh sial! Namja ini pasti berfikir… aku mencoba untuk melecehkannya (T__T) tidakkah dia sadar dengan niat baikku? (T__T)

“Aku benar-benar tidak tahu kau sedang tidur. Dalam pikiranku… aku hanya melihat seorang namja yang tergeletak pingsan. Lagipula… kalau kau tadi tidur… kenapa tidak bangun saat aku menguncang tubuhmu?”
“Mencoba melemparkan kesalahan ee…?”
“Ahni… aku hanya…”
“Membela diri? Ck…”
Kulihat dia berdiri, kepalanya menengadah, mengancingkan bajunya satu persatu, dan apa yang kulakukan? Kenapa aku tidak bisa melepaskan pandangan dari namja itu? Oke, harus kuakui posenya yang seperti itu terlihat… errr… apa terlalu berlebihan jika kubilang dia terlihat… tampan? Aish! Hwang Seulra! Otakmu sudah kacau!
“Kenapa kau melihatku seperti itu?” sial! Aku langsung menundukkan kepala, malu? Tentu saja! Well, apa ini hanya perasaanku? Kenapa udara tiba-tiba terasa semakin panas? “Apa kau terpesona padaku, nona celana dalam?”
“Aish! Mana mungkin aku terpesona padamu?” kulihat dia mengedikkan bahunya, kemudian berlalu pergi dari hadapanku.
Cih! Tidak kusangka dia ternyata namja narsis, ‘Apa kau terpesona padaku, nona celana dalam?’  Hadeh… tunggu dulu, mwo? Apa yang dikatakannya tadi? Celana dalam? Jangan bilang dia namja yang sama dengan yang waktu itu. Oh… TIDAK!
“Hya! Aku bukan nona celana dalam! Namaku Hwang Seulra!” jeritku entah dia mendengarnya atau tidak, yang penting aku bisa meluapkan emosiku saat ini. Huhuhu… memalukan!

♣♣♣♣ ® ♣♣♣♣ 

Krekkk…
Sialan! Tanpa sengaja aku menginjak ranting hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.
“Hey… kau…”
Aku hanya bisa mendesah pelan, rencana kaburku gagal total.
Kubalikkan tubuhku dengan perasaan enggan. “Kau memanggilku?”
“Apa kau melihat di sini ada orang lain?”
Kuputar bola mataku. “Kenapa memanggilku?”
Namja itu mengedikkan bahunya. “Kenapa kau ada di sini?”
Aku mendengus kesal, “Memangnya ini tempatmu?” gerutuku.
“Begitulah, setidaknya sebelum kau datang, nona celana dalam.”
“Jangan memanggilku seperti itu! Aku punya nama!” aku berjalan kearahnya sambil menghentakkan kakiku, namja ini benar-benar menyulut emosiku, sebenarnya… rasa maluku lebih dominan sih. Kutatap wajahnya yang terlihat datar, aish… namja macam apa yang ada di hadapanku ini? Bahkan tidak ada niat untuk minta maaf padaku? Dia kan sudah memanggilku dengan sebutan yang tidak layak jual(?). “Hwang Seulra.”
Namja itu menaikkan sebelah alisnya, menatap uluran tanganku, sejenak. “Lee Hyukjae.”
Aku menganggukkan kepala, pandanganku menyapu seluruh tubuhnya, eits… jangan salah paham, aku hanya ingin tahu dia ini sudah tingkat berapa karena…
“Kau mencari ini?” dia menyodorkan dasinya yang baru dikeluarkan dari kantung celananya.
Mataku melebar saat melihat warna dasi yang ada di tangannya, merah? Itu artinya… dia sudah tingkat tiga? “Maaf… sunbae… aku sudah berlaku tidak sopan.” kubungkukkan tubuhku.
“Tidak masalah, lagipula kau selalu memberiku sebuah tontonan menarik.”
“Eh?” kugaruk pelipisku, bingung.
“Lupakan.” Hyukjae sunbae berdiri, mulai beranjak pergi. “Oya, mungkin aku bisa berbagi tempat denganmu, jadi… kau tidak perlu mengendap-endap untuk berada di sini.”
“Eh? Terima kasih, sunbae.”

Sejak hari itu, aku lebih sering menghabiskan waktu berada di taman belakang -tentu saja saat jam kosong- dan kebanyakan aku lebih sering melihat Hyukjae sunbae tidur di bawah pohon, memang udara di sini sangat mendukung, tapi… yang kulihat… seolah dia tidak pernah tidur saja Ckckckc…

♣♣♣♣ ® ♣♣♣♣ 

Aku melihat seorang yeoja berdiri tepat di hadapanku, dia melipat tangannya di depan dada, menatapku lurus dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Kulirik dasi yang dikenakannya, Biru, ternyata dia sunbae di tingkat dua.
“Jadi kau yang bernama Hwang Seulra?” tanyanya dengan nada dingin.
“Ne, sunbae…” kuberikan senyuman terbaikku.
“Oh.” ucapnya datar kemudian berlalu pergi, meninggalkanku yang masih terbengong, tidak mengerti. Sebenarnya apa maksudnya? Aku bahkan tidak mengenalnya.
“Seulra, apa yang kau bicarakan dengan Jihee unnie?” aku menoleh, kudapati Min Heera, teman sekelasku, menatap kepergian yeoja… ralat sunbae itu dengan mata yang berbinar-binar.
“Tidak ada pembicaraan khusus. Kau mengenalnya?” tanyaku pada akhirnya.
Heera mengeryitkan dahi. “Seulra, sudah berapa lama kau sekolah di sini?”
“Ehmmm… hampir empat bulan.”
“Kau tidak mengenal Jihee unnie?” aku menggelengkan kepala. “Aish! Kau ini. Dia itu salah satu primadona di sekolah ini. Kubilang salah satu karena di sini ada 4 orang primadona di tingkat dua
Jihee unnie, Riyoung unnie, Hyungi unnie, dan Cha-cha unnie, mereka itu bla… bla… bla…”
Oke, bukannya aku tidak tertarik dengan semua informasi dari Heera, hanya saja… aku masih bingung, dari mana Jihee sunbae tahu namaku? Kenapa dia menatapku seperti itu? Memangnya apa salahku? Aku bahkan baru bertemu dengannya. Aish! Benar-benar memusingkan.
========

Untuk kesekian kalinya, kulihat namja itu tertidur di bawah pohon. Aku ingin berbalik pergi tapi… entah kenapa kakiku malah terus melangkah ke arahnya? Aish! Ada apa dengan kerja otakku? Kenapa aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri?
Kubungkukan sedikit badanku, melihat dengan jelas tiap detail dari wajah Hyukjae sunbae, ah… sejak kapan dia berubah jadi setampan ini? Eh? Apa yang baru saja kupikirkan?
“Apa aku setampan itu?” tiba-tiba kudengar dia bicara, tanpa membuka matanya, “Sudah puas menatapku dengan pandangan kagum seperti itu?”
“Ka… kau sudah bangun?” ucapku sedikit gugup, aish! Aku mereutuk diriku sendiri, kenapa aku selalu bersikap bodoh di depan namja satu ini?
“Tentu saja, bagiamana aku bisa tidur kalau kau menatapku seolah-olah ingin menyerangku.”
“Mwo? Mana ada hal seperti itu?” sergahku, bisa kudengar suara kekehannya yang membuatku mendengus kesal. Dengan cepat aku berbalik, sebaiknya aku segera pergi dari sini.
Greppp…
Aku tersentak saat menyadari tangannya tiba-tiba mencengkeram lenganku. “Mau kemana kau?”
“Pergi, aku tidak akan mengganggumu.”
“Dasar tidak bertanggung jawab.”
“Eh?”
“Bukankah seharusnya kau bertanggung jawab karena telah mengganggu tidurku.”
“Lalu? Apa yang kau inginkan, Hyukjae-ssi.” tukasku sedikit tajam.
Hyukjae sunbae menarik lenganku, hingga aku terduduk di sampingnya. “Temani aku di sini.”
“Tapi ak…” kata-kataku terhenti, jantungku berdebar dengan kencang saat mendapati kepala Hyukjae sunbae telah berada dalam pangkuanku. “Su… sunbae… apa yang kau lakukan?” sebisa mungkin aku mencoba mengontrol nada suaraku.
“Apa? Aku hanya ingin tidur, posisi ini cukup nyaman.”
Aku yakin seyakin-yakinnya… wajahku pasti sangat merah saat ini. Kualihkan pandangan kebeberapa pohon di sampingku, mencermati tiap daun di sana, berusaha mengalihkan pikiranku. Jujur saja, aku tidak berani melihat wajah Hyukjae sunbae yang tengah tidur di pangkuanku, jika aku melakukan hal itu… demi Tuhan… bisa-bisa jantungku meledak saat ini juga.

♣♣♣♣ ® ♣♣♣♣ 

Ah… sepertinya aku terlalu bersemangat hari ini, buktinya hanya ada segelintir orang yang sudah berada di sekolah.
“Oppa…” langkahku terhenti saat melihat seorang yeoja tengah menarik lengan seorang namja.
“Apa lagi Jihee-ya…” ucap namja itu dengan nada lembut, tunggu dulu, bukankah itu Hyukjae sunbae.
“Kau akan pergi denganku malam ini kan? Ayolah… apa kau tega membiarkanku sendiri.” Jihee sunbae menundukkan kepalanya, sejurus kemudian tangan Hyukjae sunbae telah mengusap rambut Jihee sunbae dengan penuh kelembutan, dan tatapan Hyukjae sunbae saat itu… eughhh… kenapa dadaku terasa… sakit, menyesakkan saat melihat pemandangann ini?
“Jagan merajuk seperti itu, seolah aku bisa menolak pertmintaanmu saja.”
“Jadi… kau mau pergi denganku?” Hyukjae sunbae menganggukkan kepalanya seraya menyunggingkan senyuman lembutnya. “Hehehe… Oppa… kau akan mentraktirku kan?”
“Eh? Kenapa jadi seperti itu?”
“Oppa… kau tidak sayang padaku?”
“Aish! Untung kau ini Jihee, kalau bukan karena aku…”
“Iya-iya… kau cinta padaku.” kuremas tali tasku, sakit… sangat sakit mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Jihee sunbae. “Makannya kau rela berkorban untukku, aku sudah bosan mendengar kata-kata itu oppa, sekarang cepat masuk ke kelasmu, urusanku sudah selesai.” Jihee sunbae berusaha mendorong tubuh Hyukjae sunbae.
Aku masih berdiri diam, menatap nanar, punggung Hyukjae sunbae yang mulai menjauh. Entah mengapa rasanya mataku mulai memanas, buru-buru kualihkan pandangan, shock adalah reaksi pertamaku, sejak kapan Jihee sunbae menatapku seperti itu? Satu lagi kenapa dia tersenyum seperti itu?
========

Kuhela napas pelan, berbagai spekulasi -tentang Jihee sunbae- muncul dalam otakku, dan semuanya termasuk dalam kategori tidak masuk akal. Akhirnya… kuputuskan untuk mendekati Min Heera, dia kan ‘tukang gosip’ paling yahud di sekolah ini.
“Ehmmm… Heera, boleh aku tanya sesuatu?”
“Apa? Tanyakan saja.” kenapa dia terlihat sangat bersemangat?
“Kau tahu apa hubungan Jihee sunbae dan Hyukjae sunbae?” kulihat Heera menatapku dengan wajah penuh tanda tanya. “Errr… aku hanya merasa mereka berdua pasangan yang cocok, apa mereka pacaran?” detik itu juga Heera tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai memukul-mukul meja, kuputar bola mataku. “Oh… ayolah, bagian mana dari kata-kataku yang terkesan lucu, Min Heera-ssi?” tukasku.
“Kau… hahaha… bagaimana kau bisa berfikir Jihee unnie terlihat cocok dengan Hyukjae oppa? Kau tidak tahu mereka seperti… predator dan mangsanya?”
“Maksudmu?”
“Jihee unnie itu adik kandung Hyukjae oppa, tapi… hubungan mereka sedikit… errr… bisa dibilang Jihee unnie selalu menjadikan Hyukjae oppa sasaran kejahilannya.” Heera kembali tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya.
Ya Tuhan… kenapa ada sebuah kelegaan yang muncul dalam hatiku, saat mengetahui hal ini? Atau jangan-jangan selama ini aku memang menyukai Hyukjae sunbae? Tanpa sadar sudut bibirku telah tertarik, membentuk sebuah senyuman.

♣♣♣♣ ® ♣♣♣♣ 

Apa yang sedang kulakukan sekarang? Konyol? Mungkin, tapi… tak dapat kupungkiri dalam sudat hatiku ada sebuah luapan kebahagian. Well, sudah pasti aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bagus seperti ini -menjadi lebih dekat dengan Hyukjae sunbae- apalagi… ehmmm… membiarkan namja yang sangat kusukai ini tidur dalam pangkuanku, demi Tuhan… moment ini merupakan sebuah anugerah, menurutku hehehe…
“Hey! Bisakah kau berhenti membaca saat bersamaku?” suara Hyukjae sunbae telah sukses membuyarkan lamunanku.
Aku menunduk, menatap kedua bola matanya. “Memangnya aku harus melakukan apa?” tidak tahukah kau? Aku melakukan ini sekedar untuk mengalihkan perhatian, setidaknya cukup efektif untuk mengontrol detak jantungku.
“Terserah, asal jangan membaca.”
“Eh? Aku kan tidak membaca dengan suara nyaring?”
“Yang jelas aku tidak suka. Lakukan hal yang lain saja.”
Aku mengeryit, “Hyukjae sunbae, aku tidak mungkin makan roti, bisa-bisa wajahmu penuh dengan remahan roti, aku juga tidak mungkin berdiam diri hanya menunggumu bangun dari tidur, itu akan… terasa sangat membosankan.”
Hyukjae sunbae beranjak dari posisinya -tiduran di pangkuanku- kemudian duduk tepat dihadapanku dengan sorot mata yang tidak bisa kuartikan. “Jadi kau bosan saat bersamaku?”
Aku terkesiap saat mendengar nada dingin dalam suaranya. “Eh? Tidak… kapan aku bilang seperti itu?”
“Lalu?”
Kuhela napas pelan. “Sunbae, aku hanya ingin membaca, apa itu salah?”
“Salah! Kau mengganggu konsentrasiku.”
“Eh? Konsentrasi? Bukankah kau mau tidur?”
“Benar, konsentrasi tidurku jadi hilang.” semburnya tidak mau kalah. Memangnya tidur butuh konsentrasi? Dasar orang aneh! Kenapa aku bisa suka dengan orang aneh ini? Bukankah itu artinya aku jauh lebih aneh? Hadeh…
“Baik-baik, aku tidak akan membaca lagi, apa kau senang?”
“Sangat!” Hyukjae sunbae tersenyum lebar -hingga menampakkan gusinya- manisnya… ya Tuhan… tidak salah aku menyukainya. Detik berikutnya dia kembali merebahkan tubuhnya, memposisikan kepalanya dalam pangkuanku.

“Hoammm…” suara itu, dengan cepat kualihkan pandanganku pada Hyukjae sunbae yang dengan cepat telah duduk di sampingku.
“Tidurmu nyenyak?”
“Hemmm… terima kasih.” Hyukjae sunbae berdiri, dan meregangkan tubuhnya. “Seulra.” aku mendongak menatap wajahnya. “Ehmmm… kau ada acara sepulang sekolah?”
“Eh? Tidak juga, kenapa?”
“Sepulang sekolah nanti, tunggu aku di sini.”
“Memangnya ada apa?”
“Kau akan tahu nanti. Ingat jangan pulang sebelum aku datang, kau paham?” aku mengangguk pelan. “Kau bisa berdiri?” tanyanya seraya merngulurkan tangan.
Kuraih tangannya, aku meringis, menatapnya dengan pandangan sayu. “Kakiku sudah mati rasa.”
========

Aku menengadah, menatap daun-daun yang setia menempel pada ranting pohon. Senyumku terkuar begitu saja, mengingat bahwa saat ini aku sedang menunggu namja yang kusuka.
“Seulra…” kudengar suara seorang namja yang terdengar habis berlari.
Aku mengeryit, melihatnya telah berdiri di hadapanku sambil mengatur napasnya. “Sungmin oppa, apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku mencarimu dari tadi.” aku mengeryitkan dahi, merasa bingung dengan kata-katanya. “Seulra, kau bisa membantuku?” ah… aku paham sekarang.
Well, kalian bertanya-tanya siapa itu Sungmin oppa? Jawabnnya adalah… dia temanku sejak kecil, tetanggaku, setahun lebih tua dariku -yang artinya dia adalah sunbaeku- namja baik hati yang pernah ku kenal, manis -kalau dia tahu aku menyebutnya manis pasti kepalaku langsung dipenggal- sedikit bodoh, menurutku wkakaka… aish! Kurasa sudah cukup membicarakannya.
“Apa?” tanyaku datar.
“Kau tahu Choi Cha-Cha?” sepertinya aku pernah mendengar nama itu. “Dia teman sekelasku.” kulihat raut kejengkelan menyelimuti wajahnya. “Aish! Kau ini benar-benar kurang pergaulan.” cibirnya.
Aku melotot kearahnya. “Lalu, apa hubungannya denganku?”
“Begini, aku beniat untuk memintanya jadi yeojachinguku.” ucapnya malu-malu.
Kunaikkan sebelah alisku. “Lantas?”
“Bantu aku ehmmm… berlatih.” kuputar bola mataku. “Mau ya…” ucap Sungmin oppa dengan kata-kata merajuk sambil meraih tanganku.
“Aish! Menyusahkan saja.” gerutuku. “Iya-iya, aku akan membantumu, oppa.”
“Oke, jangan buang-buang waktu, kau siap?” aku mengangguk, kulihat Sungmin oppa memejamkan matanya sejenak kemudian menarik napas dalam-dalam. “Ehmmm… sebenarnya… sudah sejak lama aku menyukaimu, bahkan lebih dari sekedar rasa suka.” perlahan Sungmin oppa meraih kedua tanganku. “Saranghae, maukah kau jadi pacarku?” jujur saja aku ingin tertawa, wajah Sungmin oppa benar-benar tak ternilai(?).
“Ehmmm… oppa… mianhae…”
“Eh? Kenapa jawabanmu begitu?” gerutunya.
“Memangnya aku harus bilang apa? Ne oppa aku mau jadi pacarmu, begitu? Oppa, kau harus mempersiapkan jawaban terburuk bukan?”
“Tapi… aku tidak mau mendengar jawaban seperti itu.” Sungmin oppa mulai merajuk.
“Begini saja, bagaimana kalau kita sedikit taruhan?” Sungmin oppa melirikku sambil mengerucutkan bibirnya. “Kalau Cha-Cha unnie menolakmu, itu artinya aku yang menang jadi… kau harus mentraktirku makan sepuasnya di cafe yang kutentukan.” Sungmin oppa terlihat berfikir keras. “Dan kalau Cha-Cha unnie menerimamu, kau tetap harus mentraktirku.”
“Hya! Itu tidak adil.”
“Siapa bilang? Bukankah kalau kalian resmi pacaran itu artinya… oppa harus membayar pajak jadian.” kudengar Sungmin oppa mulai menggerutu tidak jelas, aku hanya bisa terkekeh.
Pada akhirnya, mau tidak mau aku menemani Sungmin oppa berlatih hingga perasaannya tidak gugup lagi. Aku terus memberinya semangat, karena aku tahu Sungmin oppa tidak akan main-main dalam masalah yang satu ini. Tahu apa yang kupirkan? Sungmin oppa terlihat sangat manis hehehe…

Kulirik jam di pergelangan tanganku. Sudah hampir dua jam aku menunggu Hyukjae sunbae di tempat ini, tapi… kenapa dia belum datang juga? Apa mungkin dia lupa? Errr… itu tidak mungkin, bukankah dia yang membuat janji? Baiklah aku akan menunggunya.
Sedikit bosan, aku mulai merogo tasku, mencari I-pod kesayanganku.
Ketemu, kupasang ear phone di kedua telingaku, kemudian memejamkan mataku, mendengarkan alunan musik yang menenangkan pikiran.
Aku tidak sadar sudah berapa lama berada di sini, sepertinya aku ketiduran, langit sudah berubah warna, perutku juga mulai keroncongan, kulirik jam di pergelengan tanganku, mwo? Sudah jam enam petang? Pantas saja. Kulihat sekelilingku, tentu saja sepi, ke mana Hyukjae sunbae?
Bodoh! Kenapa baru ingat ponsel sekarang? Dengan cepat kuambil ponsel di tasku, sedikit kecewa ternyata Hyukjae sunbae tidak menghubungiku sama sekali, kutekan beberapa tombol untuk menghubunginya, hasilnya nihil, nomornya tidak aktif.
Oke, tenangkan dirimu seulra, mungkin hyukjae sunbae punya alasan yang cukup mendesak hingga melupakan janjinya denganmu. Kuhela napas pelan, sebaiknya aku pulang saja, kupastikan besok aku akan minta penjelasan darinya.

♣♣♣♣ ® ♣♣♣♣ 

Aku berjalan di sepanjang koridor menuju kelas, sesekali menutup mulutku yang menguap lebar, tidak asikkan kalau ada bola basket yang nyangkut di mulutku(?). Aish ini semua gara-gara Hyukjae sunbae, membuatku tidak bisa tidur nyenyak semalam, sebenarnya kenapa dia mengajakku bertemu? Tidak, pertanyaan yang paling ingin mendapat jawaban adalah kenapa dia tidak datang kemarin? Tega sekali dia membiarkanku menunggunya seperti itu, tanpa kabar sedikitpun? Hadeh… untung Hyukjae sunbae namja yang kusuka, setidaknya… aku bisa dengan mudah untuk memaafkannya.
“Seulra… ada kabar menghebohkan.” kulihat Heera berlari sambil berteriak-teriak tidak jelas (==’).
“Hya! Kenapa kau suka bersikap heboh?” cibirku.
“Aish! Siapa yang tidak akan heboh, kau tahu Hyukjae oppa dan Jihee unnie pindah sekolah hari ini.” Deg… jantungku berdebar kencang, seolah ada sesuatu yang menghimpit dadaku, menyesakkan. “Ah… berkurang sudah pemandangan indah di sekolah ini bla.. bla… bla…”
Rasanya aku sudah tidak bisa mencerna dengan baik tiap kalimat yang dilontarkan oleh Heera, kuremas tali tasku, aku berjalan menjauh dari Heera, untuk saat ini aku tidak ingin mendengar apapun, sakit, hatiku terasa sangat sakit.
Kenapa Hyukjae sunbae pergi? Apa maksud semua ini? Aku bahkan tidak pernah mendengar masalah ini sebelumnya. Mungkinkah… kemarin dia… ingin mengucapkan salam perpisahan?
Kalian tahu bagaimana perasaanku saat ini? Hancur lebur tak bersisa. Inikah akhir dari kisah cintaku? Tanpa sadar aku telah meneteskan banyak air mata, aku menengadah, menatap langit biru, goodbye… my first love…

== -End of Flashback- ==


“Yup, kita sudah sampai.” suara lembut eomma membuyarkan semua lamunanku. “Kau tenang saja Seulra, keluarga mereka sangat baik, eomma jamin itu.” aku menoleh ke arah eomma, kuberikan senyuman terbaikku padanya.
“Ayo cepat kita turun, tidak baik membiarkan mereka menunggu terlalu lama.” suara berat appa terdengar begitu menenangkan, aku tahu kedua orang tuaku berharap perjodohan ini berjalan dengan lancar. Ya Tuhan… semoga ini yang terbaik.

Aku mengisi paru-paruku dengan udara sebanyak-banyaknya, entah kenapa aku merasa sedikit… gugup? Oke, aku sedang menghadiri sebuah perjodohan, wajar saja aku merasa gugup bukan?
Kulangkahkan kakiku, memasuki sebuah rumah yang mewah? Well, setidaknya rumah ini jauh lebih besar daripada rumah milik kami, tanpa sadar aku telah mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah, menganggagumi seluruh isi dari rumah ini.
“Ah… kalian sudah datang.” seorang wanita seumuran dengan eomma menyambut kami dengan ramah. “Jadi ini yang bernama Hwang Seulra? Cantik sekali.” aku hanya bisa memberikan sebuah senyuman manis pada ahjumma itu. “Ayo kita ke ruang keluarga.” dengan cepat ahjumma mengapit lenganku.
Tidak butuh waktu lama, kami telah sampai ke tempat tujuan. “Yeobo, coba lihat siapa ini.”
“Ah… kau pasti yang bernama Hwang Seulra?” aku tersenyum dan mengangguk pelan. “Tuan Hwang, rupanya selama ini kau menyembunyikan yeoja secantik ini? Aku benar-benar kecewa.” ahjushi menggeleng-gelengkan kepalanya, kudengar appa tertawa riang. “Tapi untung saja dia akan jadi bagian dari keluarga Lee, jadi… termaafkan.” bisa kulihat ahjushi meninju lengan appa pelan, kemudian keduanya tertawa lepas.
Kualihkan pandanganku pada sesosok namja yang sedang duduk tenang sambil tersenyum ke arahku. Oke, kuakui dia terlihat sangat tampan -meski masih jauh lebih tampan Hyukjae sunbae, menurutku- tatapan matanya terlihat sangat teduh -sejujurnya aku lebih suka melihat tatapan dari mata sipit Hyukjae sunbae- senyumnya terlihat cukup menawan -dan lagi-lagi aku jauh lebih suka senyuman Hyukjae sunbae dengan gummy smilenya- oh… ayolah Seulra, berhenti membanding-bandingkan namja di hadapanmu ini dengan Hyukjae sunbae, itu terlalu tidak sopan.
“Oya, Seulra, kenalkan itu Lee Donghae, dia…” kata-kata ahjumma terpotong karena sebuah teriakan.
“Hya!” aku menolah, kulihat seorang yeoja tengah memunggungi kami dengan sebuah ponsel yang menempel di telinganya. “Aku tidak peduli kau harus sampai di rumah dalam waktu lima menit.” sepertinya yeoja itu memutuskan sambungan ponselnya.
“Jihee!” aku tersentak mendengar nama itu, “Jaga sikapmu, kau tidak lihat di sini ada tamu?” tegur ahjumma dengan nada lembut.
Perlahan yeoja -yang namanya mengingatkanku pada Hyukjae sunbae- membalikkan tubuhnya, ya Tuhan… kakiku terasa lemas, “Sunbae…” bisikku lirih. Bagaimana mungkin semua ini terjadi? Jangan bilang Lee Donghae adalah saudara dari Jihee sunbae, karena itu artinya…
“Annyeong ahjumma, ahjushi.” Jihee sunbae membungkukkan sedikit tubuhnya. “Hai Seulra… lama kita tidak bertemu.” Jihee sunbae menyungingkan senyuman manisnya padaku, errr… aku tidak salah lihat kan? Seingatku, aku hanya pernah… sekali bicara dengannya -sebenarnya tidak pantas di sebut bicara sih, karena situasinya tidak begitu nyaman, menurutku- dan lagi-lagi aku di kejutakan dengan sikapnya yang tiba-tiba memelukku dengan erat, membuat seluruh tubuhku membeku seketika.
“Jihee mana oppamu?” ucapan ahjushi membuat tubuhku kembali menegang.
“Oh… akan segera sampai, tadi aku sudah mengancamnya.” Jihee sunbae tersenyum tanpa dosa.
“Kau ini selalu saja menjahili oppamu.” tegur ahjumma, Jihee sunbae hanya terkekeh pelan.
Tidak lama kemudian, kudengar suara derap langkah yang semakin mendekat, aku langsung menoleh ke arah sumber suara.
“Maaf aku terlam…” kata-katanya terputus saat menyadari keberadaanku, mata kami bertemu, ya Tuhan… aku melihatnya, tidak salah lagi itu dia, Hyukjae sunbae.
“Ah… Oppa… sebaiknya kau ajak Seulra ke taman belakang.” aku masih belum mencerna dengan baik semua situasi ini, tiba-tiba kurasakan Jihee sunbae mendorong tubuhku pelan. “Kau berhutang padaku, kakak ipar.” bisiknya lirih, rasanya… pikiranku masih kacau.
========

Aku duduk diam di sebuah kursi panjang, di taman belakang rumah keluarga Lee.
Untuk beberapa waktu aku mulai mencerna semuanya, ternyata… namja yang bernama Lee Dongahe itu kekasih Jihee sunbae, apa kalian tahu siapa namja yang di jodohkan denganku? Yup, tidak lain adalah Hyukjae sunbae, kalian tahu apa yang kurasakan saat ini? Sebuah kegembiraan yang meluap-luap tapi… tahu apa yang terjadi saat ini? Keheningan. Entahlah… mungkin kami berdua sibuk dengan segala spekulasi yang bekecambuk dalam pikiran masing-masing.
“Ehmmm… Seulra.” aku langsung menoleh padanya. “Sudah lama kita tidak bertemu,” kulihat Hyukjae sunbae menggaruk-garuk tekuknya. “Bagaimana kabarmu?”
Kupaksakan diriku untuk tersenyum. “Aku baik-baik saja, bagaimana dengan sunbae?” canggung, itulah suasana yang kami hadapi saat ini.
“Aku juga baik-baik saja.”
Sejujurnya, ada banyak kata-kata yang ingin kuucapkan, tapi… bibirku terasa keluh, suaraku tercekat di tenggorokan, apa akhirnya kami berdua lebih memilih kembali larut dalam kebisuan masing-masing.
“Maaf.” Hyukjae sunbae kembali membuka suaranya.
Kuhirup napas dalam, mencoba menenangkan laju jantungku. “Untuk?”
“Segalanya.”
Kugigit bibir bawahku, aku tidak ingin kami kembali larut dalam keheningan, “Hyukjae sunbae, boleh aku bertanya sesuatu?”
“Apa?”
Kutundukkan wajahku, “Kenapa saat itu kau tidak datang? Kau tahu kau menunggumu sampai hari menjelang malam.” seolah menoreh luka lama, rasa sakit hati kembali menjalar di sekujur tubuhku.
Bisa kudengar suara helaan napasnya, “Sebenarnya aku datang,” aku tersentak, menatap wajahnya lekat-lekat. “Aku datang di saat yang tidak tepat.” aku mengeryit, tidak mengerti. “Kulihat kau dan Sungmin… aku hanya tidak ingin mengganggu.”
Mataku melebar. “Aku dan Sungmin oppa…”
“Kau bahkan memanggilnya oppa?” Hyukjae sunbae menatapku sayu, apa-apaan itu? “Mungkin terkesan tolot, tapi aku benar-benar sakit hati saat itu, karena itulah kuputuskan untuk pindah sekolah hari itu juga.”
“Sakit hati?” tanyaku ragu-ragu.
“Apa sikapku tidak cukup untuk menunjukkan perasaanku?”
“Eh?”

“Aku menyukaimu, Hwang Seulra. Sejak delapan tahun yang lalu.”
Aku hanya bisa mengerjapkan mata, mengetahui kenyataan yang luar biasa ini. “Sunbae…”
“Berhenti memanggilku sunbae!” tukasnya. “Panggil aku oppa! Bukankah kita akan segera menikah?”
Oke, sepertinya aku harus meluruskan beberapa masalah. “Errr… oppa, saat itu aku hanya membantu Sungmin oppa.” kulihat dia menatapku tajam, kuhela napas pelan. “Sungmin oppa hanya memintaku untuk menemaninya berlatih, dia mau menembak Cha-Cha sunbae, saat itu.”
“Mwo?” pekikinya. “Ja… jadi…”
“Jadi kau salah paham oppa, dan asal kau tahu, saat itu… ahni… bahkan sampai sekarang hanya Lee Hyukjae satu-satunya namja yang kusuka.”
“Seulra…” aku terhenyak, jantungku berdebar dengan kencang, saat Hyukjae sunbae meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. “Maaf, aku telah berlaku bodoh, meninggalkanmu tanpa tahu perasaanmu yang sebenarnya, diriku terpuruk tanpa mau mendengar kata-kata orang lain. Aku…”
“Oppa, aku juga bodoh, karena tidak pernah mengerti semua sikapmu padaku.” mataku melebar saat merasan dahi Hyukjae oppa menempel di dahiku, demi Tuhan… jantung saat ini sedeng berontak, ingin segera keluar dari rongganya. “Oppa… apa yang…”
“Maaf. Rasanya… ribuan kata maaf tidak akan cukup, Seulra, ijinkan aku untuk menebus semuanya.” aku tersenyum simpul, kata-katany terdengar sangat manis. “Kita saling mencintai bukan? Terimalah perjodohan ini, bulan depan kita menikah.”
“Mwo?” pekikku, kudorong tubuhnya pelan. “Oppa! Yang benar saja! Itu terlalu cepat.”
“Siapa bilang? Kita telah menyia-nyiakan waktu selama delapan tahun ini.” Hyukjae oppa menarik tubuhku, mendekapku dengan erat. “Sekarang, setelah semuanya menjadi jelas, aku tidak akan rela melepaskanmu meski hanya untuk satu detik.”
“Ehem… aku mengganggu kalian?” kami langsung melepaskan diri.
“Jihee-ya…” protes Hyukjae oppa.
“Apa? Aku hanya mencari calon kakak iparku, tidak ada urusannya denganmu.”
“Jihee Sunbae…” kulihat Jihee sunbae memutar bola matanya.
“Aku ini calon adik iparmu, apa masih mau memanggilku sunbae? Tidak sekalian panggil halmoni?” cibirnya yang langsung membuatku tertawa. “Panggil Jihee saja. Well, kau harus ikut denganku.”
“Hey! Kau mau membawa Seulra ke mana?” Jihee mengacuhkan pertanyaan Hyukjae oppa, dan langsung menarikku pergi.
Sebelum kami masuk ke dalam rumah, aku menoleh sekilas pada Hyukjae oppa, aku terkekeh pelan saat melihatnya sedang mengerucutkan bibir.

Sumpah demi apapun, saat ini… kegembiraanku meluap sepenuhnya.
Perasaan yang sulit untuk di gambarkan, sedikit canggung, berdebar-debar, kelagaan, semuanya bercampur jadi satu, membentuk sebuah perasaan baru yang terasa sangat manis.
Kurasa… tidak ada yang lebih indah dari hari ini, untuk pertama kalinya sejak delapan tahu yang lalu, aku bertemu kembali dengan cinta pertamaku sekaligus orang yang akan kujadikan cinta terakhirku, pelabuhan terakhir dalam hidupku.


**** The End ****

Hehehe…
Special for Mela…
Wkakaka… cerita apaan ini? (T__T) *Jedotin pala di dada Hae*
Jujur aja aku benar-benar gak tahu mesti bikin cerita yang gimana, ending2nya jadi setengah2 dah, gak romantis, gak manis-gak asem, gak konyol, gak mesum(?) {Well, otakku kan suci(?) bo’, lagian pan Mela sendiri yang bilang “Mesumnya Kunyuk cmn Seulra yang tahu” so, silahkan bermesum ria sendiri wkakaka… #Plakkk}
Oke, dari kemarin2 aku rada sungkan mau nagih GW, berhubung neh ff EunRa dah keluar, so… MELA… MANA LANJUTAN GW-NYA… *Innocent* aku butuh vitamin tambahan neh *Sekarat*
Yang nunggu BL *KAGAK ADA*  hehehe… sabar dulu yo… otakku masih karatan fufufu~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar